PRESS RELEASE
Beberapa hari ini khalayak ramai dikejutkan dengan sebuah kejadian yang mengherankan. Di Boyolali, para peternak dan penghasil susu membuang susu hasil perahan mereka. Bahkan Sebagian di antaranya digunakan untuk mandi. Tentu saja ini adalah bentuk demonstrasi kekecewaan mereka terhadap kebijakan yang dianggap merugikan mereka, yaitu pembatasan kuota susu yang masuk ke pabrik atau Industri Pengolahan Susu (IPS). Bahkan Menteri Budi Arie sudah membenarkan tentang tingginya impor susu sapi ke tanah air dari Australia dan Selandia Baru dan juga bea masuk 0% untuk susu impor yang menyebabkan susu impor juga 5%lebih murah daripada susu lokal.
Menanggapi isu ini, jajaran YLKI menyatakan beberapa kritik terkait kebijakan pembatasan kuota susu yang masuk ke pabrik atau Industri Pengolahan Susu (IPS) sebagai berikut:
1. Menteri Koperasi terlihat kurang memahami Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
2. Menkop, dengan kebijakan bea masuk 0% dan pembatasan kuota susu lokal, nampak cenderung lebih mendukung para pengusaha importir dibanding produsen susu lokal.
3. Menkop jika mempertahankan kebijakan ini, maka seakan hanya menjadi makelar susu dan tidak berdiri diatas jabatannya.
4. Dengan kebijakan yang timpang ini, Para peternak susu hanya diarahkan pemerintah untuk berproduksi saja tanpa memikirkan pasarnya, karena harga susu impor yang lebih murah.
Dengan ini, YLKI juga meminta pemerintah khususnya Kemnetrian Koperasi untuk meninjau ulang dan mengevaluasi segera kebijakan pembatasan kuota susu lokal dan juga bea masuk 0% susu impor, guna mendukung produksi susu lokal serta penyerapannya oleh industri susu nasional.
photo : detik