Yogyakarta, Kansnews.com – Sastra Bulan Purnama edisi 167 bersinergi dengan Kagama Poetry Reading, dengan meluncurkan 4 buku. Satu buku kumpulan puisi karya berama Kagama Poetry Reading berjudul “Ketika Alam Bicara’, Dua buku puisi karya Novi Indrastuti, berjudul ‘Sang Dewi’ dan “Negeri Sang Penari’, dan satu buku fotografi karya Harno DP berjudul “Cahaya Ilahi. Novi dan Harno, anggota Kagama Poetry Reading.
Acara akan diselenggarakan, Sabtu 23 Agustus 2025, Pkl. 15.30 WIB di Museum Sandi Jl. Faridan M Noto No.21, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224. Atau di utara Raminten dan Balai Bahasa Yogyakarta, atau sebelah barat SMA Stella Duce 1, Kotabaru, atau juga sebelah selatan ban-ban Gondolayu.
Karena UGM dikenal sebagai Kampus Biru, dan SBP bersinergi dengan alumninya, khususnya Komunitas Kagama Poetry Reading, maka tajuk acaranya ‘Kampus Biru Di Bulan Purnama’ yang akan menampilkan pembaca puisi dari para alumni dan dari Sastra Bulan Purnama.
Novi Indrastuti, pengajar Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya UGM, dan Ketua Kagama Poetry Reading (KAPOETRED) menyebutkan, komunitas pencinta puisi yang beranggotakan alumni Universitas Gadjah Mada dari berbagai disiplin ilmu, meluncurkan antologi puisi kedua berjudul Ketika Alam Bicara.
“Soft launching ini menjadi momen penting bagi komunitas yang telah secara konsisten menghidupkan literasi sastra dan menyalurkan kepedulian terhadap isu lingkungan melalui karya puitisnya,” ujar Novi Indrastuti.
Novi menyampaikan, mengusung tema “Alam dan Lingkungan”, antologi ini menghadirkan suara-suara penyair yang merekam, mengabarkan, dan menyuarakan jerit bumi di tengah ancaman kerusakan ekologis. Dalam karya puisi dari 58 kontributor anggota KAPOETRED.
“Masing-masing menyajikan ragam suara, ada yang lirih, ada yang lantang, ada yang penuh doa, ada yang menggugat dengan getir, ada pula yang mengajak kita duduk sejenak menikmati keindahan bumi,” kata Novi Indrastuti menjelaskan isi puisi yang ditulis anggota.
Kumpulan puisi ini, demikian Novi Indrastuti menyampaikan, dibagi menjadi lima tema besar, yakni “Tubuh Bumi yang Terluka” yang berisi elegi kolektif tentang luka ekologis, “Kritik dan Resistensi terhadap Kerusakan Alam” yang menyuarakan protes terhadap keserakahan industri dan abainya hukum, “Doa-doa untuk Bumi” yang menempatkan alam sebagai entitas suci dan bagian dari spiritualitas manusia, “Perubahan Iklim” yang menggambarkan musim-musim yang bergeser dan cuaca yang tak menentu, dan “Keindahan Alam” yang memotret lanskap-lanskap menenangkan sekaligus memotivasi manusia untuk melestarikannya.
“Alam sesungguhnya tidak pernah benar-benar diam. Ia bersuara lewat daun yang layu, sungai yang keruh, tanah yang retak, dan langit yang tak lagi teduh, tetapi suara itu sering luput dari telinga kita. Puisi-puisi dalam buku ini adalah cara kami membantu manusia untuk kembali mendengarkan,” ungkap Novi Indrastuti, Ketua Kagama Poetry Reading.
Para pembaca puisi yang akan tampil, Novi Indrastuti, Sriyanti, Sastro Prayitno, Risma Nur Rahmawati, DjakMa, W.S. Dona Ikasari, Rin Surtantini, Yoseph Yapi Taum, Vidya Devia Ardania, Sabatina RW, Darwito, Roro Hastina, Sonia Prabowo dan Harno Depe. Lagu puisi dan musikalisasi puisi akan diisi oleh Yupi dan Gati Andoko.
Ons Untoro Koordinator Sastra Bulan Purnama (SBP) menyebutkan, sinergi antara SBP dan Kagama, khususnya Komunitas Kagama Poetry Reading, setidaknya sebagai tanda, bahwa perguruan tinggi, lebih-lebih yang memiliki Fakultas Sastra, memang diperlukan, sehingga antara perguruan tinggi dan komunitas sastra bisa saling mengisi dan menguatkan.
“Sinergi perguruan tinggi, yang telah berlangsung selama dua tahun ini, malah dangan sekolah tinggi yang tidak memiliki jurusan sastra, dalam hal ini STPMD ‘APMD’,” ujar Ons Untoro. (*)