Palu, Kansnews.com – Inisiasi G2R – KT Palolo, Sulawesi Tengah berlangsung sejak akhir tahun 2024 hingga tahun 2025. Kegiatan awal bertempat di Hotel Best Western Plus Coco, Palu, Sulawesi Tengah yaitu Rapat Pemantapan Kawasan Transmigrasi Palolo Menuju Transpolitan yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah. Acara tersebut merupakan salah satu upaya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah untuk pengembangan dan optimalisasi Kawasan Transmigrasi.

Kegiatan dibuka oleh Drs. Arnold Firdaus., MT. selaku Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah. Pada sambutannya, Arnold Firdaus menyampaikan bahwa Kabupaten Sigi memiliki kawasan transmigrasi yang masuk dalam Kawasan Prioritas Nasional, yaitu Kawasan Transmigrasi Palolo, salah satunya adalah Lokasi Transmigrasi Lemban Tongoa SP.2. Pada kesempatan tersebut, Arnold Firdaus juga menyampaikan bahwa keberhasilan program transmigrasi ditentukan oleh 3 (tiga) aspek, yaitu (1) permukiman transmigrasi yang memenuhi kriteria Clear and Clean (2C), Layak Huni, Layak Usaha dan Layak Berkembang (3L); (2) sumber daya manusia yang berkualitas dari aspek kompetensi, mental dan daya juang; dan (3) pembinaan dan pengembangan kapasitas masyarakat transmigran yang sesuai dengan potensi kondisi setempat. Perbaikan fisik atau fasilitas untuk mendukung terwujudnya keberhasilan program transmigrasi juga hendaknya dibarengi dengan pengembangan non-fisik, salah satunya dengan transfer knowledge tentang model pemberdayaan ekonomi asli Indonesia, yaitu Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur. Diharapkan melalui G2R Tetrapreneur ini dapat tercipta inovasi-inovasi produk di Kawasan Transmigrasi Palolo. Diharapkan juga, sinergi dari berbagai stakeholder yang berada di Provinsi Sulawesi Tengah dapat bekerjasama dan saling bersinergi untuk mewujudkan kemandirian ekonomi yang berdaulat.

Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kementerian Transmigrasi yang diwakili oleh Eka Putri Kusumawardani, S.S., M.Si. selaku Perencana Ahli Madya dari Direktorat Perencanaan Perwujudan Kawasan Transmigrasi, Kementerian Transmigrasi Republik Indonesia. Pada kesempatan tersebut Eka Putri Kusumawardani menyampaikan bahwa Kementerian Transmigrasi tidak lagi bergabung dengan Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal, sehingga diharapkan dapat fokus pada Kawasan Transmigrasi khususnya Kawsan Transmigrasi Nasional Prioritas.

Acara selanjutnya adalah paparan dari Febrianto, S.STP., M.Si. selaku Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Sigi. Pada kesempatan tersebut Febrianto menyampaikan bahwa di Kabupaten Sigi terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Sigi Biromaru, Palolo, dan Nokilalaki dengan Kawasan Transmigrasi yaitu Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Bulupountu dan Lemban Tongoa. Komoditi tertinggi untuk wilayah Sigi adalah Pertanian dan Perkebunan dengan hasil utamanya adalah kopi. Febrianto berharap bahwa dengan G2R Tetrapreneur dapat meningkatkan potensi dan value (nilai) dari produk-produk yang berada di wilayah Sigi.



Paparan selanjutnya disampaikan oleh Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Founder, Konseptor, dan Tenaga Ahli Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur serta dosen senior Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM. Pada paparannya, Rika Fatimah P.L. menyampaikan bahwa G2R Tetrapreneur, mengusung gotong royong asli Indonesia yang berasaskan ekonomi Pancasila. “Semua yang ada di G2RT ini sebetulnya bukanlah hal baru, namun kita tidak ingin mengakuinya, kita suka melihat luar, bagus di mereka belum tentu cocok untuk kita”, ujar Rika Fatimah P.L.

