Reportase : Red.

Pengantar:
Pada 26-27 Juli 2024 lalu, sebuah capaian bagus telah dilakukan atas kerjasama antara LPMM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Mandiri) Pusat yang diwakili oleh Direkturnya, Eka Ristri Damayanti, Perwakilan Buyer dari Tianjin, China, Perwakilan BUMDES-BUMDES Kab. Bogor, dan aparatur Pemkab/Kelurahan Kab. Bogor. Pada Pertemuan tersebut telah disepakati penandatanganan MOU untuk membangun industri Freeze Dried Tropical Fruits and Vegetables atau snack buah yang akan diekspor ke China. Bagaimana awal mula dari proses MOU tersebut terwujud? Berikut di bawah ini wawancara Kansnews.com dengan Eka Ristri Damayanti, Direktur LPMM Pusat.

Kansnews.com : Bisa diceritakan awal cerita bisa diwujukannya MOU antara BUMDES dengan Perwakilan Buyer dari China, dan aparatur Pemda/Kelurahan se Kab Bogor?

LPMM : Diawali dari pertemuan Ketua Bumdes Purwabakti Kecamatan Pamijahan, Kab Bogor, pewakilan Bumdes Kab Bandung dan perwakilan Bumdes Garut di Malang dengan seorang Pembina desa Purwabakti selaku pengawas pelaksanaan CSR PT. Star Energy Geothermal, dalam rangka kunjungan ke Kampung Madu di Malang, Jawa Timur.
Pada sesi itu Direktur LPMM sempat mengadakan diskusi dengan Pembina sekaligus pengawas CSR di Malang di mana beliau mengantarkan pihak desa-desa/kabupaten yang berada pada ring satu daerah yang terdampak (beneficiary) kegiatan eksplorasi panas bumi yang dilakukan oleh PT Star Energi Geothermal, di beberapa kabupaten di Jawa Barat.

Dari diskusi LPMM dengan perwakilan Pembina desa Purwabakti, LPMM mengusulkan ide untuk membangun industri desa berupa industri Freeze Dried Tropical Fruits and Vegetables di Jawa Barat, inisiasi pendirian Industri Desa ini sudah disampaikan dan sudah diberi arahan oleh Pembina LPMM, Drs. Hendaryanto, MM.

Dari diskusi tersebut dicapai kesepahaman untuk segera ditindaklanjuti dengan mengadakan pertemuan lanjutan di Kabupaten Bogor.

Pertemuan lanjutan tersebut diwujudkan pada 26-27 Juli 2024 di Desa Purwabakti, Kec. Pamijahan, Kabupaten Bogor. Hadir juga pada pertemuan tersebut (26-27/Juli) perwakilan buyer dari Propinsi Tianjin, China.

Karena belum ada Kerjasama G to G dengan Propinsi Jawa Barat, maka perwakilan dari Tianjin menggagas adanya kerjasama B to B dengan Bumdes Bersama Kabupaten Bogor dengan harapan ke depannya bisa terjalin Kerjasama G to G dengan Provinsi Jawa Barat seperti yang sudah dilaksanakan dengan Provinsi Jawa Timur. Adapun bentuk Kerjasama yang sudah dilakukan di antaranya dengan KONI untuk pengiriman atlet ke Provinsi Tianjin dalam rangka latihan persiapan PON, beasiswa untuk jenjang D3, S1 dan S2 ke Tianjin serta pelatihan lulusan SMK di beberapa kabupaten di Jawa Timur agar mandiri sebagai tenaga trampil yang memiliki keahlian dan perluasan kerjasama tersebut diharapkan juga bisa terjalin dengan Provinsi Jawa Barat.

Hadirnya perwakilan buyer tersebut dimaksudkan untuk memberikan keyakinan kepada BUMDES dan juga kepada Pembina desa Purwabakti bahwa produk yang dihasilkan Industri Desa terserap sepenuhnya untuk eksport ke China bukan hanya di Provinsi Tianjin, dan sebagai Solusi mengatasi anjloknya harga komoditi saat panen, yang juga disampaikan oleh perwakilan dari Bumdes, perwakilan petani, perwakilan UKM serta menjawab pertanyaan perwakilan kepala desa tentang jaminan pasar dan harapan adanya terobosan bidang pariwisata desa, karena desa Purwabakti masuk dalam 75 besar desa wisata terbaik di Indonesia. Beberapa pertanyaan lain dari perwakilan bumdes adalah tentang UKM agar bisa naik kelas dan bisa eksport, dalam pertemuan tanggal 26- 27 Juli semua dibahas dan dikupas cara penanganannya step by step.



Hasil dari diskusi tersebut menjadi dasar kesepakatan bersama untuk ditindaklanjuti dalam Penandatanganan MoU dan hal-hal terkait mekanisme, teknis dll akan digodog oleh team perumus yang diwakili Para Pihak yakni Bumdes Bersama Kab Bogor, LPMM dan perwakilan Buyer China.

Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa harus membangun Industri Desa? Karena Industri Desa adalah implementasi dari HILIRISASI INDUSTRI sesuai RPJMN bidang pertanian, sebagai solusi permasalahan Pasca Panen. Hal penting lainnya adalah, industri desa ini dimiliki oleh Masyarakat desa melalui Bumdes Bersama se kabupaten, sebagai realisasi peningkatan ekonomi. Seperti yang kita ketahui bersama saat ini adalah melemahnya ekonomi dan daya beli masyarakat, tidak tumbuhnya industri, peluang kerja makin sempit, generasi terdidik tidak tertampung, banyaknya permasalahan sosial, PHK, dan lain-lain.

