
Puisi Anto Narasoma
Jalan panjang itu tetap menjadi jejakmu. bukan hanya keringat, api yang kau sulut membakar semangat –setelah dua puluh tahun menata kalimat panjang di ruang sekolah guru honorer yang nyaris tumbang
lalu kakimu pun
menjadi sepasang kata-kata yang diam
dan sunyi. hanya sepiring nasi, secangkir plastik, dan anak-anakmu sepi
dari lauk-pauk di meja berdasi yang basah
air mata
di kota-kota besar, mantan siswamu diam-diam merancang program kerja di ruang prestasi pejabat provinsi
kulihat,
engkau masih berkutat dalam kubangan lumpur desa yang mengikat pikiran dan perasaan
— kaulah guru honorer yang lupa tercatat sebagai guru negara
o, begitu kejam perjalanan nasib yang berteriak dalam diam
bahkan teriakan itu berkumandang saat lagu indonesia raya menatap langit dan bumi yang lupa pada nasibmu
guru,
puluhan tahun
jari-jari kakimu yang menapak lembaran buku matematika, menggiring siswamu meraih juara dalam hitung-hitungan bagi sepenggal nasibmu yang lapuk dan busuk
Palembang
25 November 2025











