Dua tahun sudah, Pak Ridwan wafat. Beliau penjual buku bekas langganan saya dekat rumah. Hampir 10 tahun setiap sabtu atau minggu bertandang ke rumahnya. Lihat-lihat siapa tahu ada buku lawas aneh-aneh yang saya sudah tahu tapi belum punya. Atau buku lawas yang buat baru karena belum lihat sebelumnya.
Suatu hari pas bertandang ke beliau, saya sontak lihat ada buku karya Ganis Harsono, mantan juru bicara kemlu dan wamenlu era saat menlu Subandrio pada masa Presiden Sukarno. Dengan tak ayal langsung saya samber lantaran dalam buku ini ada banyak fakta-fakta sejarah penting seputar kejadian jelang meletusnya G30S 1965.
“Waduh sayang sudah ada yang pesan pak Hendrajit. Gimana ya. Tapi coba nanti saya usahakan ya. “Saya sudah pasrah kalau dapat kopiannya pun sudah bersyukur. Minggu depannya pas ketemu, rupanya pak Adam lebih berat ke saya. Jadi entah bagaimana caranya, saya dapat beli buku aslinya.
Pak Adam memang penjual buku. Namun sekelumit pengalaman ini, beliau punya indra keenam untuk menilai hasrat seseorang pada buku. Untuk pembaca dan pembeli buku model saya, boleh dikata tak pernah ”hitungan”. Suatu saat saya mau ambil tiga buku, tapi cuma bisa tunai buat dua buku, Pak Adam yang ayah seorang perwira polisi pangkat AKBP, membolehkan saya membayar dua buku dulu, satu buku lainnya dibayar lain kali.
Tertarik oleh sosok Pak Adam yang langka, setidaknya di kawasan perumahan saya, saya tergerak meminta waktu khusus buat ngobrol-ngobrol.
Melalui kisahnya saya dapat tarik kesimpulan, para penjual buku buku lama merupakan orang-orang pilihan karena terpanggil. Buku-bukunya laris manis atau tak satupun yang beli, model Pak Adam tetap bahagia.
Kisah Pak Ridwan lain lagi, putra Minang penjual langganan saya ini bertutur awal mula berdagang buku bekas. Suatu hari, seorang ibu yang mewarisi ribuan buku-buku aneka isu dan topik dari mendiang suaminya, sontak entah apa pertimbangannya, menjual buku-bukunya kepada seorang penjual koran bekas laiknya menjual koran bekas.
Si ibu ini mendiang suaminya mantan tokoh pergerakan dan pernah menduduki jabatan penting. Pikir si ibu mulanya merasa senang. Meski tidak terlalu berharap dapat untung dengan menjual bukunya. Yang penting banyak orang yang baca dan menarik manfaat dari membaca buku-buku peninggalan suaminya.
“Buku-buku ini setelah bapak beli dari saya. Mau bapak apakan?” tanya si ibu. Si pembeli bilang mau dia hancurkan untuk digunakan sebagai bahan produksi industri yang membutuhkan.
Si ibu terkejut. Bukan itu jawaban yang dia harapkan. Kontan si ibu batal menjual bukunya.
Pak Ridwan yang kala itu masih berusia tiga puluhan menyaksikan sendiri pengalaman ibu ahli waris buku-buku suaminya itu, merasa tergugah dan terusik. Kejadian itu seakan pertanda untuk memanggil jiwa sejati Pak Ridwan.
Ibu ini, pak Ridwan membatin, punya cita-cita mulia mewariskan semangat sejarah dan ilmu pengetahuan kepada para pembaca generasi penerus. Hanya saja menempuh cara yang salah. Dipikirnya main jual begitu saja buku-buku koleksi suaminya lalu dibaca orang secara meluas.
Inilah awal Pak Ridwan bergelut jadi pedagang buku lawas. “Yang mengasyikkan dari kerjaan ini bukan menjual bukunya mas. Tapi dari berburu buku-buku lama. “Begitu tutur pria yang salah satu putranya merupakan perwira polisi dari Bareskrim.
Maka sebagai pedagang buku lawas, Pak Ridwan bisa mengenali mana buku bagus dan bermutu, bukan dari isi buku. Tapi cukup melihat sampul buku dan gambarnya. Dari situ aja Pak Ridwan tahu kualitas isi buku.
“Wah, kalau begitu gugur deh ungkapan klasik Don’t judge the book from its cover. Lha wong Pak Adam justru menilai isi buku dari cover-nya,” ujar saya sembari guyon.
Selain itu masih ada cara lain. Siapa pembeli saya itulah guru saya. ”Mas ke tempat saya sekali dua kali. Saya langsung dapat petunjuk apa buku-buku kebutuhan mas. Dan buku apa yang harus saya buru.”
Pak Ridwan tidak mengada-ada. Dalam berbagai kesempatan saya bertandang setiap Sabtu atau Minggu. Ada saja dia tawarkan buku lawas yang mungkin saya butuhkan. Menakjubkan. 80 persen sesuai kebutuhan batin bawah sadar saya. Atau yang selama ini memang saya cari ke mana-mana.
Maka para pedagang buku lawas seperti kawan saya bang El Akbar, pak Ridwan atau kawan-kawan Bebukuan Jogja, Berbanggalah. Anda adalah orang-orang terpilih. Para pemburu warisan masa silam dan para kuncen sejarah nusantara dan sejarah dunia. Di semua bidang keilmuan.
picsource : jogjakeren.com