Reportase : p17
‘’Jika nanti SNI G2RT sudah disahkan, maka desa-desa G2RT di DIY harus siap dan mampu memberi penjelasan kepada setiap pengunjung dari seluruh Indonesia yang ingin belajar tentang G2RT untuk dikembangkan di wilayah masing-masing,” Demikian harapan Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D., pada pembekalan kepada sekira 70 perwakilan desa-desa wirausaha G2RT DIY kemarin (10/06/2024) di Kepatihan Pemda DIY-Kota Yogyakarta.
Founder model G2RT tersebut juga menerangkan, sistem wirausaha yang dikembangkan oleh G2RT memang tidak instan menyulap UKM di DIY untuk secara kilat mendapatkan keuntungan materi dari setiap bisnisnya. Namun lebih mengedepankan sikap kesejatian dari budaya gotong royong sebagai nilai dasar dibangunnya wirausaha G2RT (Global Gotong Royong Tetrapreneur).
‘’Sehingga nanti pada saatnya keuntungan materi akan datang dengan sendirinya mengikuti sikap budaya kerja keras, gotong royong, solidaritas dan membangun kolaborasi dengan setiap pihak untuk memajukan usaha bersama bagi produk-produk asli wilayah setempat,’’ imbu Rika Fatimah.
‘’Terlebih nanti jika SNI G2RT yang sedang dirintis saat ini telah disahkan oleh pemerintah,’’ katanya lagi.
Acara yang dibuka oleh Danang Samsurizal,S.T., Kabag Rekayasa Sosial-Biro Pemberdayaan Masyarakat Pemda DIY tersebut juga menghadirkan pembicara pertama Pril Huseno, jurnalis dan penulis buku ‘’Membaca Indonesia dengan Jujur’’ yang pada sesi pertama memberikan materi tentang “Peran Nilai-nilai G2RT dalam membangun SNI G2RT”.
‘’Nilai-nilai asli wilayah setempat di DIY berupa kearifan lokal dan siap bergotong royong berperan besar dalam mengisi muatan-muatan SNI G2RT yang tengah berproses untuk disahkan oleh pemerintah pusat,’’ papar Pril Huseno.
‘’Tinggal nanti setiap desa G2RT di DIY ataupun daerah lain, harus benar-benar siap untuk naik derajat menjadi ‘’Korporasi Desa’’ terlebih setelah SNI G2RT disahkan,” tambah Pril Huseno.Pada kesempatan tersebut, redaksi Kansnews.com juga sempat mewawancarai tiga pelaku wirausaha G2RT yang sejak awal mengikuti arahan tim ahli Pemda DIY yang dipimpin oleh Rika Fatimah, masing-masing Dalmugi dan Rahmat dari desa Girirejo serta Marlina dari desa Wukirsari. Desa Girirejo dan Wukirsari berada di wilayah Imogiri, DIY.
Dalmugi dari Girirejo mengawali kisah desa Girirejo dan Wukirsari ikut dalam program pembinaan wirausaha asli daerah G2RT, Pemda DIY.
‘’Berawal dari program Pemberdayaan Masyarakat (Bermas) Pemda DIY yang ingin mengangkat desa Girirejo dan desa Wukirsari, Imogiri dari desa miskin menjadi desa produktif dengan mengangkat produk iconic dan asli dari Girirejo dan Wukirsari,’’ ungkap Dalmugi.
‘’Masing-masing desa diarahkan untuk menemukan produk asli dan bisa dikembangkan. Desa Girirejo mengajukan produk iconic ‘’Wedang Uwuh’’ dan ‘’Ceriping Pisang’’, dan desa Wukirsari mengajukan produk asli Ceriping Gadung,’’ lanjut Dalmugi.
Kebetulan bagi desa Girirejo, Wedang Uwuh adalah produk yang mempunyai citarasa tinggi dan telah terkenal di wilayah sekitar makam raja-raja Jogja di Imogiri.
Marlina dari Wukirsari juga mengungkapkan awal bergabungnya komunitas desa wirausaha G2RT Wukirsari, Imogiri yang semula dari desa miskin menjadi desa G2RT.