Yogyakarta, Kansnews.com – Dalam rangkaian proses perumusan Standar Nasional Indonesia atau SNI Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur dan implementasi Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur di masyarakat, Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang diwakili oleh Heru Suseno selaku Direktur Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan Penilaian Kesesuaian pada Jum’at (25/10/2024) berkunjung ke salah satu percontohan G2R Tetrapreneur di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yakni Unit G2R Tetrapreneur Cokrodiningratan. Unit G2R Tetrapreneur Cokrodiningratan merupakan salah satu dari empat model G2R Tetrapreneur Perkotaan. Tiga Unit G2RT lainnya adalah Unit G2R Tetrapreneur Patehan, Unit G2R Tetrapreneur Warungboto yang merupakan binaan Dinas Koperasi dan UKM DIY, dan Unit G2R Tetrapreneur Mandiri Mataraman.

Acara dibuka oleh Margono selaku Ketua Unit G2R Tetrapreneur Cokrodiningratan selaku tuan rumah. Margono menyampaikan bahwa diharapkan dengan kunjungan ini terjadi pertukaran pendapat dan transfer knowledge yang memperkaya pemahaman tentang apa itu G2R Tetrapreneur.

Pada model G2R Tetrapreneur Perkotaan, Margono menyampaikan bahwa Unit G2R Tetrapreneur Cokrodiningratan memiliki tantangan tersendiri, terutama dalam ketersediaan bahan baku. Namun tantangan tersebut telah menjadi desain model G2R Tetrapreneur Perkotaan untuk dapat berperan sebagai Pool Centre dengan menarik berbagai Produk Unggulan (PU) dari berbagai Unit G2R Tetrapreneur Perdesaan di berbagai Kabupaten. Berkolaborasi dengan Produk Gerakan (PG) pelaku UMKM yang telah ada di Kelurahan Cokrodiningratan, PU dari Unit G2R Tetrapreneur Perdesaan semakin memperkaya pilihan para wisatawan yag sering berkunjung ke Cokrodiningratan yang juga merupakan Kampung Wisata.

Pada kesempatan tersebut, Dr. Sukamto, S.H., M.H., selaku Staf Ahli Gubernur DIY bidang Hukum dan juga Tim Perumus SNI G2R Tetrapreneur menyampaikan bahwa G2R Tetrapreneur merupakan pemberdayaan ekonomi berasaskan gotong royong. Gotong royong yang dimaksudkan adalah proses dari hulu hingga hilir, mulai dari pengembangan potensi pengolahan bahan baku, pengemasan, hingga pemasaran.

Dr. Sukamto juga menyampaikan bahwa G2R Tetrapreneur ini bukan suatu hal yang instant dan tidak hanya dari mitra industri, namun juga diperlukan perhatian dan kerjasama dari instansi terkait lainnya. “Diperlukan komitmen dan kesabaran … karena tidak ada yang instant,” tutur Dr Sukamto, yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Biro Bermas Setda DIY tahun 2021 hingga 2023.



Abu Yazid, S.IP., M.M. selaku anggota Komite Teknis (komtek) 03-13 Manajemen Ekonomi Kolaboratif, Tim Perumus SNI G2R Tetrapreneur, dan juga pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Reformasi dan Pelayanan Publik, Biro Organisasi Setda DIY, mengungkapkan bahwa G2R Tetrapreneur bukan hanya berfokus pada end product atau produk akhir saja, tetapi berusaha untuk menciptakan sumber daya manusia yang profesional. Abu Yazid juga menyampaikan bahwa G2R Tetrapreneur diperkenalkan jauh sebelum 2018 dengan berbagai model dan konsep yang terus disempurnakan dan telah diuji oleh berbagai kelurahan di DIY bersama OPD pengampu-nya.

Rika Fatimah PL, S.T., M.Sc., Ph.D, founder G2R Tetrapreneur, menyampaikan bahwa G2R Tetrapreneur lebih menekankan kepada ekosistem ekonomi yang sesuai dengan kemampuan para produsen produk lokal Indonesia. Ekosistem ini melindungi para pelaku usaha yang belum dapat bersaing dengan pasar dengan kapital (modal) besar. “SNI G2RT itu mengikuti prinsip dasar suatu standardisasi, yaitu mendokumentasikan apa yang dilakukan, dan melakukan apa yang didokumentasikan,” ungkap Rika Fatimah. Sama halnya dengan berbagai standardisasi yang dikeluarkan oleh International Organization for Standardization (ISO), Standardisasi G2R Tetrapreneur ini juga mengatur para pelaku usaha untuk dapat memproduksi produk-produk kualitas global, tanpa meninggalkan jati diri bangsa, yaitu gotong royong. Sebagaimana standardisasi yang dikeluarkan oleh ISO, SNI G2R Tetrapreneur juga memiliki struktur atau tahapan-tahapan standardisasi yang jelas.

Hal tersebut dikarenakan apabila suatu standardisasi telah menjadi sebuah kebiasaan atau budaya pada suatu organisasi, maka standardisasi tersebut akan ditingkatkan (upgrade) menjadi lebih baik lagi. Dengan adanya SNI G2R Tetrapreneur, maka pelaku usaha dapat mengukur dan/atau menghitung tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses bisnis dan berkewirausahaan. Pengukuran dan/atau perhitungan dapat dilakukan dengan pembuktian terarah melalui dokumentasi yang tertata dengan baik.

