Oleh : Salamuddin Daeng

Pihak yang bicara BUMN Indonesia akan disetarakan dengan BUMN internasional bukan saya. Menurutku Temasek itu hanya balon yang berisi angin. Karena yang mengatakan itu adalah pemerintah sendiri. Kalau memang bisa ok lah. Tapi harus bekerja keras, BUMN tidak boleh menjadi parasit bagi negara. Sebaliknya BUMN harus menolong negara.

Dulu janji BUMN Indonesia akan hebat itu datang dari reformasi 98, ketika UU BUMN dibuat agar BUMN Indonesia terpisah dari negara. Karyawannya tadinya memakai baju Korpri sekarang pake baju biasa seragam masing masing BUMN. Mengapa BUMN direformasi, katanya agar bisa berbisnis, bisa dapat untung, direksinya bisa dapat bonus, dll.

Walau sepanjang reformasi ini BUMN Indonesia menyelamatkan diri dengan cara meminta penyertaan modal dari negara (PMN), atau mendapatkan privalage khusus yakni mendapatkan quota menjual barang barang atau jasa yang ditugaskan oleh negara lalu mereka mendapatkan revenue berupa subsidi dan kompensasi. Pasar BUMN itu captive, diciptakan oleh negara, ongkang-ongkang kaki uang pasti datang.

Tapi sekarang Usaha lah sedikit dalam membantu negara. Karena BUMN Indonesia ditinjau dari sudut manapun tidak mengalami kemajuan, perbaikan, perkembangan, pertumbuhan, kecuali di media media yang berisikan siaran pers para pejabat BUMN atau kementerian yang membawahi BUMN.

Hanya satu yang bertambah dari BUMN Indonesia yakni utang nya. Utang BUMN bertambah secepat kereta Cepat jakarta bandung. Selain utang tidak ada yang nambah. Gaji, tunjangan direksi dll sudah pasti nambah. Kalau ditanya, alasannya kan inflasi dan pelemahan nilai tukar. Jadi wajar gaji dan tunjangan naik. Tetapi yang lain tidak Naik atau bahkan merosot ora masalah.

Mari kita lihat bagaimana merosotnya BUMN Indonesia. Tahun 2014, sepuluh tahun yang lalu laba bersih BUMN senilai 149 triliun rupiah yang diperoleh oleh 121 BUMN setelah disusutkan dari 141 BUMN pada tahun sebelumnya.

Apa yang terjadi delapan tahun kemudian yakni tahun 2022. Laba BUMN bukannya naik malah merosot. Laba BUMN hanya senilai 129,7 triliun rupiah. Turun 13,4 persen. Lah kok bisa. Bagaimana bisa perusahaan perusahaan lain di di Indonesia perusahaan swasta biasa, perusahaan yang tidak mendapat penyertaan modal oleh negara justru bisa naik labanya. Sementara BUMN untungnya dalam rupiah malah merosot sangat besar.

Tapi kegiatan menimbun utang telah menjadi kegiatan utama BUMN BUMN Indonesia. Utang BUMN sudah setara dengan utang pemerintah Republik Indonesia. Keduanya berlomba-lomba menimbun utang. Utang BUMN sekarang telah mencapai 7857 triliun rupiah. Utang pemerintah Indonesia pada akhir tahun 2023 mencapai Rp8.144,69 triliun. Piye iki malah pacu nimbun utang? Kalau bangkrut nanti sopo sing bayar?

Kans Jawara

Tinggalkan Komentar