Wawancara Khusus Rika Fatimah P.L., M.Sc.,Ph.D., Founder G2RT
Pengantar :
Redaksi Kansnews.com pada Senin (15/07/2024) di sela-sela acara kunjungan Universitas Musamus, Merauke, Papua Selatan ke Pemda DIY, sempat mewawancarai Rika Fatimah P.L., M.Sc.,Ph.D., founder G2RT (Global Gotong Royong Tetrapreneur) perihal G2RT sebagai model pemberdayaan atau gerakan inovasi desa. Model G2RT menurutnya bisa diterapkan di semua kawasan atau daerah di Indonesia. Berikut di bawah ini wawancara selengkapnya.
Bisa diceritakan bagaimana Universitas Musamus Merauke berkunjung ke Pemda DIY untuk studi inovasi gerakan pemberdayaan desa?
Awalnya Fakultas Fisipol Universitas Musamus, Merauke, Papua Selatan berkirim surat ke Pemda DIY cq Gubernur DIY perihal permohonan kunjungan dan studi inovasi bagi 50 mahasiswa Magister (S2) Kampus UNIMUS Merauke, untuk mengetahui inovasi layanan publik yang ada di Pemda DIY sebagai tema besar. Sub tema yang disiapkan oleh Pemda DIY adalah ‘’Model Inovasi G2R Tetrapreneur’’.
Kemudian Setda Pemda DIY mengundang kami dari G2RT DIY sebagai narasumber untuk materi tersebut di atas, dengan didampingi oleh Pemda DIY.
Apakah model G2RT memang bisa diimplementasikan pada berbagai wilayah Indonesia dengan keragaman Sosial Budaya masyarakatnya?
Tentu saja bisa, G2RT adalah ‘’organic model’’. Contohnya misalnya di dunia fashion show ada berbagai model busana untuk keperluan apa saja dan yang pasti modelnya berbeda-beda. Masing-masing pemakai pasti juga berbeda-beda ukurannya, L, M atau S atau XL. Begitu juga dengan model G2RT dia mempunya konsep teoritikal yang telah formal, tetapi di ranah praktiknya akan menyesuaikan dan terus berkembang.
Oleh karenanya di SNI G2RT ada SNI Substansi – Tetra 1,2,3,4 secara ideal, ada pula practical base, yaitu G2RT Perkotaan, G2RT Perdesaan, lalu G2RT Mandiri, G2RT Kawasan, G2RT Kawasan Prioritas, Kawasan Transmigrasi, Kawasan Dagang dan ke depan entah apa yang muncul dari ke-khas-an nya Papua.
Bisa jadi Papua ikut kawasan yang telah terimplementasikan, atau bisa juga akan muncul kawasan Khas tersendiri atau khusus, terkait otonomi khusus Papua.
Kurang lebihnya model yang bisa Tailor Made?
Betul, ada standar organik dan practical basenya, maka pasti akan menyesuaikan, karena tujuannya pasti begitu. Diseragamkan tapi tidak menyamakan. Jadi betul-betul mengangkat apa Iconic masing-masing wilayah, tetapi bergeraknya dengan standarisasi yang sama.
Dengan demikian Kampus juga bisa berperan sebagai ‘’Lead’’ untuk pengenalan dan implementasi program G2RT?
Seharusnya demikian, karena kampus itu unless resources. Selama kampus itu berdiri dosen-dosennya pasti akan Tridharma: Mengajar, Penelitian, Pengabdian. G2RT akan mengikuti langgam itu setelah meneliti lalu diabdikan, setelah ada pengabdian real case kemudian dibawa ke kelas teaching. Itu sudah menjadi DNA nya universitas, ditambah unless resourcesnya dari mahasiswa itu sendiri. Sehingga mahasiswa dan kampus akan berkembang.
Maka tadi kami arahkan ”Lead”nya memang di Universitas bersama-sama dengan pemerintah yang bisa mengimplementasikan itu. Pemerintah sifatnya mempunyai otoritas, kekuasaan dan akses dll. Jadi kerjasama antar pihak ini memang yang utama.
Terkait progress dari rencana pengesahan SNI G2RT bisa dijelaskan?
Progres SNI G2RT Alhamdulillah kemarin telah terbit surat dari Kemendes RI perihal ‘’Usulan Mendesak’’. Dari situ bisa dilihat keseriusan dan komitmen dari pemerintah, karena salah satu syarat SNI harus ada ‘’Sekretariat Kementerian’’nya. Dan Kemendesa khususnya di DITJEN PPKTrans (Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi) akan menjadi Sekretariat SNI G2RT yang akan bersurat kepada BSN dengan ‘’Usulan Mendesak’’.
Lalu oleh BSN telah dijawab “Menyetujui’’ dan baru saja kemarin kita terima Surat Keputusannya. Beberapa minggu ke depan nanti akan ada SK terbit yang menyatakan bahwa Komite Teknisnya sudah terbentuk. Langkah berikutnya kami sedang menunggu kapan koordinasi untuk meeting perdana Koordinasi dengan BSN. (p17)