Picsource : cnbcnews

Oleh : Pril Huseno

Sungguh, tak pernah terbayang dalam hidupku selama ini, akan terkena penyakit yang tingkat risikonya tinggi sekali, Jantung Koroner. Dalam riwayat orangtuaku pun, tidak pernah ada yang mempunyai catatan penyakit jantung.

Dulu, suka ngeri jika membaca atau mendengar kisah mereka yang meninggal mendadak karena, katanya, terkena “angin duduk”. Istilah orang Betawi. Sebutan sebuah penyakit yang melegenda di masyarakat kita.

“Kena angin duduk…!” kata orang Betawi jika menyebut penyebab meninggalnya seseorang di kampungnya. Padahal, itu disebabkan oleh sesak nafas atau gagal/henti detak jantung yang disebabkan antara lain oleh penyakit jantung koroner. Secara medis penyakit jantung koroner disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah di jantung oleh plak, atau kolesterol yang menggumpal keras dan menyumbat aliran darah di pembuluh darah jantung, baik di bilik kiri ataupun bilik kanan jantung. Plak itu, hasil proses penumpukan berpuluh tahun di pembuluh darah manusia yang disebabkan oleh makanan, gula atau lainnya.

Penyakit jantung koroner kini merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Di Amerika Serikat saja, setiap tahun membunuh 370 ribu orang. Dan kecenderungan orang yang terkena penyakit jantung di Indonesia cenderung terus bertambah setiap tahun. Sementara data WHO pada 2021, angka kematian di dunia akibat Penyakit Jantung mencapai 17,8 juta kematian setiap tahun atau satu dari tiga penyebab kematian paling tinggi di dunia (https://upk.kemkes.go.id/new/satu-dari-tiga-kematian-disebabkan-oleh-jantung-ayo-cegah-serangan-jantung).

Maka dari itu, Jika sudah mendengar kisah mereka yang kena musibah mendadak seperti itu, kadang aku berucap “Naudzubillahimindzaalik…!” Memohon perlindungan kepada Allah SWT agar terhindar dari penyakit yang sungguh mematikan itu.

Aku tergolong orang yang jarang sakit. Hanya pernah dirawat sekali ketika terkena nyeri lambung, dulu pada April 2010 ketika bekerja di Jakarta. Sempat dioperasi karena rupanya ada batu empedu yang meradang hingga menyebabkan sakit luarbiasa di lambung, seperti ditusuk-tusuk. Alhasil aku hidup sampai sekarang dengan tanpa organ kantung empedu. Dan Qadarullah, istriku pun terkena penyakit serupa dan juga dioperasi di RS Bethesda Jogja beberapa tahun lalu, dengan membuang kantung empedu. Jadilah kami adalah pasangan suami-istri yang menjalani hidup sehari-hari tanpa kantung empedu. Alhamdulillah, tidak ada kendala berarti setelah dioperasi.

Awal Mula
Tulisan ini mengisahkan riwayat penyakit jantungku, yang rupanya Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, akhirnya memberiku cobaan yang harus kulalui dengan sabar.

Pertama sekali yang kurasakan adalah keanehan. Ketika pagi hari pada paruh terakhir tahun 2022 aku berolahraga sewaktu dinas di Jakarta dan tinggal di rumah orang tua di kawasan Jatinegara Barat, dadaku terasa sesak seakan mau meledak.

Sesak itu datang mendadak sewaktu kucoba berjalan kaki cepat. Ketika langkahku mendekati 50 meter, mendadak harus berhenti karena terasa sesak di dada. Otomatis aku harus menghentikan langkahku. “Kenapa ini?” aku bergumam. 

(Bersambung)

Kans Jawara