PUASA #2
TUHAN yang Maha Lapar tahu bahwa manusia lebih senang kenyang; dan puasa tak cuma soal berhenti makan. Maka, tak segan Ia mengirim ayat pada Adam dan Hawa di Surga agar jangan pernah mendekat pohon terlarang itu.
Iblis menjebakku dalam wujud bujuk rayu perempuan bermata sayu agar aku menggigit buah merah bernama Apel dengan gigiku.
Itulah kerapuhan imanku saat indehoy di kebun surga yang hijau dan tanpa benalu.
Apa boleh dikata, cinta adalah labirin karma. Maka, aku pun terpental di dunia dengan tubuh telanjang. Jika gagal dalam berburu, maka taring serigala adalah senjata untuk memenuhi hasrat kenyangku.
Sebab lapar yang cerdas dan kenyang yang bodoh tahu perihal rencana Tuhan yang Rimbun Rahasia itu.
Gus Nas Jogja, 13 Maret 2025
PUASA #3
PUASA tak akan membunuhmu
Meski lapar menerjemahkan seluruh kata
Dan dahaga kehabisan titik-koma
Agar kau tak lupa
Puasa adalah jati diri manusia yang sesungguhnya
Jika lalai puasa, manusia adalah binatang, penuh nafsu dan rakus segalanya
Ketika takjil menemuimu menjelang adzan Maghrib, bacalah ayat-ayat kemiskinan di sekelilingmu
Dan bersaksi bahwa lapar itu istighfar yang akan merenggut dosa-dosa sesayangmu
Kalian tak bisa berkelakar di saat lapar dan tak ingin berucap kasar
Sejatinya perut manusia hanya tempat sampah
Ketika senja datang mengetuk pintu
Maghrib datang
Manusia kembali pada kodratnya yang jenaka
Menyambar takjil dan lupa mengelap bibir
Gus Nas Jogja, 14 Maret 2025
IMSAK
Jeritan malaikat Jibril menggelegar sampai menggetarkan akar-akar istighfar
Dan ketika lantunan tahrim menerobos munajatku hingga di lubuk rindu
Cintaku padaMu memekar merah mawar
Cukuplah!
Di puing-puing penghujung sepertiga malam, lelaki tua ini terpesona menyimak sabda,
“Tuhan tidak sedang iktikaf di rumah ibadah.
Ia sedang berbagi kasih dengan fakir-miskin di gubug-gubug reyot yang bahkan belum pernah dikunjungi pejabat”
Silahkan bertanya-tanya pada hatimu apakah makna sebuah gubuk reyot itu pada bait puisi
: Imsak!
Gus Nas Jogja, 13 Maret 2025
foto: detik.com
