Oleh : Hendrajit
Lepas soal ideologisnya yang berhaluan komunisme, rupanya sifat bawaannya yang selalu membawa sial, tidak cuma pada September 1965.
Alizar Thaib, yang waktu itu sama sama Aidit digembleng sebagai pemuda di Menteng Raya 31 pada era pendudukan Jepang. Dan sama-sama bergabung dalam Angkatan Pemuda Indonesia. Menulis buku bertajuk 19 September dan Angkatan Pemuda Indonesia.
Buku ini memang jadi khas karena menghimpun beberapa peristiwa yang selama ini masih tercecer dan luput dari perhatian para penulis lain. Salah satunya ya itu tadi, perihal DN Aidit yang belakangan pada saat meletus G30S 1965, dikenal sebagai Ketua Komite Sentral PKI.
Namun pada Oktober 1945, seperti juga Alizar Thaib, Aidit masih muda belia, saat Indonesia baru beberapa bulan merdeka. Nah saat itulah, pasukan Inggris yang di dalamnya ikut juga pasukan Belanda, memasuki Jakarta melucuti tentara Jepang yang sudah menyerah kepada sekutu pada 9 Agustus 1945.
Alizar, sebagai komandan pasukan yang memimpin serangan terhadap Inggris dari basisnya di Jatinegara ke Pondok Gede, entah kenapa punya feeling tidak enak untuk melarang Aidit ikut serta dalam operasi militer melawan Inggris dan Belanda. Alizar Thaib menulis:
“Saya sebagai komandan pasukan yang memegang komando serangan itu, memutuskan agar Aidit tidak usah ikut dalam operasi. Pengalaman selama ini, di mana operasi dia ikut campur, ada saja kejadian yang merugikan.”
Namun Aidit yang waktu itu Ketua Angkatan Pemuda Indonesia, rupanya membangkang perintah Alizar dan nekad ikut. Feeling Alizar rupanya tajam juga.
Saat mau berangkat, ada pemuda yang ujug-ujug datang dan bukan pula tergabung dalam pasukan, tiba tiba mengajak ngopi dulu. Entah kenapa, Aidit kok ya terbujuk. Akibatnya seluruh pasukan yang sudah siap tempur, terpaksa ikut ngopi dulu, termasuk komandan pasukan penyerangan, Alizar Thaib.
Gara gara penundaan keberangkataan, saat lagi rame rame ngopi, datanglah 5 truk patroli tentara Inggris. Segera saja pasukan Alizar Thaib kena gerebek. 30 orang ditangkap termasuk Aidit dan Alizar.
Alizar Thaib memang menuduh Aidit adalah mata mata Inggris atau Belanda. Namun menurut kesaksian Alizar, bujukan untuk ngopi dulu itu memang rekayasa si pemuda yang tadi ujug-ujug mengajak ngopi itu. Artinya si pemuda yang menyebabkan Aidit terbujuk itu memang mata mata Belanda. Dan tinggalnya pun di markas tentara Belanda, batalyon XII Matraman. Dan saat penggrebegan, si pemuda anehnya bisa lolos.
Pun demikian, Aidit yang selalu bawa sial terus lanjut. Ketika Alizar dan Aidit lantas dibuang ke pulau Onrust, Alizar Cs kemudian berencana membuat operasi pemberontakan.
Namun operasi ini pun gagal total gara-gara Aidit yang terkenal tidak disiplin itu, sebelum waktu yang ditetapkan, sudah memulai serangan prematur. Karenanya formasi pasukan belum tersusun dengan baik. Yang harusnya serangan mulai pada bunyi lonceng yang kedua, lha ini baru lonceng pertama sudah menyerang.
Akibatnya pasukan jadi kalang kabut. Alhasil, tindakan ceroboh Aidit menghancurkan segalanya.
Beruntunglah mereka. Menyusul perjanjian Linggarjati, terjadi pertukaran tahanan/tawanan. Alizar Cs ikut rombongan yang dibebaskan.