Oleh: Yudi Latif

Pulanglah, kawan, pulang!
Kita hanyalah anak-anak sang waktu yang mengalir dari titik ke titik persinggahan sementara.

Waktu dan ruang bukanlah keabadian. Sekadar labirin tanda tanya yang setiap ujung jeda dan pintunya selalu sisakan misteri.

Tapi, setiap jejak tidaklah sia-sia. Seperti samudera bermula dari tetes. Setiap kata yang engkau sapakan pulihkan harapan pada kecemasan. Setiap senyum yang engkau sunggingkan tebarkan gairah pada keputusasaan. Setiap darma yang engkau sumbangkan bangkitkan daya pada kelembaman.

Jalan pengembaraan ini telah kau tempuh sepanjang hayat. Kesibukan dan pencarian membuatmu lupa sebagai perantau.

Dalam siuman, setiap pengembara merindukan kepulangan. Fakta keterlemparan manusia dari langit suci dan kebertualangan dari asal tumpah darah membuat sukmanya senantiasa resah-gelisah, merindukan luang berpulang ke rahim Ilahi dan rumah primordial.

Sekarang, dengarlah degup jantung, jeritan hati memanggilmu pulang. Ada saatnya elang petualang balik ke sarang. Dalam mudik, engkau terlahir kembali.

(Makrifat Pagi, Yudi Latif)

Selamat jalan Bang Trisno, seniorku yang baik dan nyentrik. Kembalilah ke pelukan Yang MahaKasih.

31 Maret 2024


https://www.facebook.com/share/p/AnCngzMVqsi72GT9/?ref=share&mibextid=NSMWBT
https://www.inilah.com/catatan-politik-kebinekaan-untuk-bang-trisno-s-sutanto.
Kans Jawara