Oleh: Furqan Jurdi
Ketua Perhimpunan Pemuda Madani

Mungkin nama Kapten Ibrahim Traore tidak populer di tengah-tengah masyarakat Indonesia, karena Dia bukan orang Indonesia. Seoang anak muda di Afrika Barat, dijuluki sebagai pemimpin yang disegani dunia, kini menjabat presiden Burkina Faso.

Di Indonesia nama yang populer adalah Jenderal Prabowo Subianto, seorang Mantan Jenderal Tentara yang sekarang menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Di negara asalnya, dua nama ini sama-sama populer. Ibrahim Traore adalah Presiden termuda yang disegani dunia, khususnya Barat. Dia bahkan menjadi populer karena sikap dan kebijakan nasionalisnya yang membangunkan semangat nasionalisme-Pan-Afrika.

Dia, Ibrahim Traore menjadi Presiden di umur 37 Tahun. Tentu dia tidak sama dengan Presiden Prabowo. Prabowo memulai debutnya sebagai presiden di umur 73 tahun. Keduanya sama dari militer: Ibrahim berpangkat kapten, Prabowo berpangkat Jenderal, keduanya tidak setara dalam kepangkatan.

Tetapi siapa yang memiliki jiwa kepemimpinan yang visioner, berani dan lebih gesit dalam menjalankan pemerintahan? Ini yang perlu kita uraikan.

Ini bukan tentang pidato, karena keduanya memiliki kecakapan yang sama dalam berpidato, bahkan para demagog besar seperti Hitler kalau dinilai dari pidato maka kita akan tertipu.

Juga bukan tentang pandangan nasionalisme atau bahkan ultra-nasionalisme populis yang menggelegar, tetapi tentang eksekusi kebijakan, tindakannya dalam membangun negara dan capaian yang dirasakan oleh rakyat.

Ibrahim Traore dari Burkina Faso hingga Kebangkitan Pan-Afrika

Ibrahim yang lahir tahun 1988 itu mengambil alih kekuasaan di tengah krisis kemanusiaan, kelaparan, kekeringan dan kemiskinan yang cukup serius yang menimpa negaranya. Kondisi ekonomi yang sangat memprihatinkan, korupsi yang “membabi-buta”, serta konflik sosial dan pemberontakan terjadi secara meluas.

Dalam situasi krisis dan konflik yang dahsyat itu, pada Tahun 2022, Kapten Ibrahim Traore seorang aktivis Islam di masa kuliahnya di Universitas Ouagadougou itu mengambil alih kekuasaan dengan jalan kudeta militer, menggulingkan Presiden Paul-Henri Sandaogo Damiba.

Pemerintahan Traore yang lahir dari hasil kudeta itu, lebih menjanjikan dari pemerintahan yang lahir dari proses keberlanjutan. Pemerintahan hasil kudeta secara politik dan keamanan membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan keadaan, bahkan banyak yang gagal, sementara pemerintahan yang lahir dari demokrasi dan keberlajutan tidak memerlukan pemulihan keamanan dan ketertiban.

Tapi justru Burkina Faso di bawah pemerintahan hasil kudeta melahirkan pemerintahan yang sampai sejauh ini cukup sukses melakukan pembangunan. Bahkan setelah beberapa bulan menggulingkan pemerintahan lama, Ibrahim langsung membuat gebrakan yang cukup mengejutkan dengan rencana untuk menghapus biaya pendidikan dari SD hingga kuliah.

Semua orang dibuat tercengang oleh kebijakan ini. Ibrahim tentu memiliki komitmen untuk memberi akses pendidikan ke seluruh negara Burkino Faso yang di mana dilanda kemiskinan ekstrem itu.

Ibrahim tidak menyampaikan visi dan misi untuk mengratiskan biaya pendidikan, tidak berjanji memberi makan rakyat, tetapi dia membuktikan pendidikan bagi rakyat penting, dan cara memberi makan rakyat adalah dengan meningkatkan ekonomi mereka.

Ibrahim juga tidak berpidato tentang anti asing, tetapi dia dengan berani mulai mengusir beberapa perusahaan multinasional dan mulai mengambil alih sumber daya alam Burkino Faso seperti tambang emas yang selama ini dikuasai oleh pihak asing. Dia bahkan mengusulkan mata uang baru demi mengganti Franc CFA yang merupakan mata uang warisan kolonial Prancis.

