Catatan Marlin Dinamikanto

Setelah Pilkada serentak selesai, kemenangan sudah dapat dihitung, bahkan sejak quick count yang biasanya sudah diketahui hasilnya pada pukul 17.00 di hari H pencoblosan, tidak jarang disambut klaim kemenangan oleh sejumlah partai politik, baik oleh partai politik besar seperti PDI Perjuangan, Gerindra dan Partai Golkar maupun partai-partai semenjana yang lolos ke parlemen pusat. Tidak jarang pula partai kecil ikut-ikutan berselebrasi karena jagoan yang diusungnya menang di mana-mana.

Selebrasi atas klaim kemenangan itu sepertinya absurd, karena acap kali pula hanya karena secara resmi mengusung calon yang menang, namun di sisi lain tidak ada satu pun kader partai politiknya yang duduk, baik sebagai kepala daerah maupun wakil kepala daerah. Keikutsertaan partai politik yang dimaksud dapat diistilahkan bertepuk tangan ikut ramai berbaris ikut panjang.

Bukan berarti partai politik yang panta rei, ikut kemana arus mengalir, tidak ada gunanya. Dalam klenengan, ensambel musik jawa, tukang tepuk tangan alias gerong yang mengikuti orkestra gamelan dan vokal (sinden) tetap memberikan warna dalam klenengan. Tapi tentu saja proporsi keterlibatannya berbeda dengan tukang gamelan, tukang bonang, tukang kendang, tukang gambang, tukang gong, sinden, atau bahkan dalang yang berada dalam kasta tertinggi pertunjukan wayang kulit.

Begitu juga dalam Pilkada, tentu klaim kemenangan tidak serta merta dibuat setara di antara partai-partai pengusung. Karena terkesan ganjil misal saja partai C lebih banyak menang dibandingkan partai A dalam Pilkada Kabupaten/Kota di suatu provinsi, padahal tidak satu pun kader partai C yang akan dilantik menjadi calon kepala daerah maupun wakil kepala daerah sedangkan partai A meskipun menang di tempat yang lebih sedikit namun mengantarkan, misal dua kadernya menjadi kepala daerah dan satu kadernya menjadi wakil kepala daerah.

Agar penilaian lebih masuk akal, prestasi partai-partai politik yang sebelumnya berlomba-lomba klaim kemenangan perlu adanya pembobotan. Di sini bukan saja bicara kuantitas melainkan juga sekaligus kualitas kemenangan. Di sini perlu ada scoring atau pembobotan di antara partai-partai pengusung yang memenangkan calon kepala daerah. Sedangkan partai politik yang kalah ditulis nol.

Score tertinggi tentu saja untuk partai politik dalam satu wilayah penghitungan yang mampu mengantarkan kadernya menjadi kepala daerah sekaligus wakil kepala daerah, disusul partai politik yang mengantarkan kadernya menjadi kepala daerah, berikutnya partai politik yang mengantarkan kadernya menjadi wakil kepala daerah, kemudian partai pengusung yang memiliki wakil di DPRD setempat dan terakhir kali partai non parlemen yang ikut mengusung.

Index pembobotan yang saya tawarkan adalah 5 untuk partai politik yang menempatkan kadernya menjadi kepala daerah sekaligus wakil kepala daerah. Contohnya pemenang Pilkada di Kalimantan Barat, Daerah Khusus Jakarta dan Bali. Score 4 untuk partai politik yang memenangkan kadernya hanya kepala daerah, misal Gerindra di Jawa Barat, Sumatera Utara, Banten dan Jawa Tengah. Selanjutnya score 3 untuk partai politik yang hanya memenangkan kadernya menjadi wakil kepala daerah, misalnya Partai Golkar di Jawa Barat dan Sumatera Utara.

Bagaimana dengan partai politik yang ikut mengusung tapi tidak menempatkan kadernya menjadi kepala atau wakil kepala daerah? Tetap dihitung. Score 2 untuk partai politik yang memiliki kadernya di DPRD (dan untuk lebih memudahkan cara menghitung) dengan mengabaikan apakah bisa membentuk fraksi sendiri atau diharuskan bergabung ke partai lain. Score 1 tentu saja untuk partai politik non parlemen di daerah setempat yang ikut tercatat sebagai partai pengusung.

