Oleh : Pril Huseno
Hari ke 4 di ICU, meski detak jantungku agak membaik teratur, tetapi oleh dokter visit yang lain, dinilai masih mengkhawatirkan. Maka dari itu pemberian obat terus dilanjutkan, terutama obat anti Aritmia.
Mimik wajah dokter wanita yang visit ketika memeriksa jantungku agak mengkerut, ketika stetoskopnya memeriksa denyut dadaku. Lalu sambil menghela napas, “Masih belum stabil ya pak, detak jantungnya,” katanya.
Aku hanya bisa terdiam memandang dokter tersebut.
“Ya, mudah-mudahan besok sudah nomal dokter,” kataku menimpali.
“Ya, tunggu dokter Debby ya pak, baru bisa diputuskan apakah sudah boleh pulang.” katanya sambil tersenyum ramah. Dokter visit yang satu ini memang selalu ramah dan mengajak bercanda. Cantik pula. Aku lupa namanya.
Aku memang sudah kebelet ingin segera pulang. Karenanya, pemeriksaan EKG ulang terhadap jantungku kembali dilakukan. Hasilnya, memang masih banyak muncul tanda VES atau ventricular extrasystole) atau disebut juga “Kontraksi Ventrikel Prematur” (PVC, premature ventricular contraction). Kelainan ini menyebabkan detak ekstra terjadi lebih awal daripada detak selanjutnya yang diharapkan. (https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2621/ventricular-extra-systole-ves-apakah-berbahaya).
Kelainan detak jantung yang mengarah ke Aritmia disebutkan belum diketahui dengan persis apa penyebabnya, tapi diperkirakan dari sistem kelistrikan jantung yang bermasalah.
Masalah kelainan pada detak jantung ini memang memerlukan penanganan lebih lanjut dari dokter ahli kardiovascular.
Memasuki hari ke 5 alhamduillah, aku diperbolehkan pindah ke ruang rawat biasa. Dokter Debby merekomendasikan untuk pindah ke ruang rawat biasa sambil terus dipantau dengan pemeriksaan rutin dan obat-obatan lengkap. Betapa senangnya.
Pada hari ke 7 setelah melalui beberapa pemeriksaan tambahan, aku diperkenankan pulang. Plong….!
Namun, aku diwajibkan melanjutkan pengobatan rawat jalan ke RS Pusat Daerah Dr Sardjito Yogyakarta, untuk ditangani oleh dokter ahli jantung dan pembuluh darah. Tak apalah, pikirku, memang sudah selayaknya menjalani rawat jalan lanjutan, yang penting bisa pulang….
Sore itu, aku pulang dengan perasaan nyaman. Alhamdulillah, puji syukur kupanjatkan kepada Allah Sang Pemilik Kehidupan, bahwa aku masih diperkenankan sembuh dan bisa pulang, sementara ini. Tak kubayangkan jika hal hal buruk kemarin terjadi beneran pada diriku. Ancaman “ second attack” itu begitu mengerikan. Sampai keluar ketingat dingin mengenangnya.
Sampai di rumah, yang pertama kulihat adalah taman di teras rumah. Begitu menyejukkan. Sudah beberapa hari tidak menyegarkan mata melihat taman kecil ini. Istriku memang termasuk “bertangan dingin” dalam merawat tanaman. Sejak dulu ketika rumah kami di Bekasi, dia selalu piawai dalam membangun dan merawat tanaman di taman mini beranda rumah. Aneka tanaman yang dibelinya sungguh menyejukkan mata.
Hari itu, setelah melihat taman, langsung menuju ruang tengah membuka-buka siaran televisi. Lalu tidak lama kemudian menuju peraduan. Ya, bagaimanapun, kondisi fisik dan kesegaran tubuh perlu tempat nyaman untuk rehat. Di rumah ini, area paling nyaman tentu saja kamar tidur dengan kasur empuknya. Aroma wangi kamar pribadi kami, menyambut dengan hangat. Sore hingga malam, aku tertidur pulas, untuk bangun makan malam sekira pukul 21.00 WIB.
Malam itu, langit begitu cerah, bintang-bintang bertaburan diselingi cahaya kuat bintang kejora di ufuk sana.
(Bersambung)