Oleh: M. Nigara
STY BUKAN UJUG-UJUG. Kalimat pendek itu sengaja saya ambil untuk menegaskan semua keputusan diambil sudah dengan perhitungan. Demikian juga dengan Rizky Ridho dan kawan-kawan termasuk di dalamnya anak-anak naturalisasi.
Tahun 2019, tepatnya, 1 Desember, menjelang Indonesia melawan Vietnam di SEA Games Manila. Ketua Umum PSSI, Iwan Bule dan Wakil Ketua Umum, Iwan Budianto memberitahukan pada Menoira, Zainudin Amali, ada dua nama pelatih untuk menangani Tim Nasional kedepan.
Advertisement
 atas Korsel, tapi mereka juga mampu menampilkan permainan berkelas.</p>
<p>Kemenangan atas Korsel itu merupakan kemenangan ke-7 sejak 1952. Seluruhnya sudah 58 pertemuan, timnas kita 7 menang, 8 seri, dan 43 kalah.</p>
<p>Jadi, kalau ada pengamat yang mengatakan semua itu hanya kebetulan, kita tak perlu marah. Kita bilang saja: “Sorry ye, sorry ye_…”</p>
<p>Selain itu, keberhasilan timnas U23 kita menggapai semifinal, juga berkat kerja keras semua pihak. Apalagi, Ketua Umum PSSI Erick Thohir yang menggantikan Iwan Bule, mau turun langsung ke masalah-masalah yang agak teknis. Artinya, ketika STY mengatakan butuh pemain seperti ini dan itu, Etho sapaan akrab Ketum, langsung berjibaku untuk mendapatkannya.</p>
<p>Sekali lagi, jika langkah itu oleh seorang pengamat yang patut dapat diduga, tidak ingin STY dan Indonesia sukses, disebut langkah berlebihan. “STY keenakan disuapin terus oleh Ketum,” katanya.</p>
<p>Padahal langkah Ketum memenuhi permintaan STY adalah untuk kesuksesan timnas yang artinya demi mengharumkan nama bangsa. Permintaan STY sendiri juga bukan tanpa dasar. Tujuannya ya hanya satu, mengangkat harkat dan martabat bangsa lewat sepakbola.</p>
<p>Semoga di partai semifinal, Rizky Ridho dan kawan-kawan kembali mampu menampilkan permainan terbaik….</p>
<p>Aamiiin ya Rabb</p>
<p>*) Penulis wartawan sepakbola senior</p>
</div>
<footer>
<div class=)