Rika Fatimah juga menambahkan bahwa G2R Tetrapreneur telah memiliki ukuran atau indikator yang jelas berupa Tindakan (Action/Activity), Aktor Kunci (Key Actor) dan Pengaturan Waktu Kunci (Key Timing/Arrangement) pada setiap Tetra-nya. Tahapan dan indikator pencapaian G2R Tetrapreneur merupakan serangkaian set kumulatif (standarisasi) per tetranya per progresif pencapaian baik ideal (ideal-progressive) dan nyata (real-progressive).

Pada kesempatan tersebut turut hadir Basuki Gending Haryanto selaku Ketua Unit G2RT KmK4 Jogja & Bogor. Unit G2RT KmK4 atau Unit G2R Tetrapreneur Kementerian Koperasi dan UMKM Kuliner 4 merupakan sebuah Model G2R Tetrapreneur Komunitas.

Basuki Gending Haryanto menyampaikan bahwa G2R Tetrapreneur merupakan sebuah model ekonomi yang menarik. Menurutnya, gotong royong dalam sosial budaya merupakan hal pada umumnya, namun gotong royong dalam ekonomi merupakan suatu hal yang baru. Menurutnya lagi, G2R Tetrapreneur mempermudah para pelaku usaha dalam meluaskan jaringan dan menjaga pasar atau pelanggan. “Dalam Unit G2RT KmK4 Jogja & Bogor, Unit G2RT KMK4 Jatim, Batam, & Jaksel, serta Unit G2RT KMK4 Bali terdapat beberapa pelaku usaha dengan produk yang sama, namun kami tidak masalah, karena kami sering sharing kegiatan meluaskan pasar dengan gotong royong,” tutur Basuki Gending Haryanto yang juga merupakan owner Cita Karsa Nusantara di Yogyakarta.

Diskusi dilanjutkan dengan penyampaian pendapat dari Dalmugi selaku Ketua Paguyuban G2R Tetrapreneur dan juga merupakan Ketua Unit G2R Tetrapreneur Girirejo. Dalmugi menyampaikan bahwa G2R Tetrapreneur merupakan sebuah model yang unik. Keunikan ada pada ekosistem-nya yang menjaga keberlangsungan produksi lokal tanpa memaksa produk lokal terburu-buru hingga untuk memenuhi standar produk industri besar. Selain itu, G2R Tetrapreneur juga mengutamakan konsep rezeki, yaitu semua rezeki telah diatur oleh Allah SWT sesuai dengan waktu dan porsinya. Keyakinan tersebut akan membuat para pelaku usaha untuk lebih ikhlas, sehingga yang dikejar adalah rezeki, bukan omset atau keuntungan, dan membentuk ketangguhan berwirausaha secara berkelanjutan.

Direktur Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan Penilaian Kesesuaian, Badan Standardisasi Nasional (BSN) Heru Suseno pada tatap muka tersebut menyampaikan bahwa kunjungannya tersebut memberikan pengayaan dan pendalaman pemahaman tentang apa itu G2R Tetrapreneur, karena melalui diskusi dengan berbagai pihak yang hadir telah dapat menangkap landasan dari G2R Tetrapreneur. Oleh karena itu, penyusunan pedoman standardisasi nanti diharapkan mengatur pula tentang ukuran dan perhitungan dalam menilai standar bahan baku, alur produksi, quality control, dan lainnya.

Heru Suseno juga menyampaikan bahwa entitas unit-unit G2R Tetrapreneur termasuk organisasi yang organik, sehingga dengan kejelasan status dari unit-unit G2R Tetrapreneur ini dapat menjalin kerjasama yang saling menguntungkan. Selain itu, pedoman kriteria yang jelas untuk instansi/komunitas/kelompok yang dapat menerapkan atau mengimplementasikan model ini diharapkan mampu meningkatkan percepatan implementasi G2R Tetrapreneur di masyarakat luas.

Pada acara yang berlangsung hangat tersebut tercatat dihadiri oleh Heru Suseno selaku Direktur Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan Penilaian Kesesuaian, Badan Standardisasi Nasional (BSN), Rika Fatimah PL, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Founder, Tenaga Ahli, dan Konseptor Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur, Wakil Ketua Komite Teknis (komtek) 03-13 Manajemen Ekonomi Kolaboratif, dan juga merupakan dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Dr. Sukamto, S.H., M.H. selaku Staf Ahli Gubernur DIY bidang Hukum, Abu Yazid, S.IP., M.M. selaku anggota Komite Teknis (komtek) 03-13 Manajemen Ekonomi Kolaboratif, Dalmugi selaku Ketua Paguyuban G2R Tetrapreneur, Margono selaku Ketua Unit G2R Tetrapreneur Cokrodiningratan, Wiji selaku perwakilan dari Unit G2R Tetrapreneur Sabdodadi, Dr dra Mardiana Irawaty, MSc.ST. selaku Ketua Unit G2R Tetrapreneur Sumberrejo, Kadek Dwi Mahayasa dari Badan Standardisasi Nasional Indonesia, dan Basuki Gending Haryanto selaku Ketua Unit G2RT KmK4 Jogja & Bogor mewakili Unit G2RT KmK4 Jogja & Bogor, Unit G2RT KMK4 Jatim, Batam, & Jaksel, serta Unit G2RT KMK4 Bali.

Diskusi ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan silaturahmi berupa buku saku G2R Tetrapreneur dan foto bersama.




Advertisement

Tinggalkan Komentar