Sajak Afnan Malay

di lautan, kapal Sumatera berbendera
perca: kain terkoyak-koyak, terdampar
ke daratan cabikan-cabikan menyulap
hutan-hutan. raja-raja hutan berdatangan
silih berganti mengasah kapak-kapak
lapar jutaan hektar dikoyak-koyak
tanah-tanah dipotong-dipotong
berlembar-lembar perca dijahit
berjarum lembaran sawit-sawit

sawit-sawit potongan-potongan
perca panas gemar terbakar
asapnya gulungan hitam jeritan
tetangga: kobaran padam, “suara
dari dalam rumah mudah diredam.”

bertumpuk-tumpuk perca dijahit
hanya pantas berbekas, “jadi alas
kaki raja-raja hutan berdatangan.”

lidah-lidah para penjilat
duri-duri sawit, bibir nyinyir
menyalahkan banjir yang kerterlaluan
menyalahkan cuaca yang keterlaluan
menyalahkan hujan yang keterlaluan
kalian pantas bertanya, kapan mulut
mereka berhenti, dijahit perca-perca
dari kulit kayu hutan-hutan Sumatera

Jogja, Desember 2025

lukisan Paul Klee

Advertisement
Previous articleIbu yang Memeluk Anaknya
Next articleG2RT – KT pada JTTS: Kementrian Transmigrasi dan UGM Mendukung Percepatan Inisiasi SNI G2RT sebagai Inovasi Ikonik Pengembangan Ekonomi di Kawasan Transmigrasi (KT) Koridor Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS)

Tinggalkan Komentar