Yogyakarta, Kansnews.com – Black Box Laboratory, Sewon, Bantul yang berlokasi di belakang kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta kemarin lusa (25/06/2024) kembali mengadakan pameran seni. Event yang diberi nama ‘’Pameran Nusantara Art Stage, Warna Suara Negeri Bawah Angin’’ itu digelar dengan memamerkan sekian puluh karya lukis dari para seniman jogja dan sekitarnya. Juga pameran eksperimentasi musik, oleh beberapa pagiat seni.
Taufik Rahzen, Koordinator Black Box Laboratory dalam pengantar pembukanya menyatakan, kegiatan Bale Black Box kali ini sekaligus untuk memperingati persis 50 tahun peristiwa “Black December”, sebuah peristiwa protes 14 seniman muda Indonesia pada 1974 terhadap Kemapanan seni di Indonesia.
‘’Pemberontakan’’ kaum muda perupa Indonesia masa itu kepada generasi perupa terdahulu seperti Affandi, Umar Kayam, Rusli, Popo Iskandar, Fajar Sidik, Alex Papadimetrou, adalah gugatan terhadap penetapan dan pengukuhan untuk lukisan dekoratif dan konvensional sebagai karya terbaik, dalam pameran besar Bienalle pertama di Jakarta” tutur Rahzen.
‘’Peristiwa itu juga melahirkan keterbelahan antar generasi perupa Indonesia. Hal mana kemudian melahirkan apa yang disebut sebagai Gerakan Seni Rupa Baru. Gerakan yang mengeluarkan beragam klaim dan pencapaian,’’ tambahnya.
Pameran lukisan dan kreasi para perupa pada ’Pameran Nusantara Art Stage’ menampilkan beragam karya amat menarik. Di antaranya adalah karya Aziz Nur T, yang menampilkan kanvas lukisan dikombinasikan dengan penggunaan tali rami sebagai salah satu bahan.
‘’Perajutan tali rami dalam lukisan ini belajar dari perupa Baduy kenalan saya, yang ketika itu kebetulan sedang berada di Yogya,” kenang Aziz.
Lain lagi perupa wanita, Rama, alumni ISI Yogyakarta yang menampilkan lukisan abstrak keindahan buket-buket bunga.
‘’Lukisan saya memang cenderung beraliran abstraksionisme atau seni tanwujud yang banyak mengilhami karya-karya saya,’’ kata Rama.
Karya lain yang dipamerkan adalah kreasi dari Patra Wali yang berjudul ‘’Surga Kecil yang Jatuh Ke Bumi – Katanya’’. Karyanya berupa lukisan perahu layar berbahan acrylic oil di atas plat alumunium, dengan berbagai ornamen mengelili lukisan perahu layar. Sungguh menarik.
Di samping itu, di lantai dua pameran selain menampilkan karya lukis juga terdapat pergelaran musik alternatif yang dimainkan oleh empat perupa menggunakan maket perahu layar.
Pergelaran musik kreatif alternatif juga dilaksanakan sebelum acara dibuka secara formal, oleh dua-tiga pemusik yang satu di antaranya menggunakan seruling sebagai gagang payung. Cermin kemerdekaan berkreasi tanpa adanya batasan-batasan definitif. (p17)