Catatan Pagi Pril Huseno
#Sport
Dicurangi memang sakit….Semalam, penonton bola di Indonesia seperti mau membunuh orang. Caci maki, umpatan, dan seribu juta Bahasa kebon binatang tumpah dari mulut-mulut yang marah. Arena nobar jadi panas di mana-mana. Rasanya pengin meledak.
Betapa tidak, dalam laga Indonesia vs Bahrain (10/10/2024), kemenangan yang sudah ditangan ketika anak-anak Garuda dalam posisi menang 2 -1 atas Bahrain, tiba-tiba dirampas begitu saja oleh wasit botak FIFA Ahmed Al Kaf. Dia membiarkan waktu terus bergulir padahal sudah melewati menit ke 96 ketika pertandingan harusnya berakhir. Tak urung, perpanjangan waktu yang disengaja itu membuahkan gol bagi Bahrain lewat bola sodokan hasil tendangan pojok.
Kemenangan lepas, impian berada di posisi kedua atau ketiga klasemen sementara grup C kualifikasi Asia lenyap sudah. Tinggal lagi menanti laga di Chengdu, nun jauh di negeri Mao Tse Tung, China. Kerja keras Ragnar Oratmangoen dan Rafael Struick dalam menciptakan gol indah ke gawang Bahrain jadi hampa. Indonesia tetap di posisi kelima di atas China dengan skor 3.
Ini kali kedua hal yang menyesakkan dada dialami oleh skuad Indonesia. Tempo hari ketika melawan Uzbekistan dalam laga Piala Asia 2024, juga kena dicurangi wasit.
Beruntung, Indonesia jadi empat besar di Piala Asia. Prestasi yang belum pernah ada. Tak sia-sia upaya pelatih Shin Taeyong membina tim Garuda selama ini. Pilihan strategi naturalisasi pemain, meski nampak ‘’gerabak gerubuk’’, menghasilkan dampak mengesankan. Indonesia pun mencetak sejarah karena masuk putaran 3 kualifikasi Asia untuk Piala Dunia Football 2026. Namun yang perlu dicurigai, nampaknya negara-negara besar sepakbola saat ini seperti alergi dengan kehadiran kesebelasan Indonesia. Si ‘’underdog’’ yang semula tak diperhitungkan sama sekali. Ternyata bisa menahan kesebelasan-kesebelasan elit sepakbola dunia. Arab Saudi dan Australia dipaksa main imbang. Semalam pun, Bahrain saja hampir kalah dan dibuat malu. Sebab itu, dalam pikiran orang marah, ini FIFA apa sengaja menempatkan wasit-wasit bermasalah dengan agenda menumbangkan Indonesia, apapun caranya.
Wasit botak Ahmed Al kaf itu juga berasal dari Oman. Dan dia punya record gampang sekali mengeluarkan kartu. Entah apa pula model wasit ini hobby sekali main kartu. Jadi kembali dalam pikiran orang marah, ini agenda setting mafia sepakbola dunia untuk menyingkirkan Indonesia dari serial putaran final Piala Dunia. Lagipula, Oman dan Bahrain itu berada dalam satu federasi sepak bola yang sama. Mereka sama-sama berada di jazirah Arab sana dan saling tukar kue jika lebaran.
Beberapa media internasional seperti Vietnam dan Australia sebelum laga berlangsung sudah memperingatkan kita supaya ekstra hati-hati dan siap mental. Wasit Ahmed Al Kaf itu kemarin juga mengerjai Australia hingga kalah melawan Bahrain. Berarti, Indonesia lebih hebat dari Australia karena hampir saja mengalahkan Bahrain, kalau tidak dicurangi si botak.
Dicurangi memang sakit… itu di mana-mana hal terjadi. Dalam pemilu, kecurangan seolah menjadi perilaku halal di negeri Konoha atau Wakanda. Ada-ada saja jalannya untuk curang. Begitu pula di dunia lain, misalnya dunia pacaran anak muda. Dicurangi pacar cewe atau cowok ketika dia main mata dengan yang lain, alangkah sakitnya. Juga dalam kasus-kasus lain.
Karena itu, perilaku curang harus dibikin kapok agar tidak jadi preseden bahwa siapa saja yang ingin berkuasa ke depan, seolah-olah harus berbuat curang supaya menang. Hukuman bagi pelaku kecurangan, dihukum gantung jika perlu.
Begitu pula dengan si botak Bahrain itu. FIFA harus ‘’dioprak-oprak’’ agar menyelidiki khusus skandal kecurangan kasat mata si Ahmed Al kaf ini. Surat resmi pengaduan jelas harus dilayangkan segera. Kalau perlu tuntut supaya goal terakhir Bahrain adalah ilegal, maka dari itu Indonesia harus dinyatakan sebagai pemenang. Jangan mau tanding ulang. Wong sudah menang..!
Meski kita tau dalam aturan FIFA hasil akhir laga adalah final, dan wasit tidak bisa diganggu gugat keputusannya, tapi dengan meramaikan di jagad maya dan media internasional dengan protes masif, minimal FIFA mau turun tangan menyelidiki kasus memalukan itu. Sudah itu, anak-anak Shin Taeyong segera menyiapkan diri menghadapi laskar Mao.
Dan bagimu wahai si botak Ahmed, kalau saja dirimu ada di Depok atau di Jatinegara dan ketemu emak-emak ARM, pasti matamu sudah ‘’disambelin’’ oleh emak-emak yang meradang marah…
Yogyakarta, 11 Oktober 2024
photo: cnbcindonesia