Yogyakarta, Kansnews.com – Pada tanggal 9 hingga 11 April 2025, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) DIY menyelenggarakan kegiatan Capacity Building Kelompok Subsisten bertema “Belajar, Berkembang, dan Berdaya!”. Kegiatan ini dibuka oleh Plh. Kepala KPwBI DIY, Bapak Hermanto, dan diikuti oleh empat kelompok usaha binaan KPwBI, yaitu Kelompok Usaha Bersama (KUB) Jamu Kiringan, KUB Mawar Merah, Gerakkan Ekonomi Kaum Ibu (GEMI) Yogyakarta, dan Dabele Jogja. Turut hadir para tamu undangan dan narasumber dalam pembukaan kegiatan ini, yaitu Ir. Srie Nurkyatsiwi, M.M.A (Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY), Satrio Krido Wahono, Ph.D. (Kepala Pusat BRIN DIY), Fera Mia Rosa (Pimpinan Desk Kredit Mikro Kecil dan Konsumer BPD DIY), serta Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D. (Founder, Konseptor dan Tenaga Ahli G2R Tetrapreneur).
Selama tiga hari, peserta dibekali berbagai materi mulai dari arah kebijakan pengembangan subsisten 2025, manajemen kelembagaan, legalitas produk, peningkatan mutu usaha, pencatatan administrasi, dan motivasi penguatan kapasitas UMKM dari beberapa narsumber implementing partner daerah. Materi penting lainnya yang diberikan adalah Micro Business Simulation (MBS), yakni sebuah metode sederhana untuk menghitung dan menganalisis kinerja bisnis. Dengan MBS, pelaku usaha dapat mengetahui apakah usahanya sudah menguntungkan atau belum, serta memantau arus kas (cash flow) dengan lebih terstruktur dan jelas. Kegiatan ini juga merupakan kolaborasi dari Dinas Koperasi dan UKM DIY, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) DIY, dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) DIY yang juga merupakan implementing partner KPwBI DIY.
Pada kegiatan tersebut, Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D. yang juga Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada dan Ketua Departemen Industri Halal (DIH) MES DIY berkesempatan untuk yang menyampaikan materi motivasi penguatan kapasitan dengan paparannya yang berjudul “G2R Tetrapreneur Untuk Pergerakan Ikonik: Peningkatan Mindset & Inovasi Berwirausaha Visioner Hingga Go Global.” Pada paparannya Rika Fatimah menyampaikan bahwa visioner merupakan sebuah doa karena setiap individu, terutama pelaku usaha harus mampu untuk berpikiran ke depan. Tidak hanya untuk saat ini, hari ini, ataupun tahun ini, melainkan untuk sepuluh tahun ke depan bahkan hingga anak cucunya nanti. “Wirausaha itu berkehidupan … dan kita hidup bukan hanya hari ini atau besok, namun hingga anak cucu kita,” ungkap Rika Fatimah. Berkehidupan bagi wirausaha didukung dengan ekosistem ekonomi yang berpihak kepada mereka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut ditekankan juga dalam berbagai indeks dunia salah satunya Global Startup Ecosystem Index (GSEI) bahwa hal terpenting bagi kehidupan kewirausahaan bukanlah keuntungan namun bagaimana pemerintah dapat menciptakan ekosistem yang berpihak kepada wirausaha-nya.
Ekonomi Indonesia belum optimal berpihak pada pelaku mayoritas di Indonesia yaitu UMKM karena banyaknya sikap ‘mewajarkan produk impor beredar luas’. Sudah saatnya pasar untuk dididik terhadap produk-produk dengan kapital kecil. Jangan mengharapkan pemerintah saja untuk mengubah keadaan saat ini. Pendampingan telah dilakukan selama bertahun-tahun, akan tetapi apabila tidak diiringi dengan pendidikan pola pikir maka, para pelaku UMKM tidak akan pernah bergerak atau stagnant kemajuannya. Pendidikan tidak hanya diperlukan bagi pelaku UMKM namun juga bagi ekosistem ekonominya. Apabila ekosistem masih belum terdidik untuk mewajarkan produk UMKM berbeda dengan produk industri besar, apalagi produk impor, maka pasar tidak akan pernah ‘ramah terhadap produk dengan kapital kecil’. Para pelaku usaha kecil tersebut akan terus menerus berjuang untuk menembus pasar yang semakin tinggi standarnya.
Pada kesempatan tersebut Rika Fatimah juga menyampaikan bahwa hakikat dari pengembangan adalah upaya untuk meningkatkan keterampilan teknis, teoritis, konseptual dan moral sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari pendidikan-nya, baik dari sistem, kesejahteraan pendidik, maupun fasilitas pendidikan yang tersedia. Sudah saatnya bangsa ini tidak lagi menjadi bangsa “peniru” melalui ATM atau Amati, Tiru, Modifikasi, namun menjadi bangsa kuat yang mandiri dengan pendampingan dari sumber yang tepat. Model pembinaan Pemerintah beserta pemangku kebijakan lainnya-pun seharusnya berganti menjadi “Pendidikan” bukan pendampingan, karena pendampingan hanya akan berlangsung selama beberapa saat, sementara pengetahuan yang diajarkan oleh pemilik ilmunya dalam pendidikan akan selalu dan terus diimplementasikan. Hal tersebut sejalan dengan misi Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur, yaitu “Memartabatkan manusia seutuhnya sebagai sumber intelektual yang takzim atas kekayaan alam dan budaya anugerah Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa.”
Rika Fatimah P.L. menyampaikan bahwa G2R Tetrapreneur tidak mengajarkan cara mencari keuntungan, namun berproses bersama pelaku usaha dalam membentuk kepribadian dan mindset para pelaku usaha untuk berorientasi kepada rezeki, sehingga investasi terbesar dari G2R Tetrapreneur adalah manusia itu sendiri. “Tidak ada model bisnis di dunia ini yang menjamin akan mendapatkan keuntungan, semua itu berproses … kenapa harus berkiblat ke luar kalau Indonesia juga memiliki-nya (model bisnis)?” kata Rika Fatimah. Menurutnya para pelaku usaha bukan hanya objek pencari keuntungan, namun “memanusiakan” prosesnya sehingga dapat melekat pada pribadi para usawahan akan membentuk wirausahawan profesional yang tangguh dan mandiri.
Rika Fatimah P.L. juga menyampaikan bahwa sudah saatnya UMKM di Indonesia kembali kepada budaya asli bangsa, yaitu gotong royong. Gotong royong tidak hanya terbatas pada bidang sosial, “Sudah saatnya gotong royong pada ekonomi, sehingga UMKM yang kecil dan banyak itu bisa menjadi besar, dengan semangat rezeki tadi,” tutur Rika Fatimah P.L. mengakhiri paparannya.
Kegiatan Capacity Building dipandu oleh Bapak Mahmudi dan Ibu Dea Putri ini ditutup dengan kunjungan lapangan ke Kelompok Wanita Tani (KWT) Putri 21, Playen, Gunungkidul pada hari ke-3. Melalui kegiatan ini, Bank Indonesia berharap UMKM subsisten dapat terus berkembang dengan tata kelola usaha yang lebih baik, inklusif, dan berkelanjutan.