Reportase : Red.
Joko Pinurbo, atau sering dipanggil Jokpin, berpulang hari ini (27/04/2024) di RS Panti Rapih Yogyakarta dalam usia 61 tahun, setelah menderita sakit beberapa lama.
Joko Pinurbo adalah sastrawan penyair yang amat suka penulisan puisi. Kegemarannya akan puisi telah tumbuh sejak masa SMA dengan banyak menulis puisi unik. Kekuatan puisinya terletak pada paduan narasi, humor, dan ironi dalam setiap syair-syair yang dibuatnya. Jokpin juga piawai memadupadankan karya puisinya dengan mengacu pada peristiwa dan objek sehari-hari, namun tidak terkeksan murahan.
Selain gaya berpuisi yang terkenal unik, Jokpin juga pernah menyatakan jika sumber inspirasi karya-karyanya adalah nilai-nilai religi yang dianutnya. Salah satunya ialah puisi tentang Kaleng Khong Guan yang idenya datang dari Gus Mus.
“Ketika kedatangan tamu, ia menyuguhkan makanan, kalengnya Khong Guan, isinya rengginang,” tuturnya.
Bagi Jokpin, kita kadang kalah bijaksana dengan kaleng Khong Guan yang hadir di hari raya agama apapun, dan tidak pernah bertanya agama Khong Guan.
Karya-karya Joko Pinurbo diketahui telah diterjemahkan ke berbagai bahasa Inggris, Jerman, sampai Mandarin.
Almarhum juga berhasil meraih berbagai penghargaan. Di antaranya adalah Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Untuk mengenang sosok legendaris puisi itu, di bawah ini beberapa puisi Joko Pinurbo yang dikenal unik.
1.Cita-cita
Setelah punya rumah, apa cita-citamu?
Kecil saja: ingin sampai rumah
saat senja supaya saya dan senja sempat
minum teh bersama di depan jendela.
Ah, cita-cita. Makin hari kesibukan
makin bertumpuk, uang makin banyak
maunya, jalanan macet, akhirnya
pulang terlambat. Seperti turis lokal saja,
singgah menginap di rumah sendiri
buat sekedar melepas penat.
Terberkatilah waktu yang dengan tekun
dan sabar membangun sengkarut tubuhku
menjadi rumah besar yang ditunggui
seorang ibu. Ibu waktu berbisik mesra,
“Sudah kubuatkan sarang senja
di bujur barat tubuhmu. Senja sedang
berhangat-hangat di dalam sarangnya.”
2.Doa Orang Sibuk yang 24 Jam Sehari Berkantor di Ponselnya
Tuhan, ponsel saya rusak dibanting gempa
Nomor kontak saya hilang semua.
Satu-satunya yang tersisa ialah nomor-Mu.
Tuhan berkata:
dan itulah satu-satunya nomor yang tak pernah kau sapa.
3. Kepada Uang
Uang, berilah aku rumah yang murah saja,
yang cukup nyaman buat berteduh
senja-senjaku, yang jendelanya
hijau menganga seperti jendela mataku.
Sabar ya, aku harus menabung dulu.
Menabung laparmu, menabung mimpimu.
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu.
Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja,
yang cukup hangat buat merawat
encok-encokku, yang kakinya
lentur dan liat seperti kaki masa kecilku.
4. Doa Seorang Pesolek
Tuhan yang cantik,
temani aku
yang sedang menyepi
di rimba kosmetik.
Nyalakan lanskap
pada alisku yang gelap.
Ceburkan bulan
ke lubuk mataku yang dalam.
Taburkan hitam
pada rambutku yang suram.
Hangatkan merah
pada bibirku yang resah.
Semoga kecantikanku
tak lekas usai dan cepat luntur
seperti pupur.
Semoga masih bisa
kunikmati hasrat
yang merambat pelan
menghangatkanku
sebelum jari-jari waktu
yang lembut dan nakal
merobek-robek bajuku.
Sebelum Kausenyapkan warna.
Sebelum Kauoleskan
lipstik terbaik
di bibirku yang mati kata.
5. Doa Malam
Tuhan yang merdu,
terimalah kicau burung
dalam kepalaku.
#Dikutip dari berbagai sumber