(Ngobrol Pintar bareng Alumni)

Oleh : Fadhilah Aisyah Hapsari, XII-5 Sosial Humaniora SMAN 1 Malang


Malang, Kansnews.com – Rabu, 18 Desember 2024, menjadi hari yang sangat saya syukuri karena dipertemukan dengan salah satu orang hebat. Ia adalah seorang panutan yang lulus dari sekolah tempat saya menempuh pendidikan, yaitu SMAN 1 Malang. Sosok insiratif itu adalah Wiby Agung Nugroho, M.BA. Beliau merupakan seorang konsultan yang saat ini bekerja di Crawe, Dubai, UAE. Kedatangannya membawa pengantar inspiratif berupa “What is the Value of A Dream”.

Kegiatan ini berlangsung selama 2 jam dan diadakan di Laboratorium Bahasa, SMAN 1 Malang. Acara ini dipandu oleh Ibu Fauzul Mutmainah, S.Psi., S.pd., dan dibuka dengan sambutan dari orang paling berpengaruh di SMAN 1 Malang, yaitu Bapak Basuki Agus Priyana Putra, M.Pd. Beliau memberikan nasihat untuk menyemangati dan memotivasi siswa-siswi yang hadir pada acara Ngopi Bareng Alumni.

Setelah sambutan hangat dari Kepala Sekolah, acara inti pun dimulai. Wiby Agung Nugroho, yang akrab disebut Mas Wiby, membuka pembicaraan dengn sebuah pertanyaan: “Kenapa kita harus keluar dari zona nyaman?” Zona yang dimaksudkan adalah zona aman, di mana kita tidak berada dalam tekanan, dan enggan melangkah mengeksplorasi dunia luar, wilayah yang tak pernah kita jangkau sebelumnya dan hanya sekadar kita pandang dari layar kaca. Ia melanjutkan, bahwa Indonesia adalah surga dunia, dalam tanda kutip jika menusia bisa menjaganya. Jika Indonesia saja memiliki banyak sekali kekayaan, maka sudah sepatutnya mereka yang lahir di tanah air tersebut merasa bangga dan mau menjaga negaranya supaya semakin maju dan lestari.



Di sinilah peran pelajar dipertanyakan: “What is the value of a dream?” Banyak orang pintar di dunia ini, tapi tidak semua orang pintar tahu bagaimana menggunakan kepintarannya—ke mana, di mana, dan bagaimana. Untuk menjawab pertanyaan itu, seseorang harus memiliki nilai dan tujuan (value and goals) untuk menentukan seberapa layak dan beresikonya mimpi itu untuk digapai.

Ketika Mas Wiby sedang duduk di bangku kelas XII sebagai peserta didik SMAN 1 Malang, ia sempat berada di titik rendah di mana harus menghadapi nilai rapotnya yang tidak stabil, sehingga tidak memungkinannya untuk berkuliah di perguruan tinggi negeri di Indonesia. Hingga suatu ketika, ia menerima tawaran untuk bersekolah di Belanda dengan berbagai keuntungan yang tak akan ia dapat jika berkuliah di Indonesia. Tawaran tersebut memunculkan harapan baru dalam hidupnya, dan ia memiliki tujuan yang jelas untuk memantapkan studimya di luar negeri. Dengan berbekal waktu enam bulan sebelum ia lulus SMA, ia fokus belajar TOEFL sebagai syarat studi di Belanda.

Takdir yang baik berada dalam genggamannya. Ia berhasil menempuh pendidikan di Belanda dengan modal uang saku dari ayahnya yang saat itu merupakan seorang PNS dengan gaji yang tak terlalu besar untuk mencukupi hidup Wiby selama di sana. Dengan usaha dan pengorbanan yang siap ia lawan, ia rela menanggung resiko apapun yang akan dihadapinya. Karena setiap pilihan memiliki resikonya masing-masing, dan pada saat inilah manusia harus berani membuat keputusan.

Pada acara ini, tentunya saya sebagai salah satu peserta tidak ingin melewatkan kesempatan berharga. Saya pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Mas Wiby, “Bagaimana cara Anda dapat survive di negara lain, sedangkan saya saja masih kesulitan untuk survive di negara sendiri. Apa yang membuat Anda bertahan, Mas Wiby?” Dengan antusias, beliau menjawab “Semua karena saya memiliki harapan, sehingga tujuan hidup saya jelas,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa kekuatan harapan sangatlah besar dan pasti memiliki dampak dalam kehidupan kita, sehingga apapun rintangan yang akan datang tidak akan menjadi masalah, karena sejak awal kita sudah siap untuk berkorban dan menanggung risiko. Balasannya adalah mimpi yang selama ini kita idamkan akan terwujud, sesuai dengan usaha yang kita perjuangkan. Karena usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Untuk menghadapi setiap tantangan, manusia juga perlu berada dalam “Silence Moment”. Momen ini merupakan waktu antara Tuhan dengan hamba-Nya untuk berdoa dan berbicara dengan Tuhan tentang apa yang kita inginkan dan masalah apa yang sedang kita hadapi untuk mendapat pencerahan dari-Nya. Perlu diketahui, banyak orang stres karena tidak memiliki spiritualitas yang kuat, padahal bisnis bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang spiritual.

Sampailah pada penghujung acara, dengan pemberian closing statement oleh Mas Wiby dan Bapak Basuki, bahwa patuh kepada orang tua juga merupakan kunci kesuksesan seorang anak. Saya pun teringat sebuah hadits dari sahabat Abdullah Bin Umar ra, dari Nabi Muhammad SAW,

‘Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Sedangkan murka Allah ada pada murkanya orang tua’

Kutipan ini menjadi tamparan bagi saya sebagai seorang anak, apakah saya selama ini sudah patuh kepada orang tua saya dan apakah saya pernah membuat mereka bersedih?

Sebagai penutup tulisan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada almamater saya, SMAN 1 Malang karena telah mengadakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Acara ini membuat saya terusselalu mengintrospeksi diri, agar saya dapat menjadi seseorang yang bermanfaat bagi orang lain.

Selama hidup, saya memiliki satu hal yang dapat saya banggakan, yaitu tentang prinsip yang selalu saya gumamkan dalam hati saya,

“Mungkin saat ini saya yang diberiakan motivasi orang lain, tapi kelak saya yang akan menjadi motivator untuk semua orang”

Kans Jawara

Tinggalkan Komentar