Kebijakan nasionalis Ibrahim tentu tidak selalu mendapatkan dukungan, justru membuat Traore punya banyak musuh di kalangan barat. Dia termasuk orang yang sangat berani untuk melakukan ‘revolusi nasional’. Tapi bagaimana bisa dia dijuluki sebagai pemimpin paling ditakuti di dunia?

Keberanian Traore yang tidak takut pada negara-negara kuat seperti Prancis dan IMF dengan mengusir Prancis dan mengakhiri kerja sama militer merupakan kebijakan anti-kolonialisme Barat yang konkrit. Dia mengakhiri hubungan dengan negara yang merugikan bangsa dan rakyatnya dan membangun hubungan dengan negara yang bersedia membantu pembangunan di negaranya seperti Rusia.

Keberanian Traore memang tak diragukan, bahkan akibat dari kebijakannya, konon Traore sudah menghadapi 19 kali upaya pembunuhan dan selamat. Bukan hanya percobaan pembunuhan tetapi upaya kudeta pun dilakukan, bahkan Jenderal Michael Langley, kepala militer AS di Afrika diduga kuat terlibat dalam upaya kudeta Mei 2025.

Segera rakyat bergerak melakukan demonstrasi besar-besaran di ibu kota Burkina Faso karena kekhawatiran bahwa “kaum imperialis” dan “antek-anteknya” berusaha menggulingkan Ibrahim.

Para demonstran baik dari kalangan rakyat, musisi, akademisi berbondong-bondong mendukung Pemerintahan Ibrahim. Aksi unjuk rasa solidaritas terhadap juga diadakan di luar negeri, termasuk di London.

“Dampak Traore sangat besar. Saya bahkan pernah mendengar politisi dan penulis di negara-negara seperti Kenya [di Afrika Timur] berkata: ‘Ini dia. Dialah orangnya’,” kata Beverly Ochieng, seorang peneliti senior di firma konsultan global Control Risks, kepada BBC (12/05/2025).

Ibrahim unggul di mata masyarakat. Ia dianggap sebagai pahlawan, pandangannya pemikirannya yang antikonialisme membuat Traore sangat disukai oleh generasi muda di Afrika bahkan dari setiap kebijakan dan pemikirannya banyak yang menganggap Ibrahim Traore sebagai penerus Thomas Sankara mantan presiden Burkino Faso yang sangat revolusioner. Traore dan Sankara memiliki gaya kepemimpinan yang dinilai sangat berkarismatik sangat fokus pada kedaulatan nasional.

Namun yang jadi pertanyaan adalah apakah dia benar-benar bisa mengatasi situasi yang sangat kacau di Burkino Faso setidaknya ada lebih 40% dari negara ini yang tidak dikuasai oleh pemerintah, dengan jutaan orang mengungsi karena konflik?

Pada bulan April 2025, meski memiliki hubungan dingin dengan Pemerintahan Ibrahim, IMF memuji pemerintahannya yang mampu membuat Kemajuan yang sangat baik meskipun menghadapi lingkungan kemanusiaan dan keamanan yang menantang. Ekonomi Burkina Faso diperkirakan akan tetap kuat pada tahun 2025, dan Pemerintahan Ibrahim telah membuat kemajuan dalam meningkatkan pendapatan domestik, efisiensi anggaran, dan meningkatkan pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial. Bahkan menurut IMF angka kemiskinan telah turun 24,9% karena pertumbuhan yang kuat di sektor pertanian dan jasa. (Sumber: BBC 12/05/2025)

Namun yang paling mencengangkan semua orang termasuk media-media internasional adalah pembangunan infrastruktur dasar besar-besaran. Akses jalan yang tiga tahun lalu hanya lumpur, kini diaspal, bandara yang kumuh dibangun dengan membuka terminal-terminal baru. Pembangunan Bandara bukan hanya membangun infrastruktur tetapi juga konektivitas sebagai gerbang menuju kebangkitan ekonomi.

Rumah sakit yang kumuh kini dibangun dan dilengkapi dengan alat-alat medis yang moderen. Klinik (puskesmas) yang terbengkalai kini difungsikan kembali dan menyediakan pelayanan, termasuk dokter dan tenaga kesehatan dilatih untuk memastikan pelayanan kesehatan yang baik di seluruh negeri.

Dalam bidang pertanian, Ibrahim menerapkan kebijakan pertanian yang mandiri, mengubah lahan tandus padang pasir menjadi lahan subur pertanian, memberdayakan koperasi pertanian untuk petani mendapatkan subsidi harga obat-obatan yang adil. Hasil panen pun meningkat dan memangkas impor. Bank Dunia meskipun tidak terlalu senang dengan pemerintahan Ibrahim, memuji pertumbuhan pertanian Burkina Faso yang kuat, memangkas kemiskinan ekstrem hingga mencapai 2%.

