Oleh : Evelyn Deciana

Banyak perspektif yang bisa diambil di dalam memahami pembelajaran yang kita petik melalui suatu cerita atau kejadian.

Kali ini saya memilih untuk melihat dari salah satu sudut pandang psikologi; dan menurut saya, film ini dapat kita jadikan kaca untuk melihat ke dalam kehidupan kita sendiri apakah nilai-nilai, norma sosial, tradisi dan budaya yang kita jadikan acuan masih valid atau sudah obsolete untuk saat ini; apakah perasaan cinta kita dapat dibutakan oleh nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat di sekitar kita yang kita pegang teguh; apakah nilai dan norma serta tradisi dan budaya yang kita pelajari dapat mengalahkan cinta kasih yang kita miliki kepada orang terdekat kita; apakah uang dan harta dapat mengalahkan cinta pada orang-orang terdekat kita?

Dalam film ini, terlihat banyak nilai, norma, tradisi dan budaya yang membentuk pemikiran dan perilaku kita yang sudah tidak valid lagi untuk zaman sekarang yang secara otomatis dan tidak sadar, diwariskan kepada generasi berikutnya yang akhirnya menjadi pola yang berulang antar generasi yang sulit dipatahkan.

Memang bukan karena nilai yang diajarkan itu salah, tetapi ada yang sudah tidak perlu lagi untuk dipertahankan sampai saat ini.

Ada satu nilai yang menurut saya dapat diberi perhatian lebih, yaitu mengenai hubungan orang tua dan anak. Kebanyakan orang tua pasti ingin diurus dan diperhatikan oleh anak-anak mereka terutama pada saat mereka sudah tua, sakit-sakitan dan sudah mulai tidak berdaya. Di film ini, ada anak yang mengurus ibunya hanya karena ia tidak ingin disebut anak durhaka oleh masyarakat sekitarnya dan takut berdosa bila ia tidak mengurus orang tua, padahal ia melakukannya dengan setengah hati karena sebenarnya ia tidak suka mengurus ibunya. Ia malu akan keberadaan orang tuanya yang bukan dari keluarga yang terhormat dan berada. Lain lagi anak yang satunya, ia mau datang mengunjungi ibunya hanya pada saat ia membutuhkan uang. Dan kedua anak ini adalah anak laki-laki dan mereka sangat mengharapkan harta peninggalan yang tidak seberapa dari ibunya yang sudah mulai menua. Sedangkan anak perempuan satu-satunya yang tidak pernah mendapatkan apapun dari orang tuanya, malah adalah satu-satunya anak yang mengurus dengan sepenuh hati dan bukan karena mengharapkan harta warisan tetapi karena memang ia menyayangi ibunya.

Di budaya Timur, peran kita sebagai anak dalam mengurus orang tua banyak yang dilakukan karena terpaksa, karena takut dicap oleh masyarakat sebagai anak durhaka, sebagai anak kurang ajar dan lain sebagainya. Dan ada juga orang tua yang ingin punya anak hanya karena mereka berharap ada yang mengurus mereka pada saat mereka tua. Tidak semua tentunya, tetapi banyak yang mempunyai pemahaman seperti ini.

Pemikiran yang dapat direnungkan di sini adalah mengapa kita harus melakukan peran-peran tersebut dengan terpaksa dan merasa bahwa mengurus orang tua adalah seperti melakukan kewajiban? Tidak bisakah kita mengurus dan mencintai orang tua kita karena itu adalah sebagai salah satu wujud rasa syukur dan terimakasih kita sebagai seorang anak yang telah dibesarkan oleh orang tua kita dan karena memang kita mencintai orang tua kita? Bukan karena mengharapkan pujian dari masyarakat di sekitar kita sebagai anak yang berbakti, atau juga karena kita takut berdosa dan menjadi anak durhaka dan bukan juga karena kita mengharapkan untuk mendapatkan harta warisan dari orang tua kita sebagai imbalan atas perilaku kita.

Dari sisi peran sebagai orang tua, tidak bisakah kita untuk tidak mengharuskan atau memaksa anak untuk mengurus kita pada saat kita sudah tua dengan dalih bahwa itu adalah tugas dan kewajiban mereka sebagai anak terhadap orang tua, agar mereka menjadi anak yang berbakti pada orang tua dan alasan-alasan lainnya?

Melakukan segala sesuatunya atas dasar cinta, dan bukan karena terpaksa atau karena ingin memberikan image yang bagus untuk orang lain adalah jauh lebih baik dibandingkan karena nilai, norma, tradisi dan budaya kita yang kita pegang teguh yang banyak mengharuskan kita melakukan berbagai macam hal. Apabila kita memberikan cinta kita dengan tulus ikhlas tentunya akan berbuah cinta juga.

Advertisement

Tinggalkan Komentar