Sekarang index yang saya buat, sebut saja index marlin, kita implementasikan secara sederhana. Misalnya siapa pemenang Pilkada di wilayah Polda Metrojaya yang meliputi Daerah Khusus Jakarta, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Depok dan Kota Bekasi?

Di DKJ, PDI Perjuangan dan Partai Hanura mengantarkan pasangan Pramono – Rano Karno menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur. Karena pasangan ini keduanya dari PDI Perjuangan maka partai banteng moncong putih itu mendapatkan score 5 sedangkan Hanura karena tidak memiliki perwakilan anggota parlemen di DKJ maka diberikan score 1. Partai-partai lainnya 0.

Di Kota Tangerang, Partai Golkar yang menempatkan Sachrudin, kadernya, menjadi Walikota Tangerang, mendapatkan score 4, PDI Perjuangan yang menempatkan Maryono sebagai wakil walikota score 3, sedangkan Demokrat dan PPP masing-masing mendapatkan score 2.

Di Tangerang Selatan, Walikota dan Wakil Walikota terpilih yang keduanya kader beringin menempatkan Partai Golkar mendapatkan score 5, partai-partai parlemen lainnya (kecuali PKS yang mengusung calon sendiri) sebut saja PDI Perjuangan, Gerindra, Nasdem, PSI, PKB, Demokrat dan PPP masing-masing diberi score 2.. Sedangkan partai non parlemen seperti PKN, Gelora, Garuda, Partai Buruh dan Hanura masing-masing score 1.

Di Kota Depok PKS kembali amsyong. Partai Golkar yang berjaya di Tangerang dan Tangsel terseret di dalamnya. Jagoan kedua partai yang menjagokan Walikota petahana (dulunya wakil walikota) kandas dikeroyok Gerindra, PDIP, Nasdem, PKB, Demokrat, PPP, PSI, Gelora, Buruh, Ummat, Hanura dan PKN. Karena walikota terpilih tidak berpartai maka tidak ada yang mengklaim score 4, PKB dapat score 3 karena Chandra, kader PDI Perjuangan ini sejak 2024 ini pindah ke PKB. Partai-partai parlemen seperti Gerindra, Nasdem, PDIP, Demokrat dan PPP masing-masing 2. Partai pengusung yang non parlemen masing-masing 1.

Bagaimana dengan Kota Bekasi? Sambil menunggu putusan Mahkamah Konstitusi, KPU setempat telah menetapkan pasangan Tri Adhianto – Abdul Harris Bobihoe sebagai pemenang. Pasangan ini diusung oleh PDI Perjuangan (Calon Walikota) skor 4, Gerindra (Calon Wakil Walikota) skor 3, PKB dan Demokrat yang masing-masing skor 2.

Dengan demikian, PDI Perjuangan dapat dikatakan memenangkan Pilkada di Wilayah Polda Metro dengan meraih poin rata-rata 5 + 3 + 2 + 2 + 4 : 5 sama dengan 3,2. Partai lainnya sebut saja Golkar, 4 + 5 : 5 sama dengan 1,8 Gerindra 2 + 2 + 3 : 5 sama dengan 1,4. Lainnya tolong hitung sendiri

Index ini memang belum sempurna, tapi paling tidak bisa lebih menggambarkan baik kualitas kader maupun kuantitas sebaran partisipasi pemenangan dalam menghitung indeks kemenangan partai-partai politik dalam Pilkada. Sebut saja PDI Perjuangan, secara kuantitas ikut menang di 5 wilayah Polda Metro dan secara kulitas menempatkan 2 kepala daerah dan 2 wakil kepala daerah di daerah yang ikut dimenangkannya.

Selanjutnya semoga saya ada waktu meriset sejumlah Provinsi untuk mengetahui indeks kemenangan partai-partai politik dalam Pilkada 2024 yang semoga dapat dijadikan bahan evaluasi bagi masing-masing politik yang ada untuk memenangkan konstetasi pada Pilkada berikutnya. Tentu saja dengan metodologi pembobotan yang saya kenalkan dalam artikel singkat ini.

Advertisement

Tinggalkan Komentar