Keunikan Ekosistem G2R Tetrapreneur yaitu menghadirkan inovasi yang menjaga keberlangsungan produksi lokal tanpa memaksa produk lokal terburu-buru hingga menghilangkan keunikan jati dirinya dalam berproses (proses produksi dan bisnisnya) untuk memenuhi standar produk industri besar. Inovasi visioner Ekosistem G2R Tetrapreneur menjadi penetrasi kebaruan lintas sektoral antar unsur pemerintah untuk mengatasi masalah seperti pengentasan kemiskinan dan ketimpangan wilayah.

G2R Tetrapreneur berinovasi untuk mendidik pasar dalam mengutamakan pembelian produk lokal. Mendidik pasar dimaksudkan untuk meluaskan pemahaman pasar bahwa produk lokal memiliki standar berbeda dengan produk industri besar, sehingga kapasitas produksi dan kualitas berbeda dengan industri yang memiliki kapital (modal) besar. Kegiatan ini dilakukan melalui sosialisasi dan ekspose Produk Unggulan ke mitra. Inovasi tersebut dilakukan dengan Keistimewaan G2R Tetrapreneur sebagai nilai tambah inovasi ini yaitu adanya penciptaan ekosistem khas (asli) pasar Indonesia yaitu Pasar Non-Kompetisi (Tetra 2); Pasar Kompetisi (Tetra 3) dan Pasar Kebijakan (Tetra 4). Penciptaan ekosistem pasar khas Indonesia merupakan inovasi keluwesan mekanistik pasar. Sejumlah 99,99% produk lokal diproduksi oleh UMKM, sehingga Ekosistem G2R Tetrapreneur mewajarkan persaingan antara produk lokal bentukan UMKM dengan produk industri besar hingga global.



Menurut Rika Fatimah P.L., pada kebanyakannya UMKM ‘diwajarkan’ untuk mengikuti standar kapitalis dan kurang diperhitungkannya aspek kemajuan, kearifan, dan kesederhanaan yang merupakan cerminan masyarakat Indonesia. Pemerintah dan masyarakat pada umumnya terpaku pada konsep bisnis yang berorientasi pada omset. Negative cashflow yang terjadi pada beberapa UMKM bukanlah sebuah kemunduruan apabila disikapi dengan bijak. “Bias pada konsep UMKM naik kelas atau pendampingan UMKM pada kebanyakannya dimaknai dengan omset terus naik dan naik. Jika merosot atau turun maka dianggap gagal atau kemunduran. Merujuk pada perjalanan branding-branding bahkan ikon dunia seperti Toyota, Harley Davidson tidak melulu menghitung omzet”, terang Rika Fatimah P.L. Sebuah pelajaran dari Toyota bahwa kearifan lokal Jepang melalui filosofi Just-in-Time menjadi bukti kebangkitan industry otomatif Jepang di pasar Asia dapat mengalahkan penjualan mobil produksi Amerika yang terkenal dengan julukan ‘American Muscle’.

Berikutnya, Rika Fatimah P.L. menyampaikan bahwa Model G2R Tetrapreneur merupakan sebuah model pemberdayaan masyarakat dengan asas ekonomi Pancasila yang terdiri dari empat (4) tahapan, yaitu Tetra 1 atau Rantai Wirausaha; Tetra 2 adatu Pasar Wirausaha; Tetra 3 atau Kualitas Wirausaha, dan Tetra 4 atau Merek Wirausaha. Tetra 1 berfokus pada pemberdayaan 70% hulu hilir produk unggulan desa (close-loop chain). Sedangkan Tetra 2 berfokus pada mendidik pasar oleh mitra bermerek. Sementara itu, Tetra 3 mendidik profesional-profesional desa dan Tetra 4 merupakan penguatan dan keberpihakan kebijakan untuk produk desa sebagai ikonik global.

