Oleh : Hendrajit
Selamat Hari Agraria.
Mengapa sektor pertanian kita matisuri? Sebab pertanian tercerabut dari akar rumput budayanya yaitu kehidupan pedesaan.
Sejak beratus-ratus tahun lalu, kehidupan pedesaan merupakan kehidupan yang utuh baik sosial, budaya, dan ekonomi. Bahkan kaum penjajah pun, meski merampok kekayaan desa, namun tidak sampai merusak sendi sendi kehidupan pedesaan.
Saat ini, ketika teknologi masuk desa tanpa panduan kearifan lokal baik berupa pupuk, bibit unggul, traktor, dan cara cara pembasmian hama dan pemotongan padi. Akibatnya buyarlah tatanan pedesaan yang ada selama ini.
Belajar dari kehidupan pedesaan masa lalu, kegiatan ekonomi pedesaan merupakan kegiatan ekonomi yang berputar. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang.
Kegiatan bersawah diserahkan sepenuhnya oleh pemilik sawah kepada petani penggarap seolah olah seperti milik petani penggarap sendiri. Cara pemotongan padi dengan anai anai, bukan dengan sabit.
Dengan kegiatan ekonomi demikian, rakyat desa memperoleh penghasilan. Kehidupan sosial, ekonomi dan budaya pedesaan menyatu dan bersenyawa.
Saat ini pemilik sawah menangani langsung sawahnya, akibat masuknya teknologi ke desa tanpa panduan budaya dan kearifan lokal daerahnya masing masing. Dampak sosialnya kemudian, terjadilah suatu hubungan majikan dan buruh tani dalam model seperti di kota kota besar.
Alhasil kehidupan pedesaan kehilangan karakteristik geografisnya dalam menghidupi sektor pertanian yang menyatunafaskan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya.
Sehingga meningkatnya urbanisasi bukan saja dalam arti meningkatnya perpindahan penduduk dari desa ke kota. Melainkan juga karena telah terjadi proses pengkotaan desa.
Maka, pertanian mati suri di pedesaan, bukan sekadar karena pemilik sawah kekurangan tenaga untuk menggarap sawahnya, akibat banyak orang desa pindah ke kota.
Tapi karena, desa bukan lagi dirinya yang dulu lagi. Dan inilah akar sesungguhnya kenapa pertanian kita saat ini terpuruk. Dan mengapa produksi pertanian merosot. Dan mengapa rakyat pedesaan kehilangan hasrat berswasembada.
Menurut saya inilah dampak dari pendekatan ekonomi yang memandang kemajuan dan modernisasi negri semata dari tolok ukur material. Serta kota sebagai simbol kemajuan peradaban.
Matisurinya kehidupan pedesaan, bukan saja terpuruknya pertanian secara ekonomi, namun juga terjadi pendangkalan kebudayaan dan spiritual.
Advertisement