Oleh : Jacob Ereste

Pasangan sejoli yang bernama demokrasi dan keadilan itu, justru dibunuh oleh palu godam Hakim MK pada kisaran pukul 10.00 hingga 11.00 waktu Indonesia di Kawasan Monas Jakarta, pada hari Senin, 22 April 2024. Alasan yang sumur pun ikut bergentayangan di ruang MK seperti arwah Demokrasi dan Keadilan yang mati secara keji oleh perlakuan hakim yang masih tetap dipercaya mewakili Tuhan. Sementara suara rakyat yang sudah menunjukkan keprihatinan serta kekhawatiran terhadap ke-tidak-mandiri-an Hakim MK itu telah diungkapkan dalam bentuk aksi, Istighosah Qubro, do’a bersama sebagai upaya menggedor langit agar Tuhan berkenan memberi hidayah dan karomah bag hakim MK untuk tetap Istiqomah mematuhi sumpah dan janjinya — seperti saat dilantik — sebagai wakil Tuhan di bumi.

Terbunuhnya Demokrasi dan Keadilan yang sangat keji itu telah ditandai oleh seluruh rakyat yang mendambakan kehidupan Demokrasi dan Keadilan di negeri ini bisa langgeng dan tumbuh menjadi dewasa. Sebab Demokrasi dan Keadilan — dalam wujud generasi yang terbaru di negeri ini — ia lahir dari rahim reformasi tahun 1998 yang berdarah-darah yang menelan banyak korban.

Advertisement