Oleh : Pril Huseno
Alhamdulillah, hari ini (12/03/2024) aku sudah menjalani hari kedua Ramadhan 1445 H/2024 M. Alhamdulillah juga kuat melaksanakan ibadah puasa satu hari penuh, dengan sahur yang tidak ada kendala. Hanya waktu berolahraga kugeser menjadi malam atau sore hari menjelang buka. Ya, Sekarang Alhamdulillah lagi, Aku rutin olahraga jalan kaki selama 5 hari seminggu minimal 2 kilometer, atau bersepeda 5-8 Kilometer, sesuai rekomendasi dokter rehab medik RS Jantung Harapan Kita paska operasi besar bypass Jantung 11 Oktober 2023 lalu. Dokter rehab medik bahkan merekomendasikan tiap hari jalan kaki 3 kilometer. Tapi aku hanya membatasi saja menjadi minimal 2 kilometer, namun seringnya malah 2,6 atau 2,7 kilometer jalan kaki. Itu menurut aplikasi “Fit” di HP ku, sebuah aplikasi pengukuran kinerja olahraga jalan kaki/bersepeda dengan indikator pada pencapaian kilometer.
Kisah kehidupanku kekinian di atas, hanya “penyegaran” akan kondisiku sekarang, agar kisah ini tidak monoton saja berupa runtutan sejak awal aku divonis penyakit jantung koroner. Baiklah kulanjutkan saja kisah jantungku sejak awal sampai akhirnya jantung awak harus “dibongkar pasang” dengan operasi bypass jantung.
Mencari Second Opinion
Agak beberapa bulan jada waktu mungkin menjelang tengah tahun 2022, sejak aku merasakan keanehan pada kondisi tubuh yang gampang sesak napas, sampai akhirnya kuputuskan mencari dengan serius second opinion di dokter lainnya.
Ketika kembali aku pulang ke Jogja, aku langsung mendaftar pada dokter rujukan BPJS baru, setelah aku pindahkan dari faskes klinik pratama sebelumnya, ke faskes tingkat pertama klinik pratama “Panasea” di seberang pabrik susu “SGM” dekat kebun bintang Gembira Loka Jogja. Di klinik pratama itu aku langsung mendaftar untuk diperiksa oleh dr Kelik, dokter yang direkom oleh tetangga yang pernah berobat di Panasea.
“Dokter itu diagnosanya bagus, dan kita bisa meminta dengan mudah rujukan ke faskes tingkat 2 atau rumah sakit besar untuk tindakan berikutnya, asal positif ada indikasi,” kata bapak tetanggaku yang pernah berobat ke dr Kelik.
Sampai pada giliran nomor antrianku, di depan dr Kelik kuceritakan rincian keluhanku perihal sesak napas ketika melaksanakan aktivitas berat, termasuk ketika berolahraga jalan kaki. Kuceritakan bahwa aku pernah berobat ke dokter ahli paru di rumah sakit lain, tapi hanya diberi obat ringan dan obat semprot mulut, dan bahwa aku belum percaya kalau menderita asma.
Dokter Kelik hanya menuliskan apa yang kusampaikan dengan tenang, dan langsung memeriksa dengan stetoskop sekitar dada-jantung-paru-paru.
“Sesak napas ya?” tanyanya
“Iya dokter, tidak nyaman sekali. Semua aktivitas terganggu…”
“Oke, anda saya rujuk ke rumah sakit ya, kemungkinan terkena pembengkakan jantung..” katanya lagi.
“Hah? oh ya baik dokter. Terimakasih…” aku menutup perbincangan dengan dokter Kelik sambil mengusap muka.
Terbang rasanya semangatku, ketika dokter Kelik menyebut “Kemungkinan terkena pembengkakan jantung”. Setahuku, itu penyakit berbahaya yang bisa mengarah fatal ke penyakit jantung.
“Ah, masa sih…?” aku masih belum percaya. Aku tidak punya keturunan keluarga yang terkena sakit jantung.
Lebih kaget lagi, ketika aku membaca diagnosa awal dokter Kelik pada surat rujukan ke RS Bethesda Lempuyangan, rumah sakit yang kupilih, dokter Kelik menuliskan diagnosa, “atherosclerosis heart disease” – “Hah? penyempitan atau pengerasan pembuluh darah arteri pada jantung? itu bisa mengarah ke gagal jantung dong?” pikirku gelisah.
“Aku berisiko meninggal mendadak karena henti detak jantung nih?” Gelisahku makin menjadi.
Tapi aku mencoba tenang, dan menyerahkan sepenuhnya pada kehendak Ilahi Rabbi, Sang Pemilik Kehidupan. Aku pun berpikir bahwa ikhtiar sedang kulakukan, berusaha mengobati penyakit sesak napasku. “Semua ikhtiar untuk menyebuhkan penyakit kita, adalah juga ibadah…” Hanya itu yang kupegang sebagai prinsip.
Di rumah, aku membuka-buka link kesehatan untuk mencari tahu apa itu “atherosclerosis heart disease.” Kutemukan uraian seperti di bawah ini :
_“Atherosclerosis atau aterosklerosis adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri akibat penumpukan plak di dinding pembuluh darah. Kondisi ini merupakan penyebab umum penyakit jantung koroner (atherosclerosis heart disease).
Arteri adalah pembuluh darah pembawa oksigen serta nutrisi dari dan ke jantung, juga ke seluruh organ lain. Tersumbatnya arteri akibat penumpukan plak kolesterol akan menghambat aliran darah ke organ-organ tubuh.
Pada awalnya, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala apa pun. Gejala baru muncul ketika aliran darah ke organ atau jaringan tubuh terhambat. Proses penumpukan plak sampai gejala aterosklerosis timbul bisa memakan waktu hingga bertahun-tahun._
Penyebab Aterosklerosis
Penyebab pasti aterosklerosis belum diketahui, tetapi penyakit ini dimulai ketika terjadi kerusakan atau cedera di lapisan dalam arteri. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh:
-Kolesterol tinggi
-Tekanan darah tinggi
-Diabetes
-Peradangan akibat penyakit tertentu, seperti lupus
-Obesitas
-Kebiasaan merokok_
_Saat lapisan dalam arteri rusak, lemak serta zat lain menjadi mudah menempel dan menggumpal di sana. Seiring berjalannya waktu, gumpalan atau plak ini terus menumpuk dan mengeras sehingga pembuluh darah arteri menyempit dan kaku.
Penyempitan pembuluh darah akan menghambat suplai oksigen serta nutrisi ke organ-organ tubuh. Hal ini membuat fungsi organ tersebut menurun, bahkan terhenti, tergantung seberapa parah penyempitan yang terjadi.
Perkembangan aterosklerosis hingga menimbulkan gejala sangat lambat, bahkan bisa sampai puluhan tahun. Namun, kondisi di bawah ini dapat membuat seseorang lebih berisiko atau lebih cepat mengalami aterosklerosis:_
-Usia di atas 40 atau 50 tahun
-Pola hidup yang tidak sehat, seperti malas bergerak atau jarang berolahraga
-Pola makan tidak sehat dan sering mengonsumsi minuman beralkohol
-Stres berkepanjangan
-Riwayat aterosklerosis pada keluarga”_
(Bersambung)