Yogyakarta, Kansnews.com – Pada 11 Oktober 2025, Sastra Bulan Purnama genap 14 tahun, ditandai dengan menerbitkan buku kumpulan puisi 136 penyair Indonesia, yang datang dari bebagai kota di Indensia, Jawa dan luar Jawa. Buku kumpulan puisi diberi judul ‘Empat Belas Purnama’. Tema puisi adalah persahabatan, sebagaimana selama ini komunitas Sastra Bulan Purnama menumbuhkan persahabatan antar penyair dan pecinta sastra.
Dua kegiatan akan dilakukan di hari yang sama, Sabtu, 11 Oktober 2025. Kegiatan pertama Bincang Sastra dengan tema ‘Komunitas dan Kehidupan Puisi’, menghadirkan pembicara Sulis Bambang, seorang pengusaha sekaligus penyair, tinggal di Semarang dan Suharnono Arimba, Pengajar di Universitas Ahmad Dahlan, disertasinya berjudul ‘Arena dan Posisi Sosial Komunitas-komunitas Sastra Yogyakarta’, moderator: Joshua Igho, penyair, diselenggarakan pkl 13.00 -15.00. Kegiatan kedua Peluncuran buku puisi dan pembacaan puisi, pkl 15.30 -18.00. Keduanya diselenggarakan di Museum Sandi Jl. Faridan M Noto No.21, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224. Atau di utara Raminten dan Balai Bahasa Yogyakarta, atau sebelah barat SMA Stella Duce 1, Kotabaru, atau juga sebelah selatan ban-ban Gondolayu.
Dari 136 penyair yang puisinya masuk dalam buku ‘Empat Belas Purnama’, tidak semua bisa hadir, terutama yang dari luar kota. Beberapa di antaranya yang akan hadir dan membaca puisi: Gunoto Saparie dan Heru Mugiarso (Semarang), Lies Wijayanti SW (Jakarta), Agus Fahri Husein (Cilegon), Bustan Basir Maras (Mandar, Sulawesi Barat, Cunong Nunuk Surojo (Bogor), Selsa, Nella (Temanggung), Ummi Azzura (Magelang), Tulus Wijanarko (Jakarta), Marlin Dinamikanto (Jakarta), Warsono Abi Azzam (Cilacap), Mulyadi J. Amalik (Surabaya), Nurul Ludfia Rochmach (Banyuwangi), Erndra Achaer (Purbalingga).
Kegiatan ini didukung oleh PT. Luas Birus Utama (LBU). Selama 3 tahun ini, PT.LBU, yang peduli terhadap pengembangan literasi mensuport kegiatan Sastra Bulan Purnama dalam penerbitan buku, diskusi dan pertunjukkan seni. Buku puisi yang diterbitkan menghadirkan tema persahabatan, dan diikuti 136 penyair dari berbagai kota di Indonesia, Jawa dan luar Jawa.
Direktur Utama PT. LBU, Dr. Drs. Haris Susanto, M.Hum mengatakan, para penyair, yang karyanya terkumpul dalam buku ‘empat belas purnama’, banyak bercerita menyangkut pengalaman persahabatan, yang berbeda antara satu dan lainnya. Melalui puisi persahabatan terjalin, dijaga dan diteguhkan. Terbentuk satu komunitas dan masing-masing saling mempererat persahabatan, sekaligus saling belajar meningkatkan kualitas puisi.
“Saya tegaskan kinerja literasi perlu terus dilakukan, mengingat bangsa kita masih sangat memerlukan proses pengembangan dan penguatan literasi,” hata Harris Susanto.
Selain penyair dari luar kota, akan hadir sejumlah penyair Yogyakarta, yang puisinya masuk dalam buku ‘Empat Belas Purnama’, beberapa diantaranya, Simon HT, Mustofa W. Hasyim, Sutirman Eka Ardhana, Krisbudiman, Josep Yapi Taum, Herry Mardianto, Latief Noor Rochman, Pril Huseno, Erwito Wibowo, Ninuk Retno Raras, Savitri Damayanti, Ana Ratri, Sonia Prabowo, Chacha Baninu, Annisa Siwi Prastiwi, Asmariah, Yuliani Kumudaswari Ouda Teda Ena, Heru Marwata, Menik Sithik, Alfa Amorirsta, Aan Subhansah, Farchan Nurizal, Enes Pribadi, Nunung Rieta.
Ons Untoro, Koordinator Sastra Bulan Purnama (SBP) mengatakan, banyak penyair dari berbagai kota di Indonesia, yang mungkin mengenal SBP. Namun belum pernah hadir dalam setiap acara SBP ikut mengirim puisi dan lolos kurasi, sehingga puisinya masuk dalam buku ‘Empat Belas Purnama’.
“Sastra Bulan Purnama sebagai komunitas terbuka bagi semua orang tanpa membedakan senioritas, kita menempatkan semuanya dalam posisi setara dan saling bersahabat,” ujar Ons Untoro.
Aming Aminoedhin, penyair dari Surabaya dan Heru Mugiarsa, penyair dari Semarang, yang sering datang acara Sastra Bulan Purnama, melihat perlunya menjaga komunitas sastra, dan usia 14 tahun SBP, bagi keduanya merupakan tanda kesetiaan bersama menjaga komunitas untuk terus hidup.
“Saya selalu senang bertemu teman-teman penyair dari berbagai kota setiap acara Sastra Bulan Purnama. Selalu terasa akrab satu sama lain,” kata Aming dan Heru Mugiarso. (*)