Sekilas tentang Industry Freeze Dried (FD)

Industri FD adalah pengolahan buah dan sayuran melalui proses pengeringan beku sehingga produk tidak rusak dan dapat bertahan meskipun tidak dimasukkan kedalam lemari pendingin (kulkas).

Teknologi FD ini dapat dilakukan untuk mengeringkan buah, sayuran, daging, bumbu dan telor hingga makanan cepat saji. Di mana teknologi ini sangat diperlukan sebagai penyimpanan cadangan pangan jangka panjang, karena mampu memperpanjang masa kadaluwarsa produk, serta pengembalian fisik produk setelah kadar air dipulihkan. Istilahnya kembali menjadi buah dan sayuran segar lagi. Untuk mengawali industri yang dikelola bumdes bersama, dibatasi pada produk buah dan sayuran kering. Hal ini menjadi momen penting sebagai Langkah antisipatif penanganan pasca panen. Alih Teknologi FD merupakan INOVASI olahan buah dan sayur di mana saat ini baru diproduksi skala kecil di beberapa titik di Indonesia, belum menjadi komoditi ekspor skala besar.

Adanya alokasi Dana Desa untuk BUMDES memungkinkan Pembangunan Industri Freeze Dried skala eksport, melalui pembentukan Bumdes Bersama, untuk modal setor Pembangunan industri sesuai kesepakatan bersama.

Selain Dana Desa, pendapatan asli desa juga bersumber dari CSR. Kab Bogor salah satu kabupaten yang menerima dana CSR dari Perusahaan-perusahaan yang ada di Bogor.

Advertisement
Kans Jawara


Melimpahnya bahan baku di Indonesia menjadikan industri pengolahan buah dan sayur ini memberikan profit margin yang sangat bagus jauh di atas penjualan dalam bentuk segar meskipun terjadi penyusutan berat secara signifikan tergantung kadar air masing-masing buah dan sayur.

Targer pasar adalah ekspor karena kurang feasible untuk penyerapan pasar domestik karena masyarakat dengan mudah mendapatkan buah segar dengan harga murah. Dihadirkannya buyer dalam pertemuan saat itu bertujuan sebagai jaminan pembelian produk melalui kontrak pembelian. Industri desa cukup memproses sampai packaging, perwakilan perusahaan buyer di Indonesia (Perusahaan lokal yang digandeng Perusahaan buyer) yang menerbitkan kontrak dengan Industri Desa lah yang mengurus semua dokumen termasuk angkutan sampai ke pelabuhan internasional yang ada di Indonesia, sehingga ada kepastian serapan produk tujuan ekspor.

Persiapan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama sebelum penerbitan kontrak sedang dibahas marathon oleh team yang mewakili para pihak, sebagai tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman.

Alhamduillah, pada 27 Juli 2024 esok harinya, dapat ditandatangani MOU sebagai bukti kesepahaman bersama sebelum dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama.

Kansnews.com : Bagaimana dengan ketentuan-ketentuan dalam Quality Produk dan Sertifikasi-sertifikasi sistem mutu yang ada, terutama Sistem Keamanan Pangan (HACCP)?

LPMM : Hal itu direncanakan akan dikelola oleh industri dengan membuat bagian khusus ihwal sertifikasi untuk pemenuhan syarat-syarat produk ekspor. Dari Industri yang dibangun oleh desa itu pasti ada nomenklatur kepengurusan industri sesuai persyaratan sebuah usaha level industri, karena Industri Desa yang dibangun tidak akan dilepaskan begitu saja.

Ada proses pendampingan mulai di tingkat budidaya (on farm), produksi sampai finishing yakni packaging (pengemasan). Tenaga-tenaga professional direkrut untuk melaksanakan industri tersebut termasuk auditing independen mengingat dana setoran modal bersumber dari APBN, hal tersebut juga menjadi pertanyaan tema-teman bumdes, pada umumnya masih bingung bagaimana mekanisme dan laporan pertanggung jawabannya. Saya sampaikan bahwa pihak Kementerian Desa PDTT direktorat jenderal PEI (Pengembangan Ekonomi dan Investasi) bersedia memberikan asistensi terkait administrasi dan teknis melalui lintas direktorat terkait, apalagi gagasan Pembangunan Industry Desa ini pertama kali akan dilakukan setelah hampir 10 tahun Dana Desa diterima oleh desa-desa seluruh Indonesia.

Sebagai tambahan, Industri Desa yang akan dibangun memiliki kapasitas produksi 7-8 ton per bulan, bisa memenuhi pengiriman 1 kontainer kapasitas 20 feet. Harapan ke depan adalah tumbuhnya industri-industri desa di tiap kabupaten sehingga Indonesia bisa mengirim lebih dari 100 kontainer setiap bulannya, bisa dibayangkan devisa yang masuk untuk negara.

Peningkatan ekonomi utamanya di desa secara signifikan, penyerapan tenaga kerja formal dan non formal, penigkatan kualitas SDM dan SDA, pertumbuhan infrastruktur, industri transportasi, penanganan pengentasan kemiskinan, kerawanan pangan, sanitasi dan kesehatan, perbaikan ekosistem dan lingkungan hidup dan yang lainnya sebagai dampak multiplyer sesuai yang disepakati dalam program dunia, SDG’s. (p17)































Advertisement

Tinggalkan Komentar