Oleh : Jacob Ereste


Jejak langkah gerakan kaum perempuan Indonesia tercatat pertama pada 22 Desember 1928 setelah mendapat resonansi dari Kongres Pemuda pada 28 Oktober 1928 di Jakarta yang kemudian dianggap sebagai tonggak sejarah pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia yang ingin sejahtera dan berkeadilan yang mengutamakan kecerdasan bangsa dan mengatasi masalah anak terlantar dan fakir miskin.

Realitasnya, hampir seabad bangsa Indonesia merdeka, jumlah anak yang tidak berpendidikan dan anak terkantar serta jumlah orang fakir dan miskin masih cukup banyak yang hidup di daerah kumuh dan hunian yang tidak layak.

Ihwal Sumpah Pemuda itu sendiri bermula dari Kongres Pemuda pertama pada 30 April – 2 Mei 1926 di Lapangan Banteng Jakarta, yang merumuskan di antaranya adalah gagasan persatuan bangsa, peran perempuan Indonesia dan peran agama.

Artinya jelas, kesadaran terhadap peranan perempuan Indonesia merupakan bagian yang penting yang tidak bisa diabaikan dalam menggapai tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia. Lalu mengapa sejarang kesannya jadi melempem, setelah munculnya organisasi atau perkumpulan kaum perempuan Indonesia yang cukup gigih dan tangguh seperti Putri Mardika yang lebih heroik bergiat sejak kelahirannya pada tahun 1912 yang bertujuan luhur ingin membimbing perempuan bumi putra meraih pendidikan dan kesejahteraan. Demikian juga dengan Sekolah Keutamaan Istri yang didirikan oleh Dewi Sartika pada tahun 1904 di Bandung.

Lalu kongres perempuan Indonesia pertama berhasil dilaksanakan padsa 22-25 Desember 1928 di Pendopo Joyodipuran, Yogyakarta, diikuti tak kurang 600 delegasi dari berbagai elemen masyarakat. Dari kongres perempuan Indonesia sebelum kemerdekaan ini — meski pesertanya dominan menggunakan bahasa Belanda dalam kesehariannya — saat kongres berlangsung sudah menggunakan bahasa Melayu. Adapun tujuannya jelas menetapkan arah pergerakan kaum perempuan untuk kesetaraan dan kesepakatan membentuk federasi bersama organisasi perempuan, yaitu PPI (Perikatan Perempuan Indonesia). Lalu di akhir tahun 1928, PPI diubah menjadi PPII (Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia).

Istri Kapolri pertama Hadidjah Lena Mokohinta Soekanto mendirikan Bhayangkari. Perempuan kelahiran Korabangon, Sulawesi ini adalah putri dari Rijkbestuur atau Yogugu. Ia adalah cucu dari Raja Bolaang Mongondow.

Baru kemudian pada 4 Juni 1950 lahir juga organisasi Gerakan Wanita Indonesia di Semarang yang terkenal dengan sebutan Gerwani hingga kemudian berafiliasi kepada Partai Komunis Indonesia.

Dari caratan sejarah, hanya dalam tempo tujuh tahun (1957) usia Gerwani mampu memiliki anggota tak kurang dari 650.000. Hingga enam tahun kemudian (1963) anggota Gerwani terregistrasi sebanyak 1,5 juta orang. Dan menjelang meletusnya Gestapu (Gerakan Tugapuluh September/ G30S), jumlah anggota Gerwani mencapai 3 juta lebih anggota.

Begitulah sejarah pergerakan perjalanan kaum perempuan Indonesia seperti Gerwani yang bermula dari Garwis (Gerakan Wanuta Istri Sedar) yang nerupakan fusi dari Rukun Putri Indonesia (Rupindo) dari Semarang, Persatuan Wanita Sedar dari Surabaya, Istri Sedar dari Bandung, Gerwindo dari Kediri, Wanita Madura dari Madura, dan Perjuangan Putri Republik Indonesia dari Pasuruan. Fusi dari enam organisasi perempuan ini berkangsung pada Kongres pada 4 Juni 1950 di Semarang.

Upaya menilik gerakan heroisme organisasi kaum perempuan Indonesia dulu dan kini, seakan seperti jejak yang terputus, entah di mana simpul terbaik untuk melihat ketersambungannya.

Terakhir yang lamat-lamat terdengar adalah Kowani (Kongres Wanita Indonesia) melakukan kongres ke XXIII pada tahun 2009. Setelah itu, sungguh terkesan telah ditekan bumi. Yang mulai muncul dan tampil kemudian adalah sejumlah organisasi kaum perempuan yang tumbuh sebelum dan setelah reformasi hingga sekarang yang semakin menciut.
Karena yang dominan tampil sekarang adalah perkumpulan organisasi Enak-emak semi permanen, yang berencana untuk melakukan pelaksanaan kongres agar bentuk organisai Aspirasi Emak-emak yang dimotori Wati Imhar Burhanudin bersama Jatiningsih dan kawan-kawannya bisa semakin solid dan permanen dengan program kerja yang lebih terarah, hingga legalitas organisasi yang berbasis massa dapat menghasilkan nilai lebih bagi orang banyak.
Semoga saja hajat Aspirasi Emak-emak Indonesia yang telah bernawaitu hendak melaksanakan kongres bisa segera terwujud, sehingga dapat lebih banyak berkontribusi bagi segenap warga bangsa dan negara Indonesia tercinta.

Benten, 20 Juni 2024

Kans Jawara

Tinggalkan Komentar