Oleh: Ratnawati (Pengajar Sejarah SMAN 1 Malang)
Era modern identik sebagai teknologi, era tradisional identik sebagai kuno. Tak selamanya teknologi itu selalu baik dan yang tradisional itu selalu jelek. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing tak ubahnya sumatif berbasis digital maupun paper, keduanya memiliki kelemahan dan kelebihan.
Sumatif yakni sebuah penilaian yang bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran atau Capaian Pembelajaran (CP) peserta didik, sebagai dasar penentuan kenaikan kelas atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar murid dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.
Sesuai Kalender akademik tahun pelajaran 2023/2024 tanggal 29 Mei-7 Juni 2024 SMA Negeri 1 Kota Malang menyelenggarakan sumatif akhir semester (SAS) semester genap. Kali ini ada yang berbeda dalam pelaksanaan SAS dengan tahun – tahun sebelumnya dengan bentuk soal pilihan ganda berbasis smartphone, yang mana untuk tahun ini menggunakan soal berbentuk uraian (essay test) berbasis paper.
Bukan tanpa alasan kebijakan ini diambil oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kota Malang, Dr Basuki Agus Priyana Putra, M.Pd. “Soal uraian mengukur hasil belajar secara komplek dan melatih kemampuan siswa dalam mengintepretasikan kata-kata, melalui jawaban tulis tangan yang diberikan akan mendorong siswa untuk lebih giat berliterasi sehingga memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan ide-ide secara bebas sesuai dengan materi pelajaran yang diperoleh dari berbagai pengalaman,“ ungkapnya.
Kebijakan ini mendapat dukungan dari dewan guru, pasalnya bentuk soal uraian memiliki kelebihan di antaranya, menampakkan kemampuan dan kecakapan siswa dalam mengintegrasikan berbagai buah pikiran dan sumber informasi ke dalam suatu pola berpikir tertentu disertai dengan pemecahan masalahnya; mendorong meningkatkan motivasi belajar siswa; menuntut penguasaan bahan ajar secara komprehensif, dan mendorong siswa belajar lebih keras bahkan mengukur proses mental siswa.
Walaupun di sisi lain soal bentuk uraian juga memiliki kelemahan seperti, item tes sebagai sampel dari materi ajar yang terbatas dan subjektivitas penskoran; waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan item tes uraian relatif lama termasuk waktu yang dibutuhkan utk memeriksa hasil tes; jawaban siswa kadang penuh karangan, terutama yg tidak menguasai materi dengan baik.
Untuk meminimalkan sesuatu hal yang membuat lemahnya tes uraian, guru dalam menyusun soal perlu memperhatikan hal sebagai berikut; menyediakan waktu yang cukup untuk menyusun pertanyaan dalam bentuk soal; item pertanyaan yang direncanakan hendaknya memuat persoalan penting yang telah diajarkan dalam proses belajar mengajar; permasalahan yang hendak dirumuskan memiliki arti yang dinyatakan secara eksplisit dan tujuan instruksional; kata-kata yang digunakan dalam pertanyaan hendaknya tidak diambil secara langsung dari buku atau catatan; para guru dapat memodifikasi atau menggunakan kata lain yang mungkin artinya sama agar siswa tidak semata-mata menghapal; sebaiknya dilengkapi rubrik penilaian.
Rubrik penilaian menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembuatan pertanyaan; pertanyaan yang direncanakan sebaiknya dibuat bervariasi yang bisa mencakup unit-unit mata pelajaran yang telah diajarkan di kelas.
Dengan berbagai kelemahannya tes uraian tetap dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur hasil belajar siswa, karena selain dari kelemahan masih banyak segi positif dan manfaatnya. Baik atau tidaknya soal uraian yang akan digunakan untuk penilaian tergantung dari guru yang membuat item tes tersebut. Guru dalam menyusun soal uraian perlu memperhatikan aturan-aturan agar soal yang akan digunakan dalam penelitian tetap valid dan reliabel.
Melalui penggunaan tes uraian, guru lebih terbantu dalam mengetahui kemampuan siswa secara objektif dan valid. Kemampuan tersebut dilihat dari segi kognitif maupun dari segi keterampilan bernalarnya sehingga siswa tidak hanya dituntut menjawab asal-asalan saja, tetapi diharapkan mereka juga mampu bernalar sesuai dengan kemampuan sehingga akan memunculkan kecenderungan menggunakan proses berpikir kritis dalam merumuskan jawaban.
Advertisement