Puisi Dewanty Maharani
Hujan datang dari arah terbalik, satu tetesnya luka dan tetes yang lain adalah rindu, mereka terjun bebas tanpa parasut
Langit merobek dirinya sendiri, seperti merobek janji yang pernah kau jahit di dadaku
Bulan menjadi roda sepeda, berputar-putar di aspal waktu, sementara bintang-bintang memetik gitar yang nadanya tenggelam di dasar matamu
Di dadaku ada kota yang tenggelam,
Rumah coklat terbuat dari ingatan kita:
tawa yang membeku menjadi es batu dan ciuman yang terbakar hingga jadi abu lalu terbang dengan sayap kupu-kupu
Aku bicara dengan bayangmu, tapi ia malah tertawa, berubah menjadi ikan paus yang menelan semua puisi cinta
Waktu seperti luka yang terbuka, kata-kata berlari dengan kaki pincang dan aku berdiri di tepi ranting matahari, mencari dirimu yang menjadi sehelai daun dan gugur sebelum musim berganti —tragis!
Apa cinta hanya lelucon?
Kau tertawa, lalu pergi, meninggalkan aku di dalam gelas kosong, tenggelam bersama sisa anggur dan merayakan kepergianmu
Bandung, 30 November 2024