Yogyakarta, Kansnews.com – Pada Minggu (22/12/2024), telah dilaksanakan WEBINAR dengan tema “Peran Insinyur Perempuan Teknik Industri Membangun Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045”.
Hadir sebagai narasumber diantaranya Dr. Ir. Tiena Gustina Amran, Ph.D., IPU., ASEAN Eng. selaku Dewan Pakar Badan Kejuruan Teknik Industri Persatuan Insinyur Indonesia yang menyampaikan paparannya tentang tantangan dan peluang insinyur perempuan di industri; sementara itu, Safitri Siswono selaku Pengusaha & Ketua Ikatan Alumni Teknik Industri ITB membagikan pengalamannya dalam dunia usaha dan kontribusinya sebagai perempuan dalam dunia teknik industri; Ir. Rika Amelia Rush, S.T., IPM. sebagai Ketua Umum HIPMI Jakarta Barat memberikan perspektif perempuan dalam kewirausahaan dan pembangunan ekonom; dan Rika Fatimah PL, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Founder, Tenaga Ahli, dan Konseptor Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur yang juga merupakan dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada yang menyampaikan paparan yang berjudul “SNI G2R Tetrapreneur – Standarisasi Asli Indonesia: Inovasi Ekosistem Ikonik Gotong Royong Dan Wirausaha Indonesia Ke Kancah Dunia.” Kegiatan ini dipandu oleh Ir. Moh. Shadiq Helmy Oemar, S.T., MBA., IPM selaku moderator kegiatan.
Acara dibuka oleh Ir. Wiza Hidayat, S.T., GP., IPU., ASEAN Eng selaku Ketua BKTI-PII. Wiza Hidayat menyampaikan bahwa Perempuan memiliki peran utama dalam membentuk keluarga berkualitas melalui proses kelahiran dan tumbuh kembang anak yang optimal. Ibu sebagai sumber inspirasi dalam berkegiatan karena Ibu merupakan role model bagi anak-anaknya. Mendidik dan membimbing anak-anak merupakan salah satu tugas Ibu yang tidak akan pernah ada kata cukup. “Menilik peran seorang Ibu yang penting dalam rumah tangga, saatnya untuk mendorong peran serta perempuan dalam pembangunan, karena perempuan merupakan salah satu pilar penting dalam pembangunan,” tutur Wiza Hidayat mengakhiri sambutannya.
Pada kesempatan tersebut, Rika Fatimah PL, S.T., M.Sc., Ph.D menyampaikan bahwa G2R Tetrapreneur lebih menekankan kepada ekosistem ekonomi yang sesuai dengan kemampuan para produsen produk lokal Indonesia. Ekosistem ini melindungi para pelaku usaha yang belum dapat bersaing dengan pasar dengan kapital (modal) besar. Apabila berbicara tentang ekosistem, maka secara global akan membicarakan tentang attitude, abilities, dan aspiration. “….tidak semestinya selalu tentang modal, pasar, tetapi bagaimana a human being for entrepreneur …. artinya wirausaha itu kehidupan,” tutur Rika Fatimah. Penciptaan ekosistem ini untuk menjamin keberlangsungan “kehidupan” UMKM, sehingga tidak hanya dilakukan oleh ekonomi dan bisnis, namun juga peran serta para insinyur dalam menerapkan teknologi tepat guna untuk mendukung produktivitas menjadi lebih baik.
Rika Fatimah juga menyampaikan bahwa dalam penciptaan ekosistem, diperlukan policy makers untuk menjamin keberlangsungan dari ekosistem atau environment tersebut. Key factors dari penciptaan ekosistem yang berpihak terhadap UMKM adalah pemerintah, kebudayaan, norma sosial, dan sebagainya, bukan melulu tentang modal (financial). Riak menambahakan ….”….. belum sepenuhnya dipahami oleh berbagai pihak pada umumnya termasuk yang kebanyakannya pemerhatian hanya pada end product-nya bukan manusianya. Padahal inti dari wirausaha adalah orang-nya.
Potret tersebut yang kemudian menjadi salah satu alasan munculnya inovasi gotong royong dalam ekonomi yang mendukung penciptaan ekosistem bagi keberlangsungan UMKM sesuai dengan ‘kapasitas wajarnya’. G2R Tetrapreneur merupakan sebuah model yang ikonik. Ikonik pada keunikan ekosistem-nya yang menjaga keberlangsungan produksi lokal tanpa memaksa produk lokal terburu-buru hingga untuk memenuhi standar produk industri besar. Selain itu, G2R Tetrapreneur juga mengutamakan konsep rezeki, yaitu semua rezeki telah diatur oleh Allah SWT sesuai dengan waktu dan porsinya. Keyakinan tersebut akan membuat para pelaku usaha untuk lebih ikhlas, sehingga yang dikejar adalah rezeki, bukan omset atau keuntungan, dan membentuk ketangguhan berwirausaha secara berkelanjutan.
Salah satu ikhtiarnya adalah melalui standarisasi G2R Tetrapreneur yaitu menterjemahkan intangible gotong royong menjadi tangible ekonomi. UMKM di Indonesia, saat ini lebih berorientasi kepada penjualan semata, dan abai pada keutamaan pencapaian Visi dan Misi terlebih dahulu untuk memperkuat merek atau brand mereka, baru penjualannya. Beberapa produsen di negara luar pula menerapkan ISO sebagai salah satu alat pencaiapan Visi dan Misi mereka, sebagai jaminan atau assurance bahwa mereka juga bermitra dengan perusahaan yang berkualitas unggulan. Begitu pula esensi dari SNI G2R Tetrapreneur yang memberikan jaminan proses bisnis bergotong royong sehingga bukan hanya berkualitas pada aspek end product-nya namun hingga pada karakter manusia dan kelembagaannya.
Menurut Rika Fatimah, sama halnya dengan berbagai standardisasi yang dikeluarkan oleh International Organization for Standardization (ISO), Standardisasi G2R Tetrapreneur ini juga mengatur para pelaku usaha untuk dapat memproduksi produk-produk kualitas global, tanpa meninggalkan jati diri bangsa, yaitu gotong royong. Sebagaimana standardisasi yang dikeluarkan oleh ISO, SNI G2R Tetrapreneur juga memiliki struktur atau tahapan-tahapan standardisasi yang jelas. Hal tersebut dikarenakan apabila suatu standardisasi telah menjadi sebuah kebiasaan atau budaya pada suatu organisasi, maka standardisasi tersebut akan ditingkatkan (upgrade) menjadi lebih baik lagi.
Adanya SNI G2R Tetrapreneur, maka pelaku usaha dapat mengukur dan/atau menghitung tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses bisnis dan berkewirausahaan. Pengukuran dan/atau perhitungan dapat dilakukan dengan pembuktian terarah melalui dokumentasi yang tertata dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya pengoptimalisasian pembentukan standar tersendiri untuk pelaku usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Adapun inti dari SNI G2RT yaitu menjadikan G2RT sebagai standar nasional wirausaha asli Indonesia sekaligus menjadi single entity iconic global. Lebih lanjut, SNI G2RT ini akan terdiri dari beberapa seri yang pada setiap serinya mengatur pedoman pelaksanaan untuk setiap Tetra.