Oleh : Jacob Ereste

Syahdan, setelah Barat menaklukkan semua lawan ideologisnya, menurut Francis Fukuyama konsensus terhadap demokrasi liberal telah menjadi peredam yang menyejukkan. Meski kemudian tampil Samuel P. Huntington yang menyulut perang berbasis ideologis akan beralih pada perang peradaban. Itulah sebabnya dia melihat peradaban Barat akan berbenturan dengan peradaban Islam yang memang sangat potensial menjadi pembentur yang paling keras terhadap supremasi persdaban Barat.

Sejarah mencatat bahwa konflik peradaban bukan dikarenakan elemen internal dari peradaban, tapi lebih disebabkan oleh interest yang muncul disekitarnya. Dalam benturan peradaban klasik — dan juga seperti yang terjadi sekarang ini — lebih dominan disebabkan oleh ambisi kelompok untuk saling menafikan dan menghancurkan agar aset ekonomi dan wilayah politik kekuasaan dapat direbut. Jadi muara dari bentuk beragam konflik yang terjadi dan terus berlangsung.

Yang pasti, tidak ada perubahan peradaban kemanusiaan yang tidak disokong oleh kekuatan lain dari luar dirinya. Demikian pula dari keberadaan peradaban Islam dan peradaban Barat yang menghegemoni dunia tidak terlepas dari prestasi yang dicapai oleh umat Islam pada masanya. Jadi kebesaran suatu peradaban merupakan produk bersama kemanusiaan, meski tetap ada aktor utama sebagai pelakunya.

Dari paradigma peradaban sebagai produk bersama, maka dialog bukan sekedar tukar pikiran semata, tetapi diikuti pula oleh perilaku yang berlandaskan pada dasar-dasar pengolah laku tersebut hingga menjadi proses moral dan penalaran konstruktif dengan tidak memaksa pihak lain untuk mengikuti pendapatnya sendiri.

Dari paradigma peradaban sebagai karya bersama, maka tak lagi relevan kusak-kusuk tentang rivalitas. Karena yang lebih penting untuk dilakukan pada puncak konflik dan benturan peradaban adalah membangun dan mendamaikan unsur-unsur peradaban yang sudah dipahami bersama menjadi sumber konflik. Dialog patut dilakukan dengan penuh kesadaran saling menghargai antara yang satu dengan yang lain. Akidah, kepercayaan, kebudayaan, adat-istiadat serta tradisi harus dimuliakan seperti perlakuan terhadap manusia.

Dialog seperti yang dieksplorasi dengan bagus oleh Zaprulkhan dari tesis Francis Fukuyama “The End of History” bahwa dialog bukan sekedar tukar pikiran antara dua pemikir atau lebih, tetapi harus dibarengi dengan perilaku yang berlandaskan pada dasar-dasar yang akan mengolah laku tersebut menjadi proses moral dan penalaran yang konstruktif tanpa memaksakan kehendak dari salah satu pihak untuk mengikuti pendapat pihak lain. Dengan demikian dapat tercapainya suatu sikap untuk saling memahami dan terbangunnya kerja sama untuk dapat menjernihkan keruwetan dan kekeruhan serta ketegangan yang terlanjur terjadi.

Konflik peradaban, dapat disimpulkan bukan disebabkan oleh elemen-elemen internal dari masing-masing peradaban, tetapi lebih disebabkan oleh interest yang muncul disekitarnya. Benturan peradaban klasik seperti yang terjadi sekarang l disebabkan ambisi kelompok yang saling menafikan dan hasrat untuk saling menghancurkan lalu menguasainya. Pada dasarnya, peradaban itu sendiri terbentuk dari kekuatan yang ada disekitarnya. Termasuk peradaban Barat yang menyerap banyak dari peradaban Islam. Itulah hakekatnya peradaban dapat dipahami sebagai produk bersama umat manusia.

Banten, 29 Maret 2024

Kans Jawara