Ibrahim Traori telah menginspirasi pembentukan aliansi Pan-Africa. Ini membangkitkan semangat nasionalisme Afrika. Bersama dengan para pemimpin militer di Mali dan Niger telah menarik diri dari kelompok perdagangan dan keamanan regional Ecowas, membentuk aliansi mereka sendiri, dan telah mengakhiri perdagangan bebas di kawasan tersebut dengan mengumumkan pemberlakuan tarif sebesar 0,5% pada barang yang masuk ke negara mereka.

Keberhasilan Kapten Ibrahim Traori membangun negara dalam waktu yang cukup singkat, mencengangkan dunia. Dia tidak hanya memiliki kemampuan berpidato, tapi tindakannya lebih memperlihatkan keteguhan hatinya, bahkan lebih keras dari kata-katanya. Lalu bagaimana dengan Jenderal Prabowo di Indonesia?

Presiden Prabowo: Dari Kebocoran hingga Antek Asing

Berbeda dengan Kapten Ibrahim Traore, Jenderal Prabowo menjadi Presiden lewat kontestasi politik pada pemilu 2024. Prabowo terpilih menjadi presiden dari hasil kompromi politik yang dinamis, sekaligus keberlanjutan dari Pemerintahan Jokowi.

Dia mendapatkan kekuasaan dengan cara-cara yang demokratis, memulai pijakan ke dalam kekuasaan dengan mendekap Presiden Jokowi pada tahun 2019. Keduanya menjadi sahabat karib setelah menjadi lawan politik yang paling sengit pada pemilu tahun 2014 dan 2019.

Program dan visi misinya bukanlah sesuatu yang revolusioner, untuk mengubah keadaan sosial dan ekonomi masyarakat, melainkan dinamisasi dari program politik Jokowi selama 10 tahun.

Tidak ada perbedaan yang mencolok, selain dari karakter keduanya. Jokowi adalah pemimpin populis dengan “nada rendah”, Prabowo adalah populis dengan “nada tinggi”.

Lewat pidato-pidatonya, kita dapat menangkap suara Presiden Prabowo dan menjadi tidak asing dengan kosakata yang cukup populer, seperti kebocoran dan antek asing. Penggunaan Istilah ini sebagai identifikasi awal adanya musuh negara.

Kebocoran adalah kosa kata untuk memperlihatkan adanya korupsi, penyimpangan dan penyelewengan anggaran negara, sementara antek asing memiliki makna yang cukup ambigu, dan tidak jelas kepada siapa label itu dialamatkan.

Menariknya, Tim Cek Fakta Tempo (25/04/2025) menelusuri penggunaan istilah antek asing itu dan menunjukkan narasi antek asing tertinggi muncul 9 kali pada 2025, 8 kali pada 2024, dan 6 kali pada 2023.

Sementara itu, aktor yang menggunakan istilah antek asing adalah Prabowo Subianto sebanyak 17 kali. Rinciannya, pemilihan presiden 2014 (3 kali), pemilihan presiden 2019 (4 kali), Menteri Pertahanan (4 kali), pemilihan presiden 2024 (3 kali), dan presiden (2 kali). Organisasi masyarakat dan pendengung juga memakai istilah itu, masing-masing 6 kali dan 5 kali.

Istilah antek asing itu dilontarkan Prabowo ditujukan kepada kelompok kritis seperti organisasi masyarakat sipil dan mahasiswa, sebanyak 16 kali. Selain itu, lawan politik mendapat sebutan itu sebanyak 7 kali.

Bagaimana dengan kebijakan anti-asing? Saya melihat kontradiksi yang cukup mencolok dari antek asing dan anti asing ini. Di satu sisi Presiden Prabowo “anti asing” disisi lain sangat membutuhkan investasi asing.

Pada November 2024, Presiden melancong keluar negeri untuk mendatangi beberapa negara, yaitu Cina, Inggris, Uni Emirat Arab dan Amerika sekaligus menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Brazil. Perjalanan Prabowo itu diakui untuk mencari investasi Asing, salah satunya untuk kebutuhan pembangunan 3 juta rumah subsidi dan meminta China membantu program makanan bergizi gratis yang menjadi program andalan pemerintahannya.

Pada 3 Maret 2025 saat meresmikan KEK Industropolis Jawa Tengah, Presiden Prabowo secara terbuka mendukung investasi baik kalangan swasta dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk kerja sama dalam bidang investasi.

