Wawancara Khusus Kepala Dinas Kebudayaan DIY

Di sela-sela acara peluncuran buku ‘’100 Tahun Saptohoedojo’’ pada Selasa (20/05) lalu di Gallery Saptohoedojo Yogyakarta, Kansnews.com sempat melakukan wawancara khusus dengan Dian Laksmi Pratiwi,SS.,M.A., yang kini menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan DIY. Berikut di bawah ini rangkuman wawancara tersebut.

Yogyakarta, Kansnews.com – ‘’Perihal penerbiran buku ‘’100 Tahun Saptohoedojo’’, sejak awal kami di Dinas Kebudayaan DIY turut mengapresiasi inisiasi penerbitan buku mengenang Saptohoedojo ini,’’ kata Dian Laksmi Pratiwi,SS.,M.A. Kepada Dinas Kebudayaan DIY.

‘’Harus diakui, Saptohoedojo adalah salah satu monumen nasional di bidang kebudayaan yang dimiliki Indonesia, begitu pula buku ‘’100 tahun Saptohoedojo’’ ini juga menjadi warisan berharga yang monumental. Nilai sebuah buku, legacy-nya akan sampai ke generasi-generasi berikutnya,’’ imbuhnya.

Dian Laksmi menyatakan, Dinas Kebudayaan DIY memang punya update kegiatan terkait peringatan satu abad Saptohoedojo. Tapi menurutnya yang lebih penting diingat adalah, komitmen Saptohoedojo, jasa dan peran serta dedikasi beliau yang harus kita revitalisasi dan kita wariskan untuk generasi yang akan datang.

‘’Ihwal pendirian museum Saptohoedojo masih menjadi kajian kami,’’ tambahnya.

Ditanya terkait semakin langkanya budayawan dan seniman legendaris sebagaimana Affandi, Amri Yahya, Saptohoedojo dan lain-lain, Dian Laksmi berujar :’’Setiap generasi pasti punya tokoh-tokohnya sendiri. Namun kami menghargai semua proses yang terjadi. Setiap generasi pasti punya masterpiecenya sendiri-sendiri. Dan itu mungkin tidak pernah ‘’dipenggalih’’ oleh generasi terdahulu. Padahal semua legacy dari para budayawan pendahulu itu benar-benar menjadi sebuah warisan yang agung,’’ jawabnya diplomatis.

‘’Jadi sekali lagi harus kita underline bahwa apapun yang berkembang kini, tokoh-tokoh seperti Saptohoedojo tetap akan menjadi dasar dan ilham bagi pegiat seni dan budayawan sekarang. Dan generasi penerus itu tidak akan melenceng dari akarnya,’’ tandas Dian Laksmi.

Bagi Dian Laksmi pula, perkembangan dari kemajuan teknologi digital saat ini seperti Aritificial Intelligence (AI) tidak akan bisa menggantikan peran manusia sebagai kreator.

‘’Menyiasati hal itu, strategi kebudayaannya tetap harus berpijak bahwa kebudayaan yang diciptakan manusia itu pasti tidak terlepas dari yang namanya ‘’roso’’ atau rasa (kalbu; red.) Hal itu yang tidak mungkin dimiliki oleh AI,’’ paparnya.

‘’Oleh karenanya fokus kebudayaan tetap pada pembangunan manusianya. Manusia yang mempunyai ‘’rasa’’. Pasti juga ada banyak celah di AI yang tidak bisa dimasuki oleh teknologi, dan itu tugas manusia untuk tetap menjadi kreator unggul,’’ tutup Dian Laksmi mengakhiri wawancara. (p17)

Advertisement

Tinggalkan Komentar