Pada kesempatan tersebut, Rika Fatimah menyampaikan bahwa modal dasar dari G2R Tetrapreneur adalah ‘SEMANGAT’ yang diartikan menjadi keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal untuk mencapai ‘IKONIK’ atau yang berarti lambang atau gambar yang langsung memunculkan pertalian atau hubungan dengan benda yang dilambangkannya tersebut. Meskipun tidak memiliki ‘nilai’ monetary, semangat merupakan modal besar yang dimiliki oleh setiap individu, namun tidak banyak individu tersebut yang mau mempergunakannya dalam gotong royong ekonomi.

Rika Fatimah juga menambahkan bahwa saat ini melalui Komite Teknis 103 Manajemen Ekonomi Kolaboratif – SNI G2RT berusaha untuk membuat sebuah pedoman untuk para pelaku usaha agar dapat memproduksi produk-produk kualitas global, tanpa meninggalkan jati diri bangsa, yaitu gotong royong. SNI G2R Tetrapreneur memiliki struktur atau tahapan-tahapan standardisasi yang jelas. Hal tersebut dikarenakan apabila suatu standardisasi telah menjadi sebuah kebiasaan atau budaya pada suatu organisasi, maka standardisasi tersebut akan ditingkatkan (upgrade) menjadi lebih baik lagi. Adanya SNI G2R Tetrapreneur, maka pelaku usaha dapat mengukur dan/atau menghitung tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses bisnis dan berkewirausahaan. Pengukuran dan/atau perhitungan dapat dilakukan dengan pembuktian terarah melalui dokumentasi yang tertata dengan baik.

Kegiatan hari pertama tersebut dihadiri oleh perwakilan warga yaitu Kepala Desa Sigi, Kawasan Transmigrasi UPT Bulupountu Jaya SP 1, Bulupountu SP 2, Bulupountu SP 3, dan Lemban Tongoa. Hadir juga perwakilan dari beberapa perbankan yang ada di Palu antara lain dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia 46 (BNI46), Bank Mandiri, dan Bank Sulteng. Adapula perwakilan dari beberapa OPD di Sulawesi Tengah yaitu Dinas Perdagangan dan Dinas Pertanian.

Pada kesempatan tersebut juga dilakukan serah terima cinderamata dari Sekretariat G2R Tetrapreneur yang dilakukan oleh Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Founder, Konseptor, dan Tenaga Ahli Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur kepada Drs. Arnold Firdaus., MT. selaku Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah dan disaksikan oleh Eka Putri Kusumawardani, S.S., M.Si. selaku Perencana Ahli Madya dari Direktorat Perencanaan Perwujudan Kawasan Transmigrasi, Kementerian Transmigrasi Republik Indonesia. Selanjutnya dilakukan penyerahan produk dari Kabupaten Sigi kepada Eka Putri Kusumawardani, S.S., M.Si. selaku Perencana Ahli Madya dari Direktorat Perencanaan Perwujudan Kawasan Transmigrasi, Kementerian Transmigrasi Republik Indonesia oleh Febrianto, S.STP., M.Si. selaku Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Sigi.

Hari kedua kegiatan dari kegiatan Rapat Pemantapan Kawasan Transmigrasi Palolo Menuju Transpolitan dilakukan Pemilihan Produk Unggulan (PU) Ikonik G2R Tetrapreneur G2RT – KT Palolo, Sulawesi Tengah dan terpilih-lah olahan bawang, olahan coklat dan olahan kopi serta wisata sebagai PU Ikonik dari G2R Tetrapreneur G2RT – KT Palolo, Sulawesi Tengah. Selanjutnya, pembentukan Unit G2RT – KT dilakukan secara musyawarah dan terbentuklah 2 Unit G2RT – KT, yaitu Unit G2RT – KT Sigi dan Unit G2RT – KT Palolo-Nokilalaki. Selain itu, pada hari kedua tersebut Rika Fatimah P.L. berkeempatan untuk mengunjungi pusat produksi bawang goreng “SIGI” milik salah satu warga yang juga menjadi Produk Ikonik G2RT – KT Sigi.












Advertisement

Tinggalkan Komentar