Puisi Slamet Widodo


Bukan resmi pun memeriksa.
Mengadili setara tangan dewa.
Voluntair susastra di dakwa pula.
Di ruang sidang drama pengadilan sastra.

Keagungan ketua sidang pengadilan.
Wibawanya sang wakil Ketua Pengadilan.
Kewenangan hakim terhadap gugatan.
Tuan Clerk panitera pencatat berita acara pemeriksaan.

Sekretaris atur standing order keseluruhan.
Panitera Pengganti pencatat jalannya persidangan.
Jurusita sang pengontrol pengadilan.

Sastra jendela kehidupan.
Kehidupan dalam rekam ulang kesusasteraan.
Sastra adalah dewa nganglang jagat peraduan.
Sastra antara ada dan tiada penuh permaknaan.

Kini saat ini duduk di kursi pesakitan.
Digugat di praperadilan sidang penghakiman.
Di seret serentetan retorika² jaksa tuntutan.
Dimana juru sita gemar memungut diksi² suratan.

Akankah keruhnya debu² dekil kehidupan.
Yang tak tertuang kecuali sastra menggambarkan.
Nikmatnya onani perenungan dalam sakaunya sang penyair jalanan.
Kesadaran kenabian dituduh terjangkit virus kehaluan

Ataukah seniman budayawan santun setia ajarkan.
Firman² suci cipratan tinta keindahan.
Terpatri dalam plakat² kesustraan.
Duta wali dewa dewi kesempurnaan.

Pengadilan yang katanya tegakkan seadil²nya.
Yang konon tajam setajam pedang Damaskus lebih tajam dari Katana.
Akan merobek sastra menjaga sang penguasa.
Memancung kreatifitas tanpa batas kata tanpa dinding makna.

Wahai nabi² pujangga
Sabda² sucimu suri tuladha.
Kidung dan mantramu mengetuk pintu² keghaiban semesta.
Anyaman sastramu persada berkilau silaukan akal dan logika.

Akankah sastra bersimpuh mengadukan bela.
Menangis kepada ibu kandung nyai paramasastra.
Datuk terangkan aksara, ejaan, tanda baca, tata bahasa, kalimat bahasa.
Tarikh tafsir warisan leluhur singgasana makna.

Dan pecahlah pledoi sastra.
Bela diri bela budaya bela fakta.
Jauhi singgasana semata berjaganya penjaga.
Agar dunia tetaplah bercahaya.

Selasa, 24092024
Kotagede,Yogyakarta
Kans Jawara

Tinggalkan Komentar