Yogyakarta, Kansnews.com – Model G2RT (Global Gotong Royong Tetraprenuer) DIY adalah model Pemberdayaan Masyarakat yang merupakan karya original bangsa Indonesia, dan akan segera disahkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) G2RT.

Demikian salah satu pokok uraian penting Rika Fatimah, P.L. M.Sc.,Ph.D., di depan lebih dari 50 mahasiswa magister (S2) dan akademisi Universitas Musamus (UNMUS), Merauke, Papua Selatan pada acara Kunjungan Studi Inovasi Pelayanan Publik Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNMUS ke Pemda DIY, Senin pagi (15/07/2024) di Komplek Kepatihan Pemda DIY.



Acara yang dibuka oleh Kepala Biro Pemberdayaan Masyarakat (Bermas) Pemda DIY Danang Setiadi, S.I.P., M.T, menampilkan Rika Fatimah, P.L. M.Sc.,Ph.D., selaku founder G2RT yang menyampaikan topik “Inovasi Gerakan Desa dengan Menggunakan Model Tetrapreneur Propinsi DIY’’.

‘’Model G2RT yang segera disahkan menjadi SNI G2RT juga ingin menunjukkan kepada dunia internasional bahwa bangsa Indonesia telah mampu menciptakan standar nasional untuk model pemberdayaan masyarakat, yang mampu tampil setara dengan standar mutu internasional lainnya seperti standar mutu ISO 9000,’’ kata Rika Fatimah.

‘’SNI G2RT itu sendiri nanti sebagai sumbangsih bangsa Indonesia kepada warga global, yang dapat diimpelementasikan di bagian dunia manapun khususnya dalam program inovasi gerakan desa,’’ imbuh Rika Fatimah.

Rombongan UNMUS Merauke, Papua Selatan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNMUS Dr. Syahruddin.,SE.,M.Si., tampak antusias mendengarkan uraian Rika Fatimah, dan sempat melakukan dialog menarik dengan pemateri.

Yustin, salah seorang mahasiswa Magister UNMUS mengajukan pertanyaan apa tolok ukur kesuksesan dari model pemberdayaan masyarakat G2RT, apabila nanti bisa diimpelementasikan di Kabupaten Merauke, Papua Selatan.



Yustin juga meminta agar tim G2RT DIY dapat berkunjung ke wilayah timur Indonesia khususnya Kabupaten Merauke, Papua Selatan untuk mengembangkan model G2RT di tanah Papua.

Demikian pula komentar Yunus, yang menanyakan tentang bagaimana cara pelibatan masyarakat desa dalam inovasi-inovasi baru seperti model G2RT.



Mahasiswa Magister UNMUS lainnya, Arifianto Rafanar, mengajukan pertanyaan kritis perihal bagaimana mengatasi rente permodalan di pasar, sementara pasar diketahui pasti membutuhkan barang high quality, karena produk UMKM jika dihadapkan dengan persaingan produk kapitalis, pasti tidak mampu bersaing. Arifianto menekankan pada bagaimana metode untuk memproteksi produk-produk UMKM.



Rika Fatimah pada dialog tersebut memaparkan dengan gamblang sistem, metode dan model implementasi G2RT berikut pengalaman lapangan dari penerapan model G2RT yang sudah dipraktikkan di beberapa daerah di Indonesia.

Acara dialog dan tatap muka berlangsung hingga pukul 12.30 WIB. (p17)

Kans Jawara

Tinggalkan Komentar