Sigmund Freud membagi level kesadaran menjadi 3 tingkatan, yaitu pikiran sadar, prasadar, dan bawah sadar. Tidak mudah bagi kita untuk mengenali dan mengerti tentang pikiran prasadar dan bawah sadar kita karena semua itu tentunya tidak kita sadari sepenuhnya.
Ada seorang teman bercerita tentang rekan kerjanya di kantor yang menurut dia perilaku temannya itu sudah sangat mengganggu dan menyebalkan. Temannya ini kurang baik dalam mengkomunikasikan apapun yang ada dalam pikirannya. Hal ini bukan menjadi hal yang penting kalau tidak menyangkut masalah dalam pekerjaan mereka. Tetapi lama kelamaan sifat dan perilaku temannya sudah mulai mengganggu kelancaran pekerjaan mereka. Alhasil, pekerjaan menjadi tertunda dan tidak dapat diselesaikan pada waktunya.
Saya bertanya pada teman saya, sifat dan perilaku temannya yang mana saja yang mengganggu dia. Teman saya mulai membuat daftar yang panjang tentang semua sifat dan perilaku yang tidak ia sukai. Kemudian saya menanyakan adakah sifat dan perilaku yang ada dalam daftar tersebut ada pada dirinya juga.
Diapun terdiam sejenak dan mulai merenung. Ternyata sebagian besar dari sifat dan perilaku temannya itu merupakan sifat dia juga yang selama ini tidak pernah ia sadari sepenuhnya kalau ia pun memiliki sifat dan perilaku tersebut.
Dalam teori Psikoanalisa menurut Carl Jung, hal di atas biasanya dikenal dengan sebutan proyeksi pikiran bawah sadar kita. Kita nemproyeksikan pikiran bawah sadar kita yang tidak kita kenali atau sadari sepenuhnya terhadap orang-orang di sekitar kita, terutama pada orang-orang yang dekat dengan kita, seperti pasangan, keluarga, teman dan rekan kerja kita dan tentunya semua orang yang masuk dalam kehidupan kita. Mereka hadir dalam hidup kita dan bersinggungan dengan hidup kita untuk menjadi cermin bagi kita untuk mengenal diri kita lebih dalam dan untuk memproses trauma-trauma yang ada di bawah sadar kita yang selama ini mungkin luput dari kesadaran kita.
Memang tidak mudah bagi kita untuk mau mengakui sisi negatif diri kita sendiri pada saat kita diberikan cermin untuk berkaca melalui orang-orang yang hadir dalam hidup kita.
Kembali pada teman saya, setelah melalui proses perenungan yang dalam, teman saya mengatakan bahwa ia menemukan bahwa ternyata dirinya sebaik dan seburuk rekan kerjanya. Dan ia pun berusaha untuk tidak menilai dan mengadili orang lain lagi karena ternyata semua orang memiliki sifat dan perilaku yang sama baiknya dan sama buruknya.