Wawancara Fauziyah SE.,MS.i
Pengantar :
Forum ‘’Evaluasi Global Gotong Royong Tetrapreneur 2024’’ yang dilaksanakan di Yogyakarta (03/12/2024) diikuti juga oleh 3 orang mahasiswa tingkat doktoral, yang mengambil konsentrasi ‘’Perekonomian Islam dan Industri Halal’’ dari Sekolah Pasca Sarjana UGM. Ketiganya, Fauziyah,SE.,MS.i, Muh. Jefriyanto B,M.Pharm.,Sci.,Apt., dan Rani Surya Resiana,SE.,M.A., tertarik menyimak paparan Rika Fatimah P.L.,S.T.,M.Sc.,Ph.D., ihwal evaluasi tahunan G2RT. Kansnews.com sempat mewawancarai Fauziah, SE.,MS.i yang mewakili kedua rekannya. Berikut di bawah ini hasil wawancaranya.
Kansnews.com : Dari perspektif teori, bagaimana anda memandang konsep G2RT yang diterapkan di 36 desa dan kelompok kreatif di DIY?
Fauziah : Program G2RT masuk ke banyak bidang ilmu. Tapi memang lebih banyak ke manajemen. Yang kami pahami konsep G2RT ini membina UKM-UKM yang ada untuk dikelola agar ‘’Going Global’’.
Konsep G2RT setelah kami teliti memasukkan semua unsur ilmu. Terlebih nilai-nilai Ilmu Agama dengan ekonomi Islam juga termuat di dalamnya, karena mengutamakan manusia. Juga SDM yang dikelola untuk tidak melulu berpikir tentang uang dan keuntungan, tapi bagaimana bisa berbagi dengan konsep kolaborasi.
Menurut kami, konsep G2RT ini sangat bagus untuk dikembangkan di Indonesia. Di tengah arus kapitalisme dan neoliberalisme, G2RT adalah konsep baru yang layak dikembangkan lebih jauh.
Kansnews.com : Ihwal belum optimalnya produksi UKM G2RT?
Fauziah : Hal mungkin karena tingkat kesadaran dari UKM yang belum terlalu melihat kemanfaatan dari program G2RT, sehingga belum timbul kesadaran untuk secara total terlibat.
Kualitas produk sebetulnya bisa ditingkatkan dengan dasar konsep berbagi yang ada di G2RT. Knowledge Sharing harus terus dilakukan misalnya bagaimana untuk konsisten menjaga kualitas produk. Begitu pula pemanfaatan teknologi.
Kansnews.com : Bagaimana dengan, strategi kolaborasi dan sinergi dengan dunia industri?
Fauziah : Kelemahan UKM, meski memang mereka punya produk, namun untuk bisa bersaing di pasar global, pasti membutuhkan dukungan dari semua pihak. Termasuk dari pemerintah dan pihak lain yang bisa memberikan banyak pengetahuan. Para pegiat G2RT punya potensi besar yang perlu digali.
Pegiat G2RT juga dalam menghasilkan produk unggulan masing-masing tentunya bisa berbagi satu sama lain, namun juga harus punya kesadaran merk, kesadaran kualitas, dan juga termasuk HAKI.
HAKI menjadi sesuatu yang penting, karena banyak sekali temuan-temuan kreatif dan inovatif dari anak bangsa yang kemudian diklaim oleh bangsa lain. Di situlah peran HAKI amat menentukan.
Begitu pula dengan sertifikat halal, yang amat diperhatikan oleh negara-negara muslim internasional.
Bagi G2RT sekarang, kami melihat pasar dalam negeri amat terbuka. Begitu juga dengan pasar global yang telah dirintis untuk produk-produk G2RT. Tinggal lagi masalah kesadaran dari para pegiat G2RT.
Jadi sekali lagi kami yakin, konsep G2RT ini bisa dilaksanakan dan dapat berkembang dengan baik di Indonesia. (p17)