Oleh : Is Pelupessy
Kota Jawa, nama sebuah kampung di sebelah utara kota Ambon, pulau Ambon di jazirah Leihitu. Kampung yang secara administratif berada dalam Negeri (desa) Rumah tiga, kini ramai dengan wisata kulinernya.
Sebelumnya kawasan ini menjadi tempat lalu lintas perahu cepat di dalam teluk Ambon, saat dan pasca covid aktivitas perahu cepat ini berhenti hinggga kini.
Transportasi yang oleh masyarakat kota Ambon menyebutnya ”spit bot” teradopsi dari bahasa inggris speed boat, biasanya digunakan sebagian besar mahasiswa guna mengurangi rentang kendali ke kampus mereka. Kawasan yang berjarak sekitar 8,5 KM dari pusat Kota Ambon atau dengan waktu tempuh hanya sekitar 18 menit, kini punya suasana yang baru, sebagai salah satu alternatif kuliner malam di kota Ambon.
Mendengar namanya, pasti orang akan berspekulasi kampung ini dihuni oleh orang dari komunitas Jawa, ternyata tidak, karena kawasan ini dihuni orang berbagai macam etnis di dalamnya.
Memang ada sejarah kedatangan orang Jawa disini, tapi itu sekitar Abad 16 lalu. Jika di Minahasa jejak orang-orang Jawa bernama Pejaton (peranakan Jawa Tondano) yang keturunannya berasal dari pembuangan pasukan Pangeran Diponegoro, yaitu Kyai Modjo (wakil Pangeran Diponegoro). Kawasan Pejaton itu kini dengan keturunan Kyai Modjo masih ada dan beranak pinak hingga sekarang, yang berarti jejak keturunan orang jawa masih ada.
Lain halnya di ”Kota Jawa” (Ambon). Jejak orang-orang Jawa (keturunannya) itu sudah tidak ada, yang ada hanyalah nama yang menjadi identitas bahwa zaman dahulu orang-orang Jawa pernah ada.
Tersebutlah dalam sejarah bahwa pedagang-pedagang Jawa yang membawa beras dan tenunan batik pelekat untuk ditukar dengan cengkih dari tanah Hitu. Barangkali itulah sebabnya kawasan itu dikenal dan dinamakan orang ‘’Kota Jawa’’ seperti yang kita kenal saat ini.
Kawasan ‘’Kota Jawa’’ itu tidak jauh dari kawasan pegunungan Wawoni yang ketika itu menjadi pusat pemerintahan Hitu. Di situlah ”Patih Putah Hitu” membuka sebuah madrasah untuk mengajarkan Islam. Ramailah madrasah ini dikunjungi oleh orang-orang Hitu dan sekitarnya belajar mengajar.
Kegiatan Belajar di madrasah ‘’Kota Jawa’’ itu sudah jauh berjalan, jauh sebelum datangnya penjajahan Portugis (1512). Tetapi ketika terjadi perang Hitu (1572) melawan portugis, madrasah itu terhenti. Meskipun begitu madrasah tersebut sudah menghasilkan sejumlah Ulama sebagai generasi penerus mengajarkan agama Islam bagi penduduk tanah Hitu selanjutnya. Zaman pasca Portugis dari awal kekuasaan Belanda (1605) tidak terdengar lagi ada usaha orang membuka madrasah seperti pada zaman Patih Putah Hitu.
‘’Pati Puta’’ atau ‘’Puta Latu’’ atau juga disebut ‘’Pati Tuban’’ beliau sendiri dalam beberapa kisah dikisahkan sebagai murid Sunan Giri bersama Zainal Abidin Sultan Ternate. Selain itu dialah yang mempopulerkan songkok/kopiah yang dibawa dari Giri ke Maluku yang kemudian dibarter dengan cengkih kering. Di kemudian hari, ini menjadi cikal bakal songkok menjadi ciri khas nasional. Kini kawasan Kota Jawa bertambah ramai dengan aktivitas kuliner malamnya.
Untuk menuju lokasi ini anda akan melewati Jembatan Merah Putih menuju Kampung ‘’Kota Jawa’’ dengan pantainya, dan kita akan disuguhi dengan pemandangan indah pesisir Teluk Ambon berlatar belakang bentangan Jembatan Merah Putih (JMP).
Dengan keindahannya, Pantai ‘’Kota Jawa’’ tentu cocok untuk dijadikan sebagai lokasi nongkrong. Keindahan ini menjadi inisiatif warga setempat menjadikannya pusat kuliner di malam hari. Tak ayal kawasan ini pun ramai dengan pengunjung dari berbagai pelosok kota Ambon yang datang untuk menikmati kuliner berserta pesona teluk Ambon yang terhampar indah. Akan semakin asyik bila dinikmati bersama keluarga atau teman-teman.
Pada malam minggu kawasan ini padat hingga macet, karena banyaknya warga yang memanfaatkannya sebagai tempat liburan. Nongkrong sambil menikmati berbagai kuliner di malam hari. Bahkan pada bulan puasa ramai di sore hari menjadi ajang ngabuburit. Bercengkerama menanti waktu berbuka puasa. Tak hanya makanan ringan yang anda temui di sini seperti beragam kue yang disaji. Makanan berat pun ada seperti bakso, soto, nasi goreng, sate, dan makanan berat lainnya yang bikin pengunjung betah berlama-lama.
Is Pelupessy
Ambon 15 Mei 2024