Puisi Anto Narasoma


perbendarahaan yang kau simpan di ujung lidahmu, selalu terucap dari kata ke kata

sebab,
di sepanjang kalimat yang tersimpan dalam kerongkonganmu,
telah kau catat sebagai rangkaian sajak-sajak cinta

lalu kubaca kata-kata yang penuh struktur bahasa di panggung pertunjukan itu

sebab,
bola-bola lampu
yang ikut berlakon
dalam skenario
satu babak, menyorot tajam di antara wajah-wajah pemain sandiwara yang mengucap perbendaharaan kata-kata

wow,
kosakatamu benar-benar kaya ucapan ketika permainan cinta itu berperan di bawah tabir belakang yang kau cium dalam adegan terakhir

maka,
perbendaharaan wajah ketika kata-kata berperan tanpa ucapan; menjadi bahasa dalam komunikasi santun antarpara pemain

memang,
kosakata itu mencakup
skenario yang kau tulis
di dalam pikiran tanpa arti

sebab,
antara kau, aku,
dan rangkaian kata-kata
yang lupa artikulasi
semakin menjauh
ketika keningku mencium lantai rumah-Mu yang jauh
tapi dekat di leher percintaan kita

Palembang
13 Juli 2025
Advertisement
Previous articleDari Ekonomi Pancasila ke Ekonomi Predatoris (Sebuah Kritik terhadap Kecenderungan Arah Ekonomi Indonesia)
Next articleMinyak, Bisnis dan Politik (10)

Tinggalkan Komentar