Oleh : Hendrajit
Sebuah karya sastra, kata Pramudya Ananta Toer, tak penting apakah dia itu penganut realisme atau romantisme, selama seorang penulis sastra punya cita dalam benaknya, maka dia pun merupakan pejuang di ranah sosial-budaya. Salah satunya, yang saya mau ceritakan sekilas di bawah ini.
Kalau teman-teman penyuka novel apalagi karya sastra kelas dunia, Leo Tolstoy, salah seorang sastrawan besar Rusia, pasti bukan sosok yang asing. Dua novelnya yang monumental dan dibaca berbagai lapisan usia adalah ”Anna Karenina”, satu lagi “War and Peace”.
Tolstoy yang lahir pada 9 September 1828, meninggal dunia pada November 1910. Jadi 7 tahun sebelum meletusnya revolusi Bolshewik Oktober 1917, yang meruntuhkan kekaisaran Dinasti Romanov dan berdirinya Republik komunis Uni Soviet.
Leo Tolstoy seperti bisa dibaca dalam biografinya, akhirnya menanggalkan atribut kebangsawanannya berikut gelar-gelar yang disandangnya, dan menjadi petani. Jadi dari aspek ini saja penggambaran sosok Levin dalam Anna Karerina, memang salah satu cita ideal Rusia yang dia inginkan, hanya saja seperti dalam diri Levin, unsur kebaikan dirinya baru sebatas kesalehan pribadi dan demi keluarga saja.
Namun boleh jadi lewat sosok Levin ini pula, Tolstoy tanpa dia sadari telah menegaskan watak konservatif petani Rusia yang sulit untuk jadi alas pergerakan perubahan. Sebagaimana juga kelebihan sosok Karerin yang kuat dalam penalaran dan bedah realitas, tapi juga tak punya fantasi kreatif untuk mengubah keadaan.
Kalau Levin terbelenggu oleh lingkungan kultural pertanian Rusia yang konservatif dan kuatnya dominasi tuan tanah pada para petani, Dokter Alexei Karerin merupakan personifikasi dari kelas menengah kota Rusia yang mapan namun di alam bawah sadarnya, enggan untuk berubah atau mempertimbangkan berbagai kemungkinan baru, namun mengagumi renaisans Eropa di bidang ilmu dan pengetahuan yang sedang tumbuh-berkembang di Eropa Barat sejak abad-18 dan 19.
Maka tidak heran meski Tolstoy bukan komunis, bahkan penganut kristen yang religius, dipandang para penggerak revolusi seperti Lenin, Trotzky dan Stalin yang notabene merupakan komunis, telah berjasa memberi alas munculnya revolusi Bolshevik 1917. Tentu saja penilaian semacam ini menarik, mengingat Anna Karenina sejatinya merupakan novel love story dan perselingkuhan, meskipun novel ini tidak bisa digolongkan novel percintaan biasa.
Artinya, beberapa karyanya seperti Anna Karenina, War and Peace, dan lain-lain, mengilhami revolusi. Sungguh menarik juga, bahwa Mahatma Gandhy yang juga berguru pada Tolstoy, terinspirasi memantik revolusi perlawanan India terhadap Inggris lewat tema Ahimsa, perlawanan tanpa kekerasan, dan Swadeshi. Mandiri dengan produksi barang-barang produk negeri sendiri.
Akhirnya, India di bawah prakarsa Gandhy sebagai bapak bangsa, berhasil memerdekakan India pada 1947. Berarti ada sesuatu yang dahsyat dalam karya-karya sastra Tolstoy, sehingga bukan saja mengilhami munculnya revolusi. Melainkan juga mengilhami model-model pengaktoran yang selaras dengan hajatan revolusi yang dibuatnya.
Revolusi Bolshevik Rusia 1917 menghasilkan aktor-aktor yang muncul pada pentas politik baru rusia seperti Lenin, Stalin, Trotzky, Malenkov, dan Molotov. Pergerakan kemerdekaan India selain menjelma pada diri Gandhi juga melahirkan sosok Jawaharlal Nehru, dan Patel.