Oleh : Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes

Kemarin, Sabtu 05/10/2024 bangsa ini memperingati usia 79 tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang pada awal pembentukannya lembaga ini bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR), lalu TKR dibubarkan dan kemudian berdirilah Tentara Republik Indonesia (TRI), dan berganti nama menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Kemudian setelah pemisahan antara militer dengan kepolisian maka diubah kembali menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga saat ini.

Pada masa Orde Lama alias Demokrasi Terpimpin hingga masa Orde Baru, TNI pernah digabung dengan Kepolisian. Penggabungan ini dikenal secara kolektif dengan singkatan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Sesuai Ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI serta Ketetapan MPR nomor VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan POLRI, maka sejak tanggal 18 Agustus 2000 keduanya kembali terpisah.

Pada awalnya Indonesia pada awal berdirinya sama sekali tidak mempunyai kesatuan tentara. Kemudian dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) di sidang PPKI tanggal 22/08/1945 dan diumumkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 23/08/1945. Namun BKR bukanlah tentara sebagai suatu organisasi kemiliteran yang resmi. Baru melalui Maklumat Pemerintah tanggal 05/10/1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada tanggal 07/01/1946, TKR berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Kemudian pada 26/01/1946, diubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

Sejak 1959, tanggal 05/10 ditetapkan sebagai Hari Angkatan Perang atau Hari Angkatan Bersenjata, yang saat ini disebut sebagai Hari Tentara Nasional Indonesia, yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16/12/1959 untuk memperingati peristiwa kelahiran angkatan bersenjata Indonesia. Oleh karenanya saat ini TNI sudah berusia 79 tahun dihitung saat pembentukan TKR pada 05/10/1945 silam.

Oleh karenanya saat Peringatan HUT TNI ke-79 yang dipusatkan di Monumen Nasional (Monas) kemarin, ditampilkan 1.059 jenis Alutsista (Alat Utama Sistem Pertahanan) dan melibatkan 100.000 prajurit aktif. Alutsista modern yang tampil mulai dari milik TNI-AU Pesawat-pesawat Tempur Sukhoi SU-27 Flanker, F-16 Fighting Falcon, T-50 Golden Eagle, Hercules C-130J, HS Hawk 100/200 hingga berbagai jenis Drone (Geospasial, Surveillance, Tactical Combat, Angkut Logistik, hingga Drone CH4). Sementara melalui Videotron juga ditampilkan Alutsista milik TNI-AL yang terdiri atas All Terrain Assault Vehicle (ATAV), Indonesian Light Strike Vehicle (ILSV), Rigid/Rubber Hulled Inflatable Boat (RHIB), hingga Explosive Ordnance Disposal (EOD).

Sementara TNI-AD tak kalah garang menampilkan jajaran produksi PINDAD mulai dari Anoa (APC dan Morse), Komodo, Komob Kopassus, P2 Tiger, Panser Badak & Pandur, Panser V-150 Kanon,Tank Harimau,Tank Marder, Tank Armoured Recovery Vehicle (ARV), Tank Armoured Engineer Vehicle (AEV), juga kebanggaan TNI AD Tank Leopard 2 dan Tank Scorpion. Ada juga LML (Lightweight Multiple Launcher) dan RapidRanger Multi Mission System (RapidRanger MMS) dengan rudal Starstreak/rudal mistral ATLAS dan Multi Purpose Combat Vehicle (MPCV). Ada juga Radar bergerak CM200/Shikra dan Mistral Coordination Post (MCP) dari Decon Nubika (nuklir, biologi, kimia), lidik Nubika, Spider Excavator, Unit M3I Amphibious Pontoon, unit Treva, dan Faun Trackaway, Monob Hubad, Komob Hubad, SOTM Hubad, ECS Hubad dan Jammer Hubad.

Menariknya, Alutsista-alilutsista TNI ini beberapa diantaranya kemarin sengaja diperbolehkan untuk dinaiki masyarakat yang ikut tumpah ruah di lokasi, sehingga tercipta Manunggal antara Rakyat dan Tentara. Hal ini bagus dan patut diapresiasi karena rakyat memang ingin agar TNI dan alutsistanya yang dibeli dengan uang masyarakat tersebut memang harus menyatu dan tidak boleh justru digunakan untuk melawan rakyatnya sendiri. Demikian juga rakyat juga berharap agar TNI tetap berpihak kepada rakyat dan negara, bukan hanya kepada pemerintah apalagi rezim tertentu, karena kalau mengigat sejarah kelahirannya dulu TNI adalah Tentara Keamanan Rakyat (TKR yang berpihak kepada rakyat.

Namun ironisnya, kemeriahan di Jagad Nyata tersebut tampak sedikit berbeda di alam maya, Netizen +62 justru lebih banyak menyoroti kemunculan Wapres terpilih yang kemarin saat Acara Pelantikan Anggota DPR-RI samasekali tak tampak batang hidungnya, padahal saat itu bahkan semua Mantan Wapres dan Presiden terpilih Prabowo Subianto hadir khidmat mengikuti acara. Berbagai cuitan di X / Twitter-pun terbaca antara lain dari @CakKhum : “Setelah dicari-cari akhirnya Gibran Wapres terpilih hadir bersama Prabowo di Perayaan HUT ke-79 TNI. Coba perhatikan, Gibran tidak berani di samping Prabowo, malah sempat ngintil di belakang Bapaknya”.

Ada juga @Boediantar4 : “Setelah Dicari cari Akhirnya Si Gibran Bocil Tengil Fufufafa Cawapres Dipilih Hadir Bersama Prabowo di Acara Perayaan HUT ke 79 TNI. Tapi pak Prabowonya malah menggandeng wapres Ma’ruf Amin 😀” kemudian @Dalam_temaram : “Gaya canggung Gibran di dekat Prabowo acara HUT TNI. Cocok berlindung di balik ketek Mulyono. 😁😁”. Lucunya beberapa media-pun berkomentar serupa, misalnya @liputan6dotcom : “Beda Gaya Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka Saat Hadiri HUT ke-79 TNI” kemudian @Kilat_com : “Kehadiran Gibran Rakabuming Saat HUT TNI ke 79 Jadi Sorotan, Tak Berani Di samping Prabowo” dan @geloraco : “Sejak Heboh ”Fufufafa”, Gibran Kini Terlihat Bersama Prabowo di HUT TNI”.

Kesimpulannya, sayang sekali kemegahan HUT TNI ke-79 dan citra Positif yang sudah terbentuk antara TNI dan Rakyat kemarin tampak malah terganggu oleh penampilan Wapres terpilih yang secara raut mukanya juga banyak dikomentari oleh Netizen dan berbagai Media (karena terlihat sangat tegang dengan kantung mata menebal seperti kurang tidur atau tampak seperti over dosis tertentu). Kalau hal ini terus terjadi maka bukan hanya citra TNI yang dipertaruhkan namun citra bangsa Indonesia secara keseluruhan di masa depan. Akankah semua prediksi yang sudah dikritisi oleh Para Pengamat Politik, Ahli Kesehatan dan Pakar Hukum Tatanegara, bahkan sampai dipentaskan oleh Ki Dalang Jlitheng Suparman dengan WKS / Sayang Kampung Sebelah-nya akan kejadian di Indonesia ? Tidak ada jalan lain, Masyarakat harus membuat penyelamatan terhadap negeri tercinta, tidak ada jalan lain …

)* Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen – Jakarta, 06 Oktober 2024.

photo:cnn

Kans Jawara

Tinggalkan Komentar