Oleh : Kang Fikri
Relawan SiBulan Indonesia

Ada sebagian orang saat melakukan aktifitas perjalanan berusaha untuk singgah di satu, dua, bahkan sekian titik. Bukan sekedar numpang ke belakang saja atau melepaskan lelah “barang” sebentar, tapi lebih dari itu berusaha mengemas setiap titik singgah sebagai momentum.

Tak semua persinggahan, berapapun durasinya itu berujung pada sebuah momentum. Bisa jadi momentum tak dapat maka hanya tentang persinggahan biasa.

Padahal momentum bisa jadi melahirkan peristiwa, bahkan momentum berikutnya, dan potensi sarat makna besar kemungkinan kena. Sebaliknya persinggahan “hampa momentum” hanya akan menjadi peristiwa biasa.

Tak perlu dipersoalkan juga kenapa hanya sebuah peristiwa biasa, berarti kita saja yang gagal menjadi “arsitek” untuk men-setting persinggahan itu.

Bung Hatta pernah menasihati kita bahwa : Membaca Tanpa Merenungkan adalah bagaikan makan tanpa dicerna. Bisa jadi merenung adalah momentum yang bisa difollow up dari aktifitas membaca buku.

Sama halnya dg novelis tere liye, pernah melempar sebuah narasi “Jangan Terlalu Mengejar Nilai, Ijasah, nanti kita lupa hakikat belajar yang sesungguhnya “.

Mungkin saja nilai dalam ijazah adalah sebuah peristiwa, sedangkan hakikat belajar adalah rasa dari Sebuah momentum.

Beberapa orang mencoba menjadikan narasi Silaturahmi Itu Kunci tak sekedar berharap tentang panjangnya usia dan dilapangkan rizkinya. Tapi mencoba menjadikan aktifitas singgah/ silaturahmi menjadi keyakinan tentang sekian harapan tadi, bahkan jalan untuk menemukan resep-resep kehidupan (problem solving).

Menepilah sejenak, agar rute serta episode perjalanan ini tak semuanya harus dipersepsikan sebagai beban tapi kenikmatan. Seperti konsep rejeki lapang dan sempit, semuanya berpotensi menjadi mulia dihadapan Allah ta’ala. Selama kita berusaha proporsional menempatkan sabar dan syukur menemani perjalanan konsep rizki.

Tak perlu ber-Makmum kepada orang yang pernah kehilangan sebuah kunci, lalu mencari kuncinya di tempat B, padahal kuncinya hilang di tempat A. Saat ditanya kenapa mencari kuncinya di tempat B padahal hilangnya di tempat A, dia pun dengan mudah menjawab karena di tempat B terang dan di tempat A gelap..

Silahkan menepi Sejenak, untuk menjaga rasa sinergitas itu lebih terasa jejaknya dibandingkan rivalitas.

Selamat Idul Fitri 1445 H
“Taqobbalallahu Minna Waminkum”
Mohon maaf lahir dan batin.

Ditulis selepas singgah di Posko MudikMU aman Muhammadiyah Bumiayu, Ba’da perjalanan Kuningan-Indramayu.

Kans Jawara