Puisi Oka Swastika Mahendra

Di Palembayan arus menggulung
Malam pecah tanpa aba-aba
Bumi bergemuruh, langit seakan runtuh
Rina Sitati seorang ibu
Tetapkan yakin antara hidup dan ajal

Sepuluh meter mereka berlari
Lalu dunia tiba-tiba gelap
Tak ada arah, tak ada tanah berpijak
hanya dentam air menggusur
Poranda rumah, harapan, dan masa depan

Di tengah gelap yang menelan kampung
Tangan kecil itu terlepas
Lalu kembali memeluk.
“Bunda… selamatkan Adek…”
Suara kecil menyalakan api ikhlas
Menjadikan berjuang tergulung air liar

Arus menghantam tubuh mereka
Mengaduk napas,
Mengubur doa.
Namun Rina tetap memeluk
Sekuat keyakinan seorang ibu
Rela hancur demi nyawa anaknya.

“Kalau mati ikhlas—Allah… Allah… Allah…”
bisiknya, pasrah sekaligus perkasa
Lalu, di antara maut yang mengintai
ia merasakan satu hal yang melawan logika
napasnya lega kembali

Ia berdiri
di tengah badai air, puing, dan teriakan
Ia oleng tapi sadar
karena detak kecil di dadanya masih hidup.
Ia berdiri
karena seorang ibu
tidak pernah menyelesaikan pertempuran
sebelum anaknya selamat

Jogjakarta 6 Desember 2025


Sumber referensi:
news.detik.com/berita/d-8242294/perjuangan-ibu .

Advertisement
Previous articleSajak Ironika Bencana
Next articleHikayat Pulau Perca

Tinggalkan Komentar