Air meluap — rumah roboh
Langit kelabu seperti menahan isak
Terpaku menatap bumi yang letih
Ulah serakah tangan manusia
Wahai jiwa
Berhentilah sebentar, hitunglah kembali langkahmu
Bukankah Tuhan telah ingatkan
Kerusakan hukum keniscayaan
Ketika manusia mengabaikan amanahnya
Banjir bukan sekadar air
Ia adalah cermin
Tempat menyaksikan dosa kelalaian
Karena kita berjarak dengan perintah Sang Pencipta
Mari pulang pada-Nya
Istighfar tulus ikhlas
Agar bumi kembali teduh
Cahaya Ilahi di hati kembali hidup
MUHASABAH BANJIR SUMATRA-2
oka swastika mahendra
Bangkitlah, wahai umat!
Banjir bukan sekadar musibah alam
Tapi peringatan bagi siapa saja
Membiar kemungkaran tumbuh
Kebaikan terpendam dalam diam
Camkan perintah langit
Lurus tegakkan keadilan
Mencegah kerusakan
Namun tangan-tangan rakus kalian
Menumbang pohon tanpa peduli
Mulut-mulut bisu
Enggan menegur kemaksiatan
Malah ikut pesta pembantaian alam
Tidak lagi tunduk pada wahyu.
Maka lihatlah
Kini air datang membawa pesan:
“Luruskan bersegera jalanmu
”Atau murka bumi sendiri menegurmu”
Tegakkan amar ma’ruf
Padamkan setiap kemungkaran
Agar rahmat turun
Menggantikan murka
MUHASABAH BANJIR SUMATRA-3
oka swastika mahendra
Di balik deras banjir menyapu desa
Secercah kasih Tuhan
Mengajak kita kembali kepada-Nya
Wahai manusia
Musibah bukan untuk mematahkan
Melainkan mengetuk hati
Agar ingat ajaran hidup
Laku jujur, adil, peduli
Terus senantiasa memohon ampun
Mari bangun Sumatra
Dengan doa dan kerja
Saling menolong
Menanam kembali yang telah hilang
Menjauhi segala mungkar
Agar hujan menjadi rahmat
Bukan ancaman
Ya Allah
Musibah ini pelajaran
Bukan hukuman
Kuatkan kami
Perbaiki bumi
Mematut diri
Jogjakarta 4 Desember 2025
Advertisement