Pada akhirnya orang asing juga masuk dalam Badan Pengelola Investasi yang kita kenal Danantara. Ray Dalio pengusaha kawakan asal Amerika itu menjadi salah satu penasihat Badan Nasional yang dibentuk pemerintahan Prabowo.

Meskipun cukup hebat Presiden berpidato tentang asing dan swasembada, pada kenyataannya selama masa pemerintahan Prabowo 8 atau 9 bulan ini impor kita meningkat 4,14 persen dibandingkan Mei 2024. Tetapi nilai ekspor juga mengalami kenaikan 6,98 persen (Sumber: data BPS 1 Juli 2025)

Bagaimana dengan kosakata kebocoran? Dalam soal kebocoran, kita melihat, selama Prabowo memerintah pergerakan pemberantasan korupsi cukup masif dilakukan oleh kejaksaan. Upaya pemberantasan korupsi ini sangat memperlihatkan keseriusan pemerintah untuk menutupi kebocoran.

Korupsi di Pertamina, Korupsi yang terjadi di berbagai instansi seperti Mahkamah Agung dan Pengadilan, Korupsi di berbagai sektor kini mendapatkan perhatian serius. Cukup progresif dalam pemberantasan korupsi.

Tetapi orang-orang duduk di Kabinet justru memperlihatkan kebalikan dari upaya pemberantasan korupsi itu. Ada beberapa menteri kabinet yang disinyalir terlibat korupsi, judi Online dan konflik kepentingan.

Dengan adanya menteri-menteri yang demikian, pergerakan pemberantasan korupsi menjadi ambigu, sementara aktor-aktor dari korupsi itu masih diberi kekuasaan. Ini juga masalah serius.

Lalu apa capaian pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Presiden Prabowo selama 8 atau 9 bulan ini? Dalam bidang pertanian, “kita mengalami swasembada”, kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Menteri ini memang yang paling tegas di antara menteri-menteri lainnya.

Hilirisasi energi yang menjadi program swasembada energi justru telah menimbulkan polemik yang meluas di tengah masyarakat. Dari penambangan ilegal hingga penambangan yang merusak alam dan lingkungan terjadi di depan mata pemerintah.

Dengan slogan swasembada energi pulau-pulau kecil yang dilarang untuk ditambang justru ditambang. Yang lebih miris penambangan pulau kecil di wilayah Raja Ampat Papua yang merusak “surga terakhir” di bumi. Meskipun empat izin tambangnya telah dicabut, namun izin tambang di Pulau Gag masih beroperasi dengan alasan karena izinnya memenuhi prosedur. Akhirnya penyelesaian tambang Raja Ampat hanya setengah hati.

Baru-baru ini Presiden Prabowo meresmikan mega proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), di Karawang, Jawa Barat, Minggu. Dalam peresmian itu Presiden Prabowo mengakui bahwa “Proyek ini dimulai empat tahun yang lalu. Dengan demikian, kita lihat peran daripada Presiden Joko Widodo,” Kata Presiden Prabowo.

Lalu apa program Presiden Prabowo yang dapat diandalkan untuk merayakan 1 tahun pemerintahannya? Makanan Bergizi Gratis? Pembangunan 3 juta rumah? Semua masih jauh dari harapan.

Kesimpulan

Dari semua perbandingan-perbandingan itu, saya sudah sampai pada kesimpulan, bahwa antara Kapten Ibrahim Traore di Burkina Faso dan Jenderal Prabowo Subianto, jauh dari memiliki kesamaan. Baik dari segi kebijakan pembangunan, maupun dari sikap dan karakter nasionalismenya.

Bagi saya Ibrahim Traore telah menjadi inspirasi bagi bangsa Afrika, dan mampu membangkitkan semangat Pan-Afrika, yang jauh berbeda sekali dari penerimaan masyarakat ASEAN terhadap presiden Prabowo.

Bahkan dalam negeri penerimaan masyarakat kepada pemerintahan ini masih berimbang antara yang pro dan kontra, tidak ada fanatisme yang terbangun di kalangan masyarakat. Belum lagi kekecewaan yang sangat besar dari wakil presiden yang sampai hari ini menjadi beban pemerintahan sekaligus melipatgandakan ketidaksukaan publik.

Ibrahim mampu membuat semua orang membelanya ketika ingin dikudeta, dan masyarakat menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa mereka akan membelanya. Apakah hal yang sama akan dirasakan oleh pemerintahan Prabowo? Wallahualam bis shawab.

Advertisement

Tinggalkan Komentar