Nggrantes


Takdir bukan pilihan.
Tak terima seberkas keputusan.
Tiada daya melawan.
Kekasih melanjutkan perjalanan.

Air mata kitab samsara.
Menggenang bak telaga.
Tenang menyimpan luka.
Sendiri merawat cinta.

Bayang bayang kasih menggoda.
Menyayat sembilu rasa.
Mengalir darah asmara.
Mengapa tak kunjung tiba.

Tunas berakar berwindu mendera.
Tumbuh mencium langit langit lara.
Tajuk kegetiran payungi jiwa.
Bersandar asa bertelekan usia.

Ku gugat takdir pun sia sia.
Ku hadang gemuruh dada.
Ku hajar cengengnya jiwa.
Ku tenggelamkan kemanjaan di tengah samudra.

Tuhan
Titian tujuan.
Tuntutan kehidupan.
Terus berjalan.

Rabbi
Patuh diri ini.
Pasrah hati ini.
Pasti Kau ganti.

Maliki.
Hamba adalah abdi.
Titipan ruhani.
Tutupan ragawi.

Tiada daya
Kekuatan pun stimulan belaka.
Tak pantas hak ku pinta.
Sebab Kau Raja Diraja.

Bijak tanpa cela.
Kasih semesta.
Adil digdaya.
Bahagia karenanya.

Rabu, 05032025
Kotagede, Yk.



KITA


Nyala kembang api.
Tak sebatas hari tanpa sepi.
Malam malam langit terhiasi.
Mata lengah mencermati.

Teori resistensi dawai berkumandang.
Menina-bobokan aktor laga perang.
Anak anak bangsa sakau berkalang.
Srikandi srikandi negri asyik berhutang.

Tidur pulas raksasa Nusantara.
Mimpi indah seakan senggama.
Terbuai janji tamu di sana.
Menjamu di beranda pinggiran kota.

Kurcaci kurcaci berbaris rapi merobek robek kulit raksasa.
Membunuh tak harus seketika.
Pembiusan total punggawa lebih mengena.
Lumpuh generasi target utama.

Genosida tak harus singkirkan raga.
Siluman mimpi biarlah sandera.
Tidurlah wahai sang raksasa.
Hingga habis dagingmu tersisa tulang tengkorak belaka.

Ibu pertiwi
Tangis batin ratap sunyi.
Tercekat jiwa merasakan sensasi sakit ini.
Parau rasa lidah kelu berkata.

Akankah negri ini.
Selalu dan selalu di gerogoti.
Dipanah dijamah di gerayangi hingga tampak lubang lubang punggung bumi.
Dan aku diam mati.

Lolong lorong di lorong generasi.
Jerit tangis pemuda pemudi.
Menggugat aktor apa yang kami warisi.
Jika kami menjadi budak di negri ini.

Bentang Merah Putih di mana.
Rajutan Bhineka tertutup ego belaka.
Moral kami di cambuk Pancasila.
Padahal Garuda di dadaku selalu terjaga.

Andai bapak negara masih ada.
Marwahku tetap terjaga.
Negriku aman sentausa.
Rakyatku pasti sejahtera.

Lihatlah amuk amuk kera.
Tambak segaran wanara murka.
Mengepung desa mengepung kota.
Kita tertawan kita tertawa.

Jangan salahkan Tuhan jika bencana demi bencana selalu ada.
Jangan salahkan alam jika murka.
Jangan salahkan para pendiri bangsa yang ruhnya tergadai tercepit di gunung² jurang² dan samudra.
Salahkan diri ini yang terbuai onani gagasan belaka.

Wahai anak anak Nusantara.
Kemarilah kan ku ajarkan satu mantra.
Satu kata berjuta makna.
Kita.

Selasa, 110325
Gd BP Bintaran, Yk

abstract : susan wilkinson

Advertisement

Tinggalkan Komentar