Oleh : Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle
Prabowo Subianto bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika, kemarin, di Amman Jordania, membahas proposal perdamaian abadi di Palestina, Israel dan kawasan. Baru-baru ini Dewan Keamanan PBB telah menyetujui resolusi “Gaza Ceasefire Plan” dengan 14 negara setuju dan Rusia abstain. China yang sebelumnya, Maret 2024, menolak usulan resolusi serupa, telah berubah pikiran dan setuju. Resolusi ini merupakan tawaran 3 tahapan yakni, 1. pembebasan semua sandera oleh Hamas maupun tahanan oleh Israel, penduduk kembali pulang dan kebebasan bantuan kemanusiaan. Juga penarikan pasukan Israel dari area padat. 2. Penarikan seluruh pasukan Israel dari wilayah pendudukannya di Gaza serta Palestina. 3. Melakukan rekonstruksi pembangunan Gaza dan Palestina. (lihat: www.bbc.com/news/articles/c0661dnmzezo ).
Prabowo telah berkali-kali memberikan pandangannya soal Palestina, khususnya di majalah Economist, 26/4/24, di Shangri-La Meeting Singapore, 1/6/24 dan kemarin di Gaza Humanitarian Summit, Yordania. Sejauh ini kita melihat ada 3 pandangan penting Prabowo soal isu ini adalah: 1) secara ideologis Prabowo menekankan kepedulian Indonesia dengan Palestina karena Indonesia adalah negara (mayoritas) Islam (lihat: “Shangri-La Dialogue: Indonesia’s Prabowo calls for Palestinian state, end to war, remains firm on non-alignment in US-China rivalry”, scmp.com, 1/6/24).
Keislaman ini menurutnya menghubungkan Indonesia dengan masalah-masalah yang terjadi di Timur Tengah. Prabowo kemudian menambahkan bahwa di luar keterkaitan Islam, urusan kemanusiaan merupakan alasan lainnya.
2) Prabowo berkali-kali menunjukkan keinginannya menjadi pemimpin negara besar dan berdaulat. Dalam berbagai kesempatan pertemuan dengan kepala negara asing dan seperti menlu Amerika Serikat, serta juga dalam pertemuan antar negara, Prabowo menekankan Indonesia tetap berada di luar konflik Amerika versus China (Plus Rusia) belakangan ini. Dalam isu Palestina, Prabowo menawarkan adanya pasukan perdamaian di sana, di mana Indonesia terlibat. Pada kesempatan bertemu Blinken, Prabowo bahkan menyatakan kesediaannya menjadi juru runding, di samping Mesir dan Qatar.
Tulisan Prabowo tentang Gaza, 26/4, di majalah Economist, menunjukkan Prabowo ingin masuk dalam diskursus “internationale”, sebuah “movement” terbesar belakangan ini ketika mahasiswa Amerika, Eropa dan berbagai kawasan lainnya menuntut dunia yang adil, pada isu Palestina. Jika Prabowo, pikirannya dan tindakannya ke depan, menjadi bagian gerakan tersebut, maka tentu Prabowo akan menjadi fenomenal bagi gerakan “anti-establisment” dunia.
Di sini kita melihat Prabowo meyakini bahwa dunia sedang berubah dan dia ingin menjadi bagian penting di situ.
“Anak-anak Vampire”
Pada saat bersamaan Prabowo menunjukkan dukungannya bagi Bangsa Palestina di Yordania Meeting, sayang sekali rakyat kita dikejutkan dengan viralnya video 5 remaja SMP Jakarta menghina Bangsa Palestina. Olokan anak-anak ini begitu menyakitkan hati karena mereka menyantap hidangan potongan ayam dan darah sambil mengatakan sedang menyantap darah dan daging anak-anak Palestina secara nikmat (lihat: kaltim.tribunnews.com/amp/2024/06/12/video-klarifikasi-5-siswa-viral-yang-menghina-palestina-saat-makan-di-mcd ). Video ini seperti kaum Vampire. Kemudian oleh sebuah stasiun televisi diberikan text terjemahan Inggris, sehingga seluruh dunia bisa menonton dan mengerti.
Pemerintah Indonesia selama beberapa hari ini tidak men “take down” video tersebut, misalnya di “tik-tok” dan juga McD sebagai latar belakang tidak menyatakan keberatan atas video itu. Begitu juga para orang tua mereka serta sekolah mereka tidak menunjukkan sikapnya, sebagai bagian pertanggungjawaban, malah menyerahkan urusan rasa bersalah pada gadis-gadis belum cukup dewasa itu.
