Malam ini pukul 21.00 WIB, Garuda Muda kembali diuji dalam laga semifinal Piala U-23. Lawan tandingnya tak main-main: Tim ‘’Serigala Putih’’ Uzbekistan yang pernah menjuarai Piala Asia U-23. Tapi pada laga 2023 lalu mereka dikandaskan Arab Saudi di kandang sendiri dalam partai final.
Bagi Garuda Muda, lolos ke semifinal Piala Asia U-23 saja sudah melewati target yang ditetapkan PSSI yakni 8 besar. Namun, tentu saja pencapaian ke semifinal adalah kebanggaan luarbiasa bagi sejarah sepakbola Indonesia. Sekarang, semangatnya pasti sudah beda karena target sudah fokus : Menjadi Juara Sepakbola Asia Piala U-23-2024.
Uzbekistan pastinya bukan tim kaleng-kaleng. Menang terus selama event Qatar, tim kuat ini piawai memainkan sepakbola agresif dengan melepaskan 78 shots selama laga Piala U-23, sementara Indonesia sendiri melepas 59 shots.
Gelandang Uzbekistan, Umarali Rakhmonaliev, paling bernafsu ingin menjegal tekad Timnas Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 2024. Si Umar, pemain Rubin Kazan di Liga Rusia itu tidak akan mau membiarkan Skuad Garuda Muda lolos ke babak final. Dia bertekad meloloskan Uzbekistan ke babak final Piala Asia U-23 buat kedua kalinya secara berturut-turut.
Tapi semangat Garuda Muda juga, sekali lagi, jangan dipandang enteng oleh siapapun. Lihat saja, kurang “gila” apa permainan tim Australia ketika mengurung pertahanan Indonesia pada babak ke 2 kemarin. Tapi toh Garuda Muda mampu meladeni hingga bisa mempertahankan kemenangan 1 – 0. Lalu kurang dahsyat apa tim Yordania, dan terakhir, kurang ‘’Ngeri’’ apa anak-anak muda kita ketika melawan salah satu raksasa Asia, Korea Selatan. Korsel pun tumbang dilibas Squad Garuda Muda.
Pelatih Shin Tae-Yong (STY) pasti sudah punya ramuan paling jitu yang dipesankan kepada skuad Garuda Muda. Formasi dasar 3-4-3 yang diterapkan STY diakui oleh pelatih bola Jepang Go Oiwa sebagai formasi efektif agar tim bisa bergerak leluasa dan membangun serangan yang solid. ‘’Formasi kemudian bisa berubah ke 4 – 5 – 1 saat dibutuhkan untuk menyerang!” kata Go Oiwa, yang menyebut strategi STY sebagai strategi Jenius.
Tapi apapun, soliditas dan ketahanan stamina kembali menjadi basic paling dasar dari permainan sebuah tim sepakbola. Kepaduan Justin Hubner si Benteng Takeshi belakang, dengan Nathan TJoe si penjelajah lapangan tengah, selama ini sudah kompak sekali memainkan bola-bola pendek berikut passing-passing matang bersama Ivar Jenner, beserta Fajar F Rachman ketika membangun serangan. Di depan, Marselino Ferdinand, Rafael Struick, Witan Sulaiman dan Ramadhan Sananta diharapkan bisa menggedor-gedor lini belakang Uzbekistan.
Satu hal lagi, dulu para pemain PSSI dikenal hanya memiliki ketahanan main satu babak. Babak berikutnya sudah payah. Tapi, di bawah gemblengan STY, skuad muda Indonesia telah mampu bermain full dua babak. Itu dibuktikan ketika melawan Australia dan Korea Selatan.
Akhirnya, marilah kita sama-sama berdoa agar Tuhan memberi kekuatan kepada timnas Garuda Muda Indonesia. Doa dan rumus ‘’matematika’’ STY di lapangan semoga menjadi ramuan mujarab agar Garuda Muda lolos menang ke babak Final…!!!. (p17)