Husein Djajadiningrat (Pangeran Aria Husein Djajadiningrat), lahir pada 8 Desember 1886 di Kramat Watu, Serang, Banten, meninggal di Jakarta 12 November 1960. Dia orang Indonesia pertama yang mendapat gelar doktor dan profesor. Kuliah hingga lulus doktor pada 3 Mei 1913 dari Universitas Leiden Belanda dengan disertasi Critische Beschouwning van de Sedjarah Banten (Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten) yang dianggap sebagai perintis Historiografi Modern di Indonesia. Di kalangan sejarawan dia dikenal sebagai “Bapak Metodologi Penelitian Sejarah Indonesia”.

Husein juga merupakan penanggungjawab surat kabar bulanan berbahasa Sunda Sekar Roekoen yang diterbitkan oleh Perkoempoelan Sekar Roekoen.

Leluhur dari ayah Husein Djajadiningrat bernama Raden Wirasuta seorang anak Puun Baduy Cibeo yang pernah diangkat oleh Sultan Ageng Tirtayasa menjadi punakawan dan prajurit. Nama ayahnya adalah Raden Bagoes Djajawinata (1854-1899), Wedana Kramat Watu dan Bupati Serang kelahiran Pandeglang. Ibunya bernama Ratu Salehah kelahiran Cipete Serang. Kakak Husein, Pangeran Ahmad Djajadiningrat meneruskan jejak ayahnya sebagai Bupati Serang awal tahun 1900 an. Kakak satunya lagi Hasan Djajadiningrat menjadi tokoh Sarekat Islam yang cukup berpengaruh di Jawa Barat pada masa awal pergerakan nasional.

Husein menikah dengan puteri tertua Mangkunegara VII, B. R. Ayu Partini. BRA Partini Djajadiningrat, penggemar sastra dan seni, pernah menulis beberapa novel, novel yang terkenal diantaranya Widyawati, Hasta Cerita, Sepasar dan Satu Malam, dengan nama samaran Arti Purbani.

Tahun 1924, Husein diangkat menjadi guru besar di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta) dan memberikan kuliah tentang Hukum Islam, bahasa Jawa, Melayu, dan Sunda. Tahun 1935 dan 1941 diangkat menjadi anggota Dewan Hindia. Bertahun-tahun pernah menjadi konservator naskah (manuskrip) di Bataviaasch Genootschap can Kunsten en Wetenschappen (Perkumpulan Masyarakat Pencinta Seni dan Ilmu Pengetahuan).

Tahun 1940 ia menjabat sebagai Direktur Pengajaran Agama. Pada zaman Jepang menjadi Kepala Departemen Urusan Agama. Tahun 1948 diangkat menjadi Mentri Pengajaran, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan pada masa pemerintahan presiden Sukarno. Tahun 1952 menjadi gurubesar Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

(Disarikan dari berbagai sumber)
Advertisement

Tinggalkan Komentar