Fenomena “anak-anak vampire” ini, di tengah gencarnya upaya Prabowo ikut memerdekakan Bangsa Palestina dari penjajahan Israel, bisa menjadi duri dalam daging. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang anti Israel, secara politik. Hal ini telah dinyatakan Bung Karno, dalam pidatonya 1962 (lihat: nasional.okezone.com/amp/2023/11/04/337/2914215/pidato-menggugah-soekarno-tentang-kemerdekaan-palestina-kolonialisme-belum-mati). Namun, saat bersamaan kita tahu berbagai kemunafikan telah terjadi pada elit-elit bangsa kita. Mereka bermain dua muka. Berbagai elit nasional telah disusupi Israel dan kepentingan Israel, baik langsung, maupun dari berbagai proxy bisnis/politik/sosial mereka di Indonesia.
Berbagai contoh dapat kita lihat sebagai berikut: 1) ketika bendera Israel berkibar secara masif di Papua, 2018, pemerintah tidak melarang. Bahkan, pimpinan aparat saat itu mengatakan hanya sebagai tradisi. 2. Beberapa tahun lalu tim bola Israel direncanakan tiba di Indonesia. Pemerintah senang. Untung kepala daerah Bali dan Jawa Tengah saat itu menggagalkan rencananya. 3. Berbagai teknologi Israel di bidang pertanian dan intelijen, kelihatannya menjadi andalan pemerintahan. 4. Berbagai elit keagamaan yang terhubung dengan pemimpin Zionis Israel punya pengaruh di Indonesia. 5. Jaringan bisnis Zionis kemungkinan mempunyai koneksi kuat di Indonesia. Seperti kejadian beberapa waktu lalu dalam perebutan tambang batubara milik Bakrie, PT. BUMI Resources.
Tentu saja hal ini menjadi tantangan bagi Prabowo jika ingin menjadi bagian “solidarity movement” memerdekakan Palestina. Apalagi mengkaitkan dengan Indonesia sebagai negara (mayoritas) Islam. Sebab, kunci utama kemenangan melawan Zionis dan pendukungnya adalah tekanan pada isu “Boycott, Divestment and Sanction” terhadap Israel. Kita tahu telah banyak korban mahasiswa dalam gerakan solidaritas anti Israel ini.
Dengan munculnya viral video “anak-anak vampire” ini, sebuah kesempatan bagi Prabowo untuk membentuk tim khusus tersendiri mengidentifikasi siapa dan gerakan apa agen-agen Zionis di Indonesia. Sekaligus menginternasionalisasi solidaritas Palestina Indonesia, khususnya yang dipimpin Ustad Bachtiar Nasir, Din Syamsuddin dan FPI, sehingga terhubung dengan gerakan dunia di Amerika dan Eropa. Dengan begitu dunia akan percaya Prabowo dan rezimnya nanti benar-benar ingin memerdekakan Palestina dan cinta pada bait kata-kata konstitusi “bahwa kemerdekaan adalah hal segala bangsa”.
Penutup
Pikiran dan langkah-langkah politik Prabowo dalam tulisannya di Economist, 26/4/24, Shangri-La Meeting Singapore, 1/6/24 dan pertemuan dengan Anthony Blinken, Menlu Amerika, kemarin di Jordan semakin gamblang dan ideologis untuk memerdekakan Palestina. Bahkan, Prabowo ingin menjadi mediator, bersama USA, Qatar dan Mesir dalam resolusi “Gaza Ceasefire” yang baru disahkan Dewan Keamanan PBB. Sebelumnya Prabowo telah bertekad memberangkatkan tentara untuk ikut menjadi “peace keeping” di Palestina. Pikiran dan tekad ini telah mengantarkan Prabowo dalam gerakan agresif sebagai pemimpin kelas dunia.
Sayangnya persoalan di dalam negeri, menunjukkan jejak-jejak pengaruh Israel bertebaran di mana-mana. Terakhir bahkan viral video “anak-anak vampire” yang menghina dan mengolok-olok bangsa dan anak-anak Palestina. Tentu kesempatan bagi Prabowo untuk membersihkan kemunafikan bangsa kita, khususnya elit-elit yang terjerat network Zionis di sini.